Newsletter

Ada 'Hantu' Resesi Saat Pasar Menanti Rapat BI, IHSG Sepi?

Maesaroh, CNBC Indonesia
23 June 2022 06:20
Financial Markets Wall Street
Foto: AP/Courtney Crow

Bursa Wall Steet kembali kebakaran setelah sempat menghijau pada hari sebelumnya. Pernyataan Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengenai kemungkinan resesi, anjloknya harga minyak mentah, hingga pemutusan hubungan kerja yang dilakukan Tesla dan JPMorgan Chase membuat investor menjual saham mereka.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 47,12 poin atau 0,15% ke posisi 30.483,13. Sementara itu, S&P 500 ditutup melemah 4,9 poin atau 0,13% ke posisi 3.759,89 dan Nasdaq Composite merosot 16,22 poin atau 0,15% ke posisi 11.053,08.

Kekhawatiran resesi semakin menguat setelah Powell dalam pidato di depan senat AS mengatakan bahwa kemungkinan resesi itu ada. Powell juga memastikan The Fed akan membawa inflasi ke level 2%. Pernyataan Powell tersebut menjadi sinyal jika The Fed akan menjadi lebih agresif ke depan meskipun hal tersebut bisa berbalik pada pelemahan ekonomi Paman Sam.

Powell menambahkan menurunkan inflasi tanpa risiko resesi kini menjadi lebih menantang.  "Kami memahami persoalan besar yang disebabkan inflasi. Kami sangat berkomitmen untuk menurunkan inflasi. Kami tidak bermaksud untuk memprovokasi resesi. Namun, Sangat penting untuk menstabilkan harga," tutur Powell di depan senat AS, seperti di kutip CNBC International.

Sebagai catatan, inflasi AS terbang 8,6% pada Mei tahun ini, yang menandai rekor tertinggi sejak Desember 1981.

Bank sentral AS sudah menaikkan suku bunga acuan mereka sebanyak tiga kali pada 2022, termasuk kenaikan sebesar 75 bps pada pekan lalu. Namun, Powell mengakui jika inflasi masih terlalu tinggi dan perlu segera dijinakkan.

"Inflasi masih menjadi ancaman besar bagi aset keuangan dan pernyataan Powell kini sangat jelas bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sampai inflasi menjinak. Jika target tersebut belum tercapai maka rally akan sangat sulit terjadi," tutur Robert Schein, dari Blanke Schein Wealth Management.

Schein menambahkan pengetatan moneter akan menjadi headwind untuk pasar keuangan sampai Fed memberi lampu hijau jika inflasi sudah aman.

Resesi kini menjadi kekhawatiran di AS setelah sejumlah data mulai dari indeks kepercayaan konsumen hingga penjualan ritel ambruk. Survei yang dilakukan Citigroup menunjukkan kemungkinan terjadi resesi kini menjadi 50%.

Suramnya Wall Street juga dipengaruhi anjloknya harga minyak mentah. Harga minyak mentah Brent amblas 4,06% ke US$ 109,99 per barel sementara minyak Light NYMEX anjlok 5% ke US$ 104,3 per barel.

Harga minyak amblas karena ada kekhawatiran ekonomi global akan melambat sehingga permintaan akan minyak turun.

Menyusul anjloknya harga minyak, saham Marathon Oil amblas 5% dan ConocoPhillips  jeblok 4% sementara saham Occidental Petroleum dan Exxon Mobil melemah 2%.

Di luar sektor energi, saham sejumlah perusahaan amblas termasuk Tesla dan Apple. Saham Tesla turun 0,4% setelah sang pemilik Elon Musk mengatakan akan memangkas jumlah pekerja mereka.

Sementara itu, saham Apple melemah 0,4% dan Microsoft melandai 0,24%. Saham NIKE juga amblas 3,5% setelah Seaport Research Partners memberikan rekomendasi "netral" dari "buy".

King Lip dari Baker Avenue Asset Management mengingatkan volatilitas masih terjadi pada hari-hari ke depan.

"Kekhawatiran masih sangat kuat, yang terburuk bahkan mungkin masih terjadi," tutur King Lip, seperti dikutip Reuters.

Kabar buruk juga datang dari JPMorgan Chase yang akan mem-PHK ratusan pegawainya yang menangani penjualan rumah.

Langkah ini diambil karena permintaan rumah di AS kemungkinan akan terus menurun di tengah lonjakan tingkat suku bunga mortgage atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan pelemahan ekonomi AS. Pembangunan rumah baru di AS turun 14,4% pada Mei tahun ini, yang merupakan penurunan terbesar sejak April 2020.

"Keputusan kami merupakan repsons dari perubahan siklus yang terjadi di pasar mortgage," tulis JPMorgan, seperti dilansir dari CNN.

(mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular