
Alert! Wall Street Ambles Lagi, IHSG Waspada

Aksi jual saham di bursa saham AS meningkat kemarin, di mana indeks S&P 500 jatuh ke level terendah baru dan berakhir di wilayah pasar bearish karena kekhawatiran resesi tumbuh menjelang pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pekan ini.
Indeks S&P 500 anjlok 3,88% ke 3.749,63 menandai posisi terendah sejak Maret 2021 dan kehilangan lebih dari 21% dari rekornya di Januari. Indeks acuan tersebut berakhir di bear market (zona penurunan) karena berada di bawah 20% dari rekor tertingginya. Terakhir kalinya, indeks saham berada di bear market ketika pandemi di Maret 2020.
Indeks Dow Jones jatuh 876,05 poin atau 2,79% ke 30.516,74 dan berada 17% dari rekor tertingginya. Sedangkan, Nasdaq anjlok 4,68% ke 10.809,23.
Mayoritas indeks menyentuh titik terendah setelah Wall Street Journal memproyeksikan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,75% pada Rabu (15/6), lebih dari setengah persentase seperti yang diharapkan pasar.
Saham Boeing, Salesforce, dan Chevron anjlok masing-masing 8,7%, 6,9%, dan 5,2%, dan menjadi pemberat pergerakan indeks Dow Jones. Koreksi juga menerpa saham teknologi seperti Amazon, Netflix dan Nvidia yang kompak ambruk lebih dari 7% dan membuat Nasdaq menyentuh titik terendah sejak November 2020.
Kemarin, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik lebih dari 20 basis poin ke 3,3% karena investor bertaruh bahwa The Fed akan lebih agresif untuk mengendalikan inflasi. Yield obligasi tenor 2 tahun naik 30 basis poin ke 3,3%.
Lonjakan yield obligasi jangka pendek meningkatkan sentimen negatif di tengah buruknya situasi psikologis investor di tengah inflasi yang kian panas jelang pertemuan penting bank sentral AS akhir pekan ini.
Sebagian dari kerugian itu terjadi pada Jumat (10/6), setelah Indeks Harga Konsumen (IHK) AS per Mei dilaporkan sebesar 8,6% secara tahunan (yoy), atau terpanas sejak Desember 1981. Inflasi inti yang tak memasukkan harga makanan dan energi juga di atas perkiraan sebesar 6%.
Harga BBM di AS melonjak ke US$5/galon pada pekan lalu, kian mengipasi ketakutan atas inflasi dan jatuhnya kepercayaan konsumen. Bitcoin pun drop di bawah US$24.000/keeping dan menyentuh level terendah sejak 2020.
(aaf/luc)