Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar menyambut rilis inflasi Mei dengan aksi jual di bursa kemarin, sementara obligasi diburu yang berbarengan dengan apresiasi rupiah. Hari ini peluang penguatan terbuka mengikuti angin segar dari Amerika Serikat (AS).
Setelah bergerak sangat volatil, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Kamis (2/6/2022) dengan koreksi tipis 0,25 poin di level 7.148,72. Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) di pasar reguler dengan nilai jumbo sebesar Rp 661 miliar.
Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah karena investor masih mengevaluasi data inflasi global terbaru dan prospek ekonomi global di tengah kebijakan penaikan suku bunga acuan di negara maju.
Hanya indeks Shanghai Composite China yang ditutup di zona hijau, yakni menguat 0,42% ke level 3.195,46. Kabar baik dari diperlonggarnya karantina wilayah (lockdown) di kota Shanghai menjadi pendorong indeks saham Negeri Panda tersebut.
Namun, sisanya ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong dan KOSPI Korea Selatan memimpin pelemahan bursa Asia-Pasifik, di mana keduanya ambles 1% ke level masing-masing yakni 21.082,13 (Hang Seng) dan 2.658,99 (KOSPI).
Di sisi lain, rupiah menguat 0,69% melawan dolar Amerika Serikat ke Rp 14.480/US$, yang merupakan level terkuat sejak 28 April kemarin. Laju penguatan harian tersebut merupakan yang terbesar sejak 14 Oktober lalu.
Apresiasi Mata Uang Garuda terjadi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Mei 2022. Hasilnya sesuai ekspektasi pasar, laju inflasi mengalami perlambatan secara bulanan, begitu juga dengan inflasi inti.
Kepala BPS Margo Yuwono melaporkan terjadi inflasi 0,4% pada Mei dibandingkan bulan sebelumnya, melambat dibandingkan April yang sebesar 0,95%. Sementara itu, inflasi tahunan tercatat 3,55% sedikit meninggi dari bulan sebelumnya yakni 3,47%.
Di pasar surat utang, harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) lanjut menguat. Mayoritas investor masih memburu SBN, ditandai dengan menurunnya imbal hasil (yield).
Hanya SBN tenor 1, 20, dan 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan harganya yang melemah. Sementara, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali turun tipis 0,1 basis poin (bp) ke level 7,046%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Setelah bergerak volatil, bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis (2/6/2022) dan menghentikan koreksi selama 2 hari terakhir menyusul positifnya data tenaga kerja.
Indeks Dow Jones Industrial Average berakhir melesat 435,05 poin (+1,33%) ke 33.248,28 sementara S&P 500 tumbuh 75,59 poin (+1,84%) ke 4.176,82. Namun, Nasdaq lompat 322,44 poin (+2,69%) ke 12.316,9.
Saham Microsoft yang sempat tergelincir hingga 2% setelah perseroan menyatakan pendapatan dan laba bersih triwulan ini kemungkinan di bawah estimasi justru berbalik menguat dengan kenaikan sebesar 0,8%.
Saham teknologi lainnya pun ikut menguat di antaranya Nvidia yang melonjak 6,9% dan Zoom serta Tesla yang menguat 4% lebih. Di sisi lain, saham induk usaha Facebook yakni Meta Platforms lompat 5,4%.
Di ujung lainnya, saham Hewlett Packard Enterprise ambrol 5,2% menyusul kegagalan perseroan mencapai target kinerja keuangannya.
Sepanjang pekan berjalan, Dow Jones terhitung naik 0,1% sementara S&P 500 tumbuh 0,5% dan Nasdaq lompat 1,5%. Dengan demikian, Dow terhitung menguat 8,5% dari posisi terendahnya, sementara S&P 500 lompat 9,6% dan Nasdaq terbang 11,6%.
"Sentimen bearish masih belum hilang, dan banyak peringatan laba bersih yang akan datang. Saham seharusnya mulai menguat pada musim panas ini karena aktivitas ekonom bergerak moderat," tutur Edward Moya, analis senior OANDA seperti dikutip CNBC International.
Data tenaga kerja menunjukkan kenaikan lapangan kerja baru dalam laju yang terlambat sejak era pandemi. Lapangan kerja di sektor swasta bertambah hanya 128.000 pada Mei, jika mengacu pada data ADP.
Angka itu d bawah estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang semula memperkirakan angka 299.000. Di sisi lain Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim tunjangan pengangguran baru pekan lalu turun di bawah perkiraan pasar.
Wakil Kepala The Fed Lael Brainard kepada CNBC Internatonal mengatakan bahwa kecil kemungkinan bank sentral akan mengambil jeda di tengah kebijakan kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
"Saat ini, sangat sulit melihat pemicu perlu adanya jeda tersebut," tutur Brainard kepada CNBC International. "Kami masih memiliki banyak pekerjaan untuk menurunkan inflasi menuju target kami sebesar 2%."
Optimistis, tetapi masih berjaga-jaga. Itulah sikap investor di bursa saham saat ini melihat perkembangan ekonomi makro nasional dan global. Tidak heran, volatilitas meninggi sementara aksi beli obligasi pemerintah terus berlanjut.
Data inflasi Mei secara bulanan menunjukkan terjadi perlambatan, sementara secara tahunan terjadi penguatan. Artinya, efek perang Ukraina belum terlalu signifikan bagi daya beli masyarakat, dan sebaliknya sinyal pemulihan terus terjadi sebagaimana terlihat dari penguatan inflasi secara tahunan (dibandingkan dengan Mei tahun lalu ketika pandemi masih mencekam).
Kabar baik terutama muncul dari inflasi inti yang sedikit melambat menjadi 2,58% (yoy), dari posisi April di 2,6% (yoy). Inflasi yang mengecualikan barang volatil ini menjadi acuan Bank Indonesia (BI) dalam menetapkan kebijakan moneter, karena mencerminkan daya beli rakyat.
Dengan inflasi yang melandai, tekanan bagi Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga menjadi lebih kecil. Dengan suku bunga acuan di tahan di rekor terendah 3,5%, pertumbuhan ekonomi pun akan terbantu.
Oleh karenanya, untuk pertengahan pertama bulan Juni ini belum ada alasan untuk khawatir dengan prospek ekonomi makro nasional dan global. Data inflasi kemarin akan menjadi alasan bagi investor untuk memburu kembali aset berisiko seperti saham.
Saham ritel, perbankan, dan konsumer berpeluang kembali dilirik setelah kemarin diterpa aksi jual mengikuti sentimen global di mana bursa Amerika Seriat (AS) terkoreksi dua hari beruntun karena kekhawatiran akan efek buruk dari kenaikan agresif suku bunga acuan.
Namun hari ini, pelaku pasar di AS kembali mendapatkan keyakinan bahwa efek pengetatan kebijakan moneter tersebut tidak akan banyak memukul ekonomi, sebagaimana terlihat dari data pembukaan lapangan kerja yang masih positif.
Rilis data tenaga kerja per Mei pun diperhatikan pada hari ini, untuk mendapatkan konfirmasi mengenai daya tahan penyerapan tenaga kerja di tengah kenaikan bunga acuan yang terjadi dan bayang-bayang inflasi tinggi.
Ekonom memperkirakan ada 328.000 lapangan kerja baru di luar sektor pertanian per Mei, masih tumbuh meski melambat dibandingkan dengan posisi April sebanyak 428.000. Artinya, pembukaan lapangan kerja baru masih terjadi, meski tak semasif pada bulan sebelumnya.
Tekanan global berupa kenaikan harga energi pun diekspektasikan berkurang, setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) memutuskan menaikkan produksinya dalam rapat tadi malam (WIB).
Rapat OPEC+ yang diikuti anggota OPEC dan produsen minyak di luar OPEC, memutuskan menaikkan produksi sebesar 648.000 barel per hari pada Juli dan Agustus, mengakhiri pemangkasan produksi terbesar dalam sejarah akibat pandemi Covid-19.
Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:
- Angka PMI sektor Jasa di Jepang per Mei (07:30 WIB)
- RUPST & RUPSLB PT Bank Ina Perdana Tbk/BINA (09:00 WIB)
- RUPST PT Multi Prima Sejahtera Tbk/LPIN (09:00 WIB)
- RUPST PT Indonesian Tobacco Tbk/ITIC (09:30 WIB)
- RUPST PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk/ADMF (10:00 WIB)
- RUPST & RUPSLB PT Lautan Luas Tbk/LTLS (14:00 WIB)
- RUPST PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk/GOLD (14:00 WIB)
- RUPST PT Bank IBK Indonesia Tbk/AGRS (14:00 WIB)
- RUPST PT Berkah Prima Perkasa Tbk/BLUE (14:00 WIB)
- RUPST PT Bank Victoria International Tbk/BVIC (14:00 WIB)
- RUPST PT Hasnur Internasional Shipping Tbk/HAIS (14:30 WIB)
- Angka PMI sektor Jasa Uni Eropa per Mei (15:00 WIB)
- Penjualan ritel Uni Eropa per April (16:00 WIB)
- Angka pengangguran AS per Mei (18:30 WIB)
- Angka PMI sektor Jasa AS per Mei versi ISM (20:30 WIB)
Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:
TIM RISET CNBC INDONESIA