
Kabar Baik! Inflasi Masih Aman, OPEC Dongkrak Produksi

Setelah bergerak volatil, bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis (2/6/2022) dan menghentikan koreksi selama 2 hari terakhir menyusul positifnya data tenaga kerja.
Indeks Dow Jones Industrial Average berakhir melesat 435,05 poin (+1,33%) ke 33.248,28 sementara S&P 500 tumbuh 75,59 poin (+1,84%) ke 4.176,82. Namun, Nasdaq lompat 322,44 poin (+2,69%) ke 12.316,9.
Saham Microsoft yang sempat tergelincir hingga 2% setelah perseroan menyatakan pendapatan dan laba bersih triwulan ini kemungkinan di bawah estimasi justru berbalik menguat dengan kenaikan sebesar 0,8%.
Saham teknologi lainnya pun ikut menguat di antaranya Nvidia yang melonjak 6,9% dan Zoom serta Tesla yang menguat 4% lebih. Di sisi lain, saham induk usaha Facebook yakni Meta Platforms lompat 5,4%.
Di ujung lainnya, saham Hewlett Packard Enterprise ambrol 5,2% menyusul kegagalan perseroan mencapai target kinerja keuangannya.
Sepanjang pekan berjalan, Dow Jones terhitung naik 0,1% sementara S&P 500 tumbuh 0,5% dan Nasdaq lompat 1,5%. Dengan demikian, Dow terhitung menguat 8,5% dari posisi terendahnya, sementara S&P 500 lompat 9,6% dan Nasdaq terbang 11,6%.
"Sentimen bearish masih belum hilang, dan banyak peringatan laba bersih yang akan datang. Saham seharusnya mulai menguat pada musim panas ini karena aktivitas ekonom bergerak moderat," tutur Edward Moya, analis senior OANDA seperti dikutip CNBC International.
Data tenaga kerja menunjukkan kenaikan lapangan kerja baru dalam laju yang terlambat sejak era pandemi. Lapangan kerja di sektor swasta bertambah hanya 128.000 pada Mei, jika mengacu pada data ADP.
Angka itu d bawah estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang semula memperkirakan angka 299.000. Di sisi lain Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim tunjangan pengangguran baru pekan lalu turun di bawah perkiraan pasar.
Wakil Kepala The Fed Lael Brainard kepada CNBC Internatonal mengatakan bahwa kecil kemungkinan bank sentral akan mengambil jeda di tengah kebijakan kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
"Saat ini, sangat sulit melihat pemicu perlu adanya jeda tersebut," tutur Brainard kepada CNBC International. "Kami masih memiliki banyak pekerjaan untuk menurunkan inflasi menuju target kami sebesar 2%."
(ags/ags)