Newsletter

Bursa Saham Global Bergairah, IHSG Bakal Happy Weekend?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
27 May 2022 06:23
Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Pada perdagangan hari ini terdapat beberapa sentimen pasar utama yang patut diperhatikan oleh investor.

Pertama adalah terkait risalah dari pertemuan The Fed 3-4 Mei yang dirilis Kamis dini hari kemarin waktu Indonesia barat. Risalah menunjukkan bahwa para pejabat bank sentral AS membahas kemungkinan bahwa mereka akan menaikkan suku bunga ke tingkat yang cukup tinggi untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan sengaja demi memerangi inflasi yang tinggi.

Pejabat Federal Reserve berpikir mereka perlu menaikkan suku bunga masing-masing setengah poin persentase (50 bps) pada dua pertemuan berikutnya ketika mereka menyetujui kenaikan siklus kedua pada pertemuan awal bulan ini.

Meski sepakat menaikkan suku bunga secara lebih agresif dalam dua bulan ke depan, para pejabat The Fed masih memperdebatkan langkah apa yang akan diambil selanjutnya, apakah kebijakan agresif terus berlanjut atau tidak.

Beberapa presiden Fed regional mengatakan mereka akan mendukung untuk melanjutkan laju kenaikan suku bunga yang agresif pada bulan September jika pembacaan inflasi bulanan tetap tinggi.

Presiden The Fed St. Louis James Bullard telah menyerukan agar The Fed menaikkan suku bunga menjadi sekitar 3,5% tahun ini, yang berarti kenaikan suku bunga setengah poin pada setiap pertemuan tahun ini.

Selain itu, beberapa pejabat The Fed ada juga yang waswas dan memperingatkan risiko bahwa kebijakan Fed yang lebih ketat dapat memperburuk tekanan di pasar.

Selain AS, Investor juga patut menyimak dinamika kondisi ekonomi China. Rabu kemarin, pemerintah China menggelar rapat raksasa yang diikuti lebih dari 100 ribu pejabat untuk membahas langkah-langkah stabilisasi ekonomi yang terpukul akibat lonjakan kasus Covid-19 yang diikuti penguncian sejumlah wilayah.

Sebelumnya, tidak pernah ada pertemuan dengan skala seperti ini selama bertahun-tahun, dan belum pernah juga terjadi sebelumnya satu pertemuan membahas begitu banyak tingkat administrasi pemerintahan sekaligus.

Pemilihan waktu dan skala rapat via telekonferensi video itu menunjukkan tingkat urgensi dan tantangan bagi China untuk mencapai target pertumbuhan PDB sekitar 5,5% untuk tahun ini, akibat perlambatan ekonomi yang tampaknya cukup signifikan.

Perdana Menteri Chian Li Keqiang bahkan mengatakan, dalam beberapa aspek, impak ekonomi yang terlihat pada Maret dan April tahun ini sudah melampaui kondisi di 2020 atau awal mula pandemi Covid-19. Ia menunjukkan beberapa indikator termasuk tingkat pengangguran dan produksi industri yang lebih rendah.

Berbagai bank dan lembaga keuangan internasional terlah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China, meskipun pemerintah masih tetap berpegang pada prediksi perekonomian yang akan tumbuh 5,5% di 2022.

Investor juga patut memperhatikan perkembangan harga komoditas, khususnya minyak dan gas yang kembali naik signifikan kemarin. Kenaikan harga migas dapat menimbulkan efek domino pada komoditas lain seperti batu bara.

Harga minyak mentah (crude oil) dunia naik sekitar 3% ke level tertinggi dua bulan pada hari Kamis (26/5) di tengah tanda-tanda pasokan yang ketat karena Uni Eropa (UE) berencana untuk melarang impor minyak mentah dari Rusia atas invasinya ke Ukraina, meskipun perdebatan dengan Hongaria masih berlanjut.

Hongaria masih tetap menjadi batu sandungan utama akan upaya Eropa untuk 'memecut' Rusia. Hal ini karena tanpa persetujuan negara tersebut sanksi UE tidak dapat dijatuhkan, karena untuk dapat memberlakukan embargo minyak Rusia, UE membutuhkan dukungan bulat dari seluruh anggotanya.

Pasokan minyak yang ketat ini terjadi menjelang musim panas kala penduduk ramai-ramai melakukan mobilisasi dan membutuhkan tingkat energi yang lebih tinggi.

Kontrak berjangka Brent naik US$ 3,37 lebih tinggi ke harga US$ 117,40 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 3,4% ke level US$ 114,09 per barel.

Minyak Brent on track untuk mencatatkan kenaikan harian keenam berturut-turut dan juga penutupan tertinggi sejak 25 Maret. Sedangkan WTI tampaknya akan mampu mencatatkan penutupan tertinggi sejak 23 Maret.

Selanjutnya dari dalam negeri, investor juga perlu dengan seksama mengati aksi korporasi yang cukup ramai hari ini, dengan musim dividen yang masih terus berlanjut.

Hari ini 11 emiten dijadwalkan akan melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) salah satunya membahas penggunaan laba perusahaan untuk tahun buku 2021 lalu. Beberapa perusahaan besar yang akan melakukan RUPST termasuk Telkom yang jika masih mengikuti taktik tahun-tahun sebelumnya, sepertinya tetap akan membagi dividen tahun ini.

Perusahaan Gas Negara (PGAS) juga dijadwalkan akan melaksanakan RUPST besok. Emiten BUMN yang merupakan anak usaha Pertamina tahun lalu PGAS memutuskan tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2020. Akan tetapi, absen dividen tahun lalu bisa saja berubah mengingat akibat krisis energi global yang menerbangkan harga migas, PGAS berhasil mencetak kinerja apik sepanjang 2021.

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular