
Wallstreet Mulai Bangkit, Akankah IHSG Bernasib Sama?

Rilis neraca dagang dengan pencapaian ekspor yang fantastis mengindikasikan bahwa ekonomi Indonesia dalam keadaan yang stabil. Hal ini kemudian dapat menjadi penunjang kinerja IHSG.
Namun, secara keseluruhan IHSG masih sentimen dari dalam negeri sehingga berpotensi bergerak dipengaruhi oleh sentimen luar negeri. Sehingga IHSG berpotensi bergerak sideways di 6.596 - 6.738. Jika berhasil tembus 6.738, IHSG berpotensi ke 6.847,94, resisten yang terbentuk dari garis moving average 100 hari. Sementara saat ini IHSG didukung oleh garis MA 200 di 6.596,78.
Kenaikan wall street menjadi angin segar bagi IHSG hari ini. Sebab indeks tersebut merupakan indeks acuan dunia sehingga dapat indikasi optimisme investor di pasar saham.
Indeks Dow Jones Industrial Average lompat 431,17 poin (+1,%34) ke 32.654,59. Nasdaq lompat 321,73 poin (+2,76%) ke 11.984,52 dan S&P 500 naik 80,84 poin (+2,02%) ke 4.088,85.
Lonjakan tersebut menandai upaya pasar untuk bangkit setelah berminggu-minggu mengalami penurunan tajam. Indeks S&P 500 keluar dari zona penurunan beruntun selama enam pekan yang menjadi penurunan terpanjang sejak 2011.
Investor juga akan mencermati pertumbuhan ekonomi Jepang, mitra dagang Indonesia, pada kuartal I-2022 yang akan rilis pagi ini, tepatnya pukul 6.50 WIB.
Diproyeksikasn pertumbuhan ekonomi Jepang akan berada di teritori negatif. Menurut konsensus yang dihimpun oleh Reuters, ekonomi Jepang diprediksi tumbuh negatif 1,8%pada kuartal I-2022 . Jatuh dibanding kuartal IV-2021 sebesar 5,4%.
Dari dalam negeri data ekspor yang melonjak tajam nisa menjadi katalis laju IHSG hari ini. Terutama dari sektor pertambangan yang nilai ekspornya melonjak. Hal ini jadi sentimen positif karena meningkatkan ekspektasi bahwa kinerja emiten batu bara akan positif pada kuartal II-2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia pada April 2022 naik 47,76% year-on-year (yoy) menjadi US$ 27,32 miliar, tertinggi sepanjang masa. Pendorongnya adalah ekspor produk pertambangan yang mencapai US$ 6,41 miliar atau tumbuh 182,48% yoy.
Ekspor bahan bakar mineral yang termasuk batu bara di dalamnya tercatat US$ 14.143,9 juta, naik 78,14% yoy. Sementara jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekspor produk ini naik 13,88% mtm.
Di sisi lain, nilai impor Indonesia pada bulan lalu sebesar US$ 19,76 miliar, tumbuh 21,97% (yoy). Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 7,56 miliar. Ini membuat neraca perdagangan mengalami surplus selama 24 bulan beruntun.
(ras/luc)