Newsletter

Wall Street Cenderung Mixed, IHSG Lanjut Menguat?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
21 April 2022 06:20
wall street
Foto: Reuters

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu waktu setempat, di tengah rilis kinerja emiten di Negeri Sam tersebut yang variatif.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) berhasil ditutup melesat 0,71% ke level 35.160,789.  Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup di zona merah. S&P 500 turun tipis 0,06% ke level 4.459,45 dan Nasdaq ambruk 1,22% ke posisi 13.453,07.

Jatuhnya indeks Nasdaq terjadi mengikuti ambruknya saham Netflix hingga 35%, setelah melaporkan kehilangan 200.000 pelanggan pada kuartal I-2022.

Berita tersebut memicu koreksi saham penyedia streaming lain seperti saham Disney yang ditutup ambruk 5,6%, saham Roku anjlok 6,2%, saham Warner Bros Discovery ambrol 6% dan saham Paramount longsor 8,6%.

Hal ini membuat investor di AS takut untuk membeli saham teknologi lain sebelum adanya rilis pendapatan. Saham Tesla ditutup ambruk 5%, setelah perusahaan produsen mobil listrik tersebut membukukan kenaikan pendapatan sebesar 81% pada tahun 2021. Saham Amazon dan Salesforce masing-masing ambles lebih dari 2%.

Di sisi lain, saham Procter & Gamble melesat 2,7% dan membantu mengangkat indeks Dow Jones setelah melaporkan hasil yang lebih baik dari perkiraan dan menaikan pendapatan setahun penuhnya.

Selain Procter & Gamble, saham IBM juga mampu menopang indeks Dow Jones, di mana sahamnya melonjak hingga 7,1%, setelah melaporkan kinerja keuangan yang baik.

Sekitar 12% perusahaan yang menjadi konstituen indeks S&P 500 telah merilis kinerja keuangannya, dengan 80% di antaranya membukukan laba bersih di atas ekspektasi, sebagaimana direkam oleh FactSet.

"Perusahaan yang telah merilis kinerja keuangannya pada tahun lalu sejauh ini menyoroti permintaan yang kuat di seluruh industri, terlepas dari tekanan inflasi dan rantai pasokan," kata Ross Mayfield, analis strategi investasi di Baird, dikutip dari CNBC International.

Selain masih memantau perilisan kinerja keuangan emiten, pasar juga masih memantau pergerakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun yang mulai mengalami penurunan setelah sempat melonjak dan mencapai lebih dari 2,94%, menjadi level tertinggi sejak Desember 2018.

"Ada rasa lelah memantau kenaikan suku bunga acuan dan inflasi," tutur Sylvia Jablonski, Direktur Investasi Defiance dikutip dari CNBC International.

Jablonski juga mencatat bahwa konsumen masih kuat, dengan adanya pengeluaran dan penghematan sebesar US$ 2 triliun, dan perusahaan terus menunjukkan kekuatan dalam kekuatan harga dan neraca mereka.

(chd/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular