
Dear Investor, China Bisa Jadi Penentu Pasar Hari Ini

Pada pekan ini, investor masih akan memantau beberapa sentimen global. Salah satunya yakni masih terkait dengan inflasi AS yang kembali meninggi pada Maret lalu.
Sebelumnya pada Selasa pekan lalu waktu AS, Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan laju inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada Maret 2022 mencapai 8,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Angka ini lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 8,4% sekaligus jadi rekor tertinggi sejak Desember 1981. Sedangkan inflasi dari sisi produsen (Producer Price Index/PPI) AS pada Maret lalu melompat 11,2% secara tahunan (yoy).
Data IHK dan PPI AS yang naik semakin memperkuat keyakinan pasar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal mendongkrak suku bunga acuan lebih cepat.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan The Fed bakal mendongrak Federal Funds Rate sebanyak 2,5 poin persentase pada tahun ini. Jika terwujud, maka akan menjadi yang pertama sejak 1994.
Hal ini akan menjadi perhatian pasar pada pekan ini. Pasalnya, ketua The Fed, Jerome Powell dijadwalkan memberikan pidato pada akhir pekan ini. Pasar akan mengantisipasi mengenai sejauh mana bank sentral terkuat dunia tersebut bakal mengirim sinyal agresivitas kebijakan moneternya menjadi ekstra ketat.
Selain masih akan memantau dampak dari inflasi AS yang kembali menigging, pasar juga akan memantau Rapat Musim Semi (Spring Meetings) Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan Bank Dunia (World Bank) yang akan berlangsung pada Senin hingga Jumat.
Di perhelatan yang dihadiri menteri keuangan dan pejabat bank sentral seluruh negara di dunia tersebut, akan ada pernyataan dan konferensi pers dari pejabat IMF maupun Bank Dunia mengenai situasi ekonomi global sekarang dan prospeknya hingga penghujung tahun.
Sementara di akhir pekan ini, ketua bank sentral AS, Jerome Powell dijadwalkan memberikan pidato. Pasar akan mengantisipasi mengenai sejauh mana bank sentral terkuat dunia tersebut bakal mengirim sinyal agresivitas kebijakan moneternya menjadi ekstra ketat.
Sementara pada hari ini, beberapa data ekonomi penting di dunia akan dirilis. Salah satunya yakni data pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I-2022 yang akan dirilis pada pukul 10:00 waktu setempat atau pukul 09:00 WIB.
Konsensus Tradingeconomics memperkirakan pertumbuhan sebesar 4,4%, melanjutkan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 4%.
Selain data pertumbuhan ekonomi China, data produksi industri China pada periode yang sama juga akan dirilis pada hari ini pada pukul 09:00 WIB. Tetapi, diprediksi memburuk dengan hanya tumbuh 4,5% atau melambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,5%.
Sementara itu dari Indonesia, pelaku pasar akan memantau rilis neraca perdagangan per Maret 2022. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi keuangan memperkirakan nilai ekspor bulan lalu naik 23,22% dari Maret 2021 (year-on-year/YoY).
Sementara itu, impor diperkirakan tumbuh 17,07 YoY. Dengan perkiraan tersebut, neraca perdagangan diprediksi surplus US$ 2,97 miliar. Surplus tersebut lebih kecil dari Februari yang mencapai US$ 3,95 miliar, di mana ekspor melonjak 34,14% sementara impor naik 25,43%.
(chd/sef)