
Dear Investor, China Bisa Jadi Penentu Pasar Hari Ini

Beralih ke AS, bursa saham Wall Street pada perdagangan pekan lalu terpantau kurang bergairah, karena investor mencerna rilis kinerja keuangan perusahaan yang beragam dari bank-bank besar dan meningkatnya kembali inflasi Negeri Paman Sam.
Secara point-to-point pada pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,38%, S&P 500 ambruk 2,39%, dan Nasdaq Composite anjlok 3,93%.
Pada perdagangan Kamis pekan lalu, Dow Jones melemah 0,33% ke level 34.451,23, S&P 500 merosot 1,21% ke 4.392,59, dan Nasdaq ambrol 2,14% ke 13.351,08.
Pergerakan pasar terjadi saat inflasi menjadi pusat perhatian pelaku pasar pekan lalu. Hal ini membuat imbal hasil (yield) Treasury naik lebih tinggi, dan dua laporan inflasi AS berturut-turut menunjukkan kenaikan harga yang tajam.
Pada Kamis lalu, yield Treasury AS acuan tenor 10 tahun naik kembali ke tertinggi multi-tahun, yakni naik sebesar 13 basis poin (bp) ke atas level 2,8%.
Sebelumnya pada Selasa lalu waktu AS, Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan laju inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada Maret 2022 mencapai 8,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Angka ini lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 8,4% sekaligus jadi rekor tertinggi sejak Desember 1981.
Sedangkan inflasi dari sisi produsen (Producer Price Index/PPI) AS pada Maret lalu melompat 11,2% secara tahunan (yoy).
Data IHK dan PPI AS yang naik semakin memperkuat keyakinan pasar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal mendongkrak suku bunga acuan lebih cepat.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan The Fed bakal mendongrak Federal Funds Rate sebanyak 2,5 poin persentase pada tahun ini. Jika terwujud, maka akan menjadi yang pertama sejak 1994.
Sementara itu, penjualan ritel Maret lalu juga dilaporkan meleset dari ekspektasi dengan tumbuh hanya 0,5%, didorong kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), menurut Biro Sensus AS. Angka itu lebih rendah dari konsensus dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 0,6%. Di sisi lain, klaim tunjangan pengangguran melompat 185.000 selama sepekan terakhir.
Di lain sisi, kinerja perbankan yang dirilis pada pekan lalu terbukti buruk sebagaimana terlihat dari rilis kinerja keuangan Goldman Sachs dan Wells Fargo per kuartal I-2022. Morgan Stanley memberi kejutan dengan mencetak kinerja yang lebih baik sehingga sahamnya menguat 0,7%.
(chd/sef)