
Kepada Yth Bapak Joe Biden, Bunga Surat Utangnya Ketinggian!

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen yang mampu menjadi katalis di pasar. Pertama tentu kejatuhan Wall Street, yang bisa menciptakan mentalitas kalah sebelum bertanding di pasar Asia. Ini tentu bukan kabar baik bagi IHSG dan rupiah.
Kedua adalah yield obligasi pemerintah AS yang naik sangat tinggi. Terbukti sentimen ini mampu membuat Wall Street KO.
Kalau yield obligasi pemerintah AS demikian tinggi, apa dampaknya buat Indonesia? Bukankan AS jauh, berada di seberang Samudera Atlantik?
Well, secara jarak memang jauh. Namun perekonomian dunia saat ini sudah terintegrasi, terhubung satu sama lain. Kepak sayap kupu-kupu di New York bisa membuat topan badai di Jakarta.
Seperti yang disinggung sebelumnya, yield obligasi yang tinggi menjadi 'pemanis' bagi investor untuk masuk ke pasar obigasi pemerintah AS. Akibatnya, pasar lain hanya kebagian remah rengginang, apalagi flowering country seperti Indonesia.
Ingat, investor asing masih memainkan peran di pasar keuangan Ibu Pertiwi. Di pasar saham, nilai perdagangan oleh investor asing sepanjang 2022 hingga 11 April adalah Rp 311,4 triliun. Angka itu mencapai 32% dari total nilai perdagangan.
Di pasar obligasi pemerintah alias Surat Berharga Negara (SBN), total kepemilikan oleh investor asing per 8 April 2022 adalah Rp 855,13 triliun. Jumlah yang setara dengan 17,69% dari total SBN yang diperdagangkan.
Memang pasar saham maupun SBN sudah didominasi oleh pemain lokal. Namun porsi pemain asing bukan sesuatu yang bisa dipandang sebelah mata.
Jika investor asing minggat dan memilih berlabuh di pasar obligasi pemerintah AS, maka dampaknya akan sangat terasa. Apalagi kalau mereka keluar berbarengan alias sudden reversal.
Kalau ini terjadi, maka pasar keuangan Nusantara niscaya bakal terguncang 'gempa' hebat. IHSG dan rupiah sangat mungkin bisa kembali masuk zona merah.
Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini
(aji/aji)