
Kepada Yth Bapak Joe Biden, Bunga Surat Utangnya Ketinggian!

Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama ditutup melemah, bahkan lumayan dalam. Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan Nasdaq Composite terpangkas masing-masing 1,17%, 1,67%, dan 2,17%.
Wall Street tertekan gara-gara fokus investor teralihkan ke pasar obligasi. Imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS terus menanjak dan menembus rekor baru.
Pada pukul 01:55 WIB, yield obligasi pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden tenor 10 tahun berada di 2,7801%. Ini adalah rekor tertinggi sejak awal 2019.
Kenaikan yield membuat pasar surat utang pemerintah Negeri Adidaya menjadi sangat 'seksi'. Akibatnya, arus dana yang megalir ke pasar saham menjadi seret.
Ekspektasi akan tren suku bunga tinggi membuat yield obligasi terkerek. Pasar semakin yakin bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bakal agresif dalam menaikkan suku bunga acuan demi menjangkar inflasi.
Pada Selasa pagi waktu setempat, Departemen Ketenagakerjaan AS akan merilis data inflasi periode Maret 2022. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi AS bulan lalu mencapai 8,5% dibandingkan periode yang sama pada 2021 (year-on-year/yoy). Kalau terwujud, maka akan menjadi yang tertinggi sejak 1981.
The Fed sepertinya akan 'kasih keras' soal kenaikan bunga acuan. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan rekan bakal mendongrak Federal Funds Rate sebanyak 2,5 poin persentase pada tahun ini. Jika terwujud, maka akan menjadi yang pertama sejak 1994.
"Dengan pernyataan dari para pejabat The Fed serta tekanan inflasi yang semakin nyata, kami memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan masing-masing 50 basis poin pada Mei, Juni, dan Juli," sebut James Knightly, Chief International Economist ING, seperti dikutip dari Reuters.
Jadi tidak heran kalau yield obigasi ikut terangkat. Sebab, suku bunga acuan sepertinya bakal naik tinggi sekali.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
(aji/aji)