Newsletter

Menunggu "Mesin Keempat" IHSG Berputar Kencang

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
08 April 2022 06:40
Saham Barang Konsumsi
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan masih bertahan di zona hijau pada perdagangan kemarin, meski rupiah melemah tipis di tengah kian perkasanya dolar Amerika Serikat (AS). Hari ini ruang penguatan masih terbuka di tengah potensi penguatan sektor konsumer.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,33% atau 23,15 poin di level 7.127,37 pada perdagangan Kamis (7/4/2022). Sebanyak 252 saham menguat, sementara 265 lainnya melemah dan 169 sisanya flat.

Penguatan IHSG ditopang oleh aksi beli saham investor asing. Data perdagangan mencatat nilai perdagangan mencapai Rp 13,57 triliun, di mana investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) senilai Rp 414 miliar di pasar reguler.

Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi yang paling banyak diborong asing dengan net buy senilai Rp 135,3 miliar sedangkan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) paling banyak dilepas asing dengan penjualan bersih (net sell) Rp 59,7 miliar.

Reli indeks acuan utama bursa nasional ini menjadikan bursa nasional jawara di Asia karena mayoritas bursa saham utama di kawasan memang tertekan. Indeks Nikkei, Hang Seng dan Shanghai bahkan drop lebih dari 1%

Pelaku pasar nasional memburu saham komoditas logam, teknologi dan perbankan mengikuti dinamika global. Seretnya pasokan logam nikel dunia karena sanksi Blok Barat terhadap Rusia membuka peluang pasar bagi emiten logam nasional.

Di sisi lain, saham teknologi seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) diburu di tengah keyakinan bahwa saham sektor tersebut masih menyimpan potensi dan future value sekalipun di tengah rezim suku bunga.

Demikian juga saham perbankan yang dinilai lebih resilien terhadap efek kenaikan suku bunga acuan yang juga menguntungkan saham perbankan yang memiliki basis nasabah kuat sehingga justru bisa meningkatkan margin keuntungan mereka.

Optimisme tersebut juga tercermin di pasar obligasi dengan kenaikan imbal hasil (yield). Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) melemah yang mengindikasikan pelaku pasar yang optimists dan lebih memilih menaruh dananya di saham.

Mayoritas investor cenderung kembali melepas SBN kemarin, ditandai dengan kembali naiknya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 1 tahun dan 25 tahun yang masih diburu investor pencari suaka risiko, ditandai dengan turunnya yield dan penguatan harga.

Yield SBN bertenor 1 tahun anjlok hingga 14,2 basis poin (bp) ke 2,593%, sedangkan yield obligasi pemerintah berjatuh tempo 25 tahun turun 0,6 bp ke 7,336%. Sementara itu, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali menguat 1,2 bp ke 6,792%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dinamika tersebut membuat nilai tukar rupiah berfluktuasi melawan dolar Amerika Serikat (AS), sebelum akhirnya melemah tipis. Indeks dolar AS yang terus menanjak di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS (Fed Funds Rate) membuat rupiah kesulitan menguat.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan kemarin dengan stagnan di Rp 14.355/US$, sebelum akhirnya menguat 0,07% ke Rp 14.245/US$. Tidak lama kemudian, rupiah berbalik melemah meski tipis ke Rp 14.362/US$.

Di penutupan perdagangan, rupiah berakhir di level Rp 14.358/US$, atau melemah tipis sebesar 0,02% di pasar spot. Indeks dolar AS yang terus melesat dalam 5 hari terakhir hingga mendekati level 100.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) berayun ke zona hijau pada perdagangan Kamis (7/4/2022), setelah investor mengkaji lebih jauh dampak pengetatan moneter oleh bank sentral (Federal Reserve/The Fed) terhadap perekonomian global.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 87,06 poin (+0,25%) ke 34.583,57 pada sesi penutupan fajar tadi (Waktu Indonesia Barat/WIB). S&P 500 tumbuh 19,06 poin (+0,43%) ke 4.500,21 dan Nasdaq bertambah 8,48 poin (+0,06%) ke 13.897,3.

Saham defensif menjadi tulang penggung penguatan, karena investor mulai meminati kembali saham dengan margin laba yang kuat untuk membentengi risiko perekonomian. Pfizer melompat 4,3% diikuti Walmart, Merck dan Procter & Gamble.

Saham teknologi bergerak variatif di mana Tesla naik 1,1% tetapi Twitter ambles 5,4%. Saham HP melesat 15% setelah Warren Buffett melalui Berkshire Hathaway membeli sahamnya.

"Pasar saat ini mencoba mencari-cari valuasi saham apa yang masih menguntungkan di kala suku bunga meninggi. Tiap berita ekonomi yang keluar mengubah ekspektasi ke depan soal margin dan pasar perlu mengetahui itu," tutur Timothy Lesko, penasihat keuangan senior Mariner Wealth Advisors, kepada CNBC International.

Pergerakan pasar yang volatil beberapa hari terkahir terjadi mengiringi munculnya sinyal bahwa para pejabat bank sentral berencana mengurangi triliunan kepemilikan obligasi mereka dengan jumlah konsensus sekitar US$ 95 miliar.

Pejabat The Fed secara umum setuju bahwa akan melepas obligasi senilai US$ 60 miliar dan efek beragun aset (EBA) senilai US$ 35 miliar secara bertahap dan kemungkinan akan dimulai pada Mei. Sementara itu, kenaikan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin dapat dipastikan akan terjadi untuk memerangi lonjakan inflasi.

Sentimen positif muncul setelah data pengangguran mingguan AS menunjukkan ada 166.000 pengajuan klaim baru tunjangan pengangguran, atau lebih mendingan dari prediksi pasar sebanyak 200.000 klaim.

Investor juga masih mengawasi perkembangan perang Rusia-Ukraina, di mana Senat AS merilis larangan impor minyak dan gas dari Rusia. Harga minyak pun melemah, di mana harga minyak acuan AS turun 0,6% ke US$ 96,03/barel dan jenis Brent tergelincir 0,5% ke US$ 100,58/barel.

Sektor keuangan, pertambangan, dan teknologi kemarin menjadi penopang penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sehingga bursa nasional menjadi yang masih bertahan di zona hijau tatakala mayoritas bursa Asia melemah dicekam kekhawatiran seputar dampak kebijakan sku bunga tinggi di Amerika Serikat (AS).

Namun demikian, hari ini pasar saham nasional masih memiliki ruang penguatan karena bursa AS pun fajar tadi ditutup menguat meski tipis. Di sisi lain, Indonesia masih memiliki amunisi untuk menjadi energi tambahan penguatan, yakni saham konsumer dan ritel.

Sebagai negara dengan kontribusi konsumsi publik mencapai 54% dari kue Produk Domestik Bruto (PDB), sektor konsumer menjadi dan ritel berpeluang mendapatkan angin segar penguatan kinerja di tengah pelonggaran aktivitas masyarakat sejak awal tahun ini.

Momentum Puasa dan Lebaran, yang secara historis menyumbang kenaikan konsumsi (dan inflasi) nasional bakal berjalan normal kembali, setelah dalam dua tahun terakhir loyo akibat pandemi dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Harap dicatat, sektor konsumer non-siklikal menyumbang 12,31% kapitalisasai pasar nasional, berada di posisi kedua setelah sektor keuangan yang porsinya menjadi teratas sebanyak 36,13%. Sektor teknologi berada di posisi ketiga dengan porsi 9,92%.

Oleh karena itu, ketika berbicara mesin penguatan bursa nasional, maka sejauh ini baru tiga mesin yang bergerak maksimal yakni keuangan, teknologi dan industri dasar (sektor komoditas logam). Satu mesin belum beroperasi maksimal, yakni konsumer.

Mengutip JPMorgan Asset Management dan Goldman Sachs, optimisme pasar global terbentuk karena keunikan ekonomi Indonesia yang justru mendapatkan berkah di tengah konflik Ukraina-Rusia.

Kedua bank investasi global tersebut memang stidak secara spesifik menyebutkan sektor konsumer dengan menyebutkan sektor komoditas, keuangan, dan prospek teknologi di Tanah Air masih akan kuat.

Namun demikian, sulit melupakan bagaimana kisah pemulihan ekonomi di Indonesia senantiasa terkait dengan konsumsi masyarakat. Jika konsumsi masyarakat sudah pulih, tentu saja tidak ada alasan untuk menafikan prospek saham sektor konsumer tersebut.

Oleh karenanya, investor saham di dalam negeri bakal memantau rilis Indeks Keyakinan Konsumsn (IKK) pada hari ini. Menurut proyeksi Tradingeconomics, indeks yang mengukur kecenderungan kenaikan/penurunan belanja masyarakat ini diprediksi di angka 116, membaik dari posisi sebelumnya 113,1.

Jika proyeksi tersebut terkonfirmasi, maka pemulihan sektor konsumsi dan ritel tak ternafikan, yang pada akhirnya bakal memutar mesin keempat bursa nasional, yakni sektor konsumer nonsiklikal.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Parade pidato pejabat bank sentral (01:00-03:00 WIB)
  • Indeks keyakinan konsumen RI per Maret (10:00 WIB)
  • Rilis PDB dan inflasi Rusia (11:00 WIB)

Hari ini setidaknya terdapat empat agenda korporasi yakni:

  • Cash dividend PT Semen Indonesia Tbk/SMGR
  • Cash dividend PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk/GOOD
  • Cash dividend PT Pelat Timah Nusantara Tbk/NIKL
  • Listing PT Sigma Energy Compressindo Tbk/SICO (09:00 WIB
  • RUPST PT United Tractors Tbk/UNTR (09:00 WIB)
  • RUPST PT Solusi Bangun Indonesia Tbk/SMCB (09:00 WIB)
  • RUPST/LB PT Mandala Multifinance Tbk/MFIN (10:00 WIB)
  • RUPSLB PT Bank Nationalnobu Tbk/NOBU (14:00 WIB)
  • RUPST/LB PT DCI Indonesia Tbk/DCII (14:00 WIB)
  • RUPST PT Bank Cimb Niaga Tbk/BNGA (14:00 WIB)

Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular