Newsletter

The Fed Makin Galak karena Inflasi, Saatnya Defensif Guys!

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
07 April 2022 07:20
Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)
Foto: Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) masih tertahan di zona merah pada penutupan perdagangan Rabu (6/4/2022), di tengah berlanjutnya koreksi saham sektor teknologi menyusul rilis risalah rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 144,67 poin (-0,42%) ke 34.496,51. S&P 500 surut 43,97 poin (-0,97%) ke 4.481,15 dan Nasdaq drop 315,35 poin (-2,22%) ke 13.888,82.

Investor menyambut negatif risalah rapat The Fed pada rapat bulan lalu yang mengindikasikan bahwa para pejabat bank sentral "secara umum sepakat" mengurangi neraca keuangannya sebesar US$ 95 miliar per bulan.

Selain itu, mereka juga mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) yang lebih agresif dari sekadar 25 basis poin. Bursa saham AS anjlok ketika notula rapat tersebut dirilis, meski kemudian di penghujung perdagangan laju koreksi kian berkurang.

"Banyak peserta rapat mencatat bahwa-dengan inflasi di atas target Komite [Pasar Terbuka Federal/FOMC], risiko inflatoir masih meninggi, dan Fed Funds Rate di bawah estimasi peserta  pasar dalam jangka panjang-mereka condong pada kenaikan sebesar 50 basis poin di rentang waktu yang ditargetkan," demikian tertulis dalam risalah rapat tersebut.

Sebelumnya Presiden The Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan "sangat cemas" melihat inflasi. Komentar itu menimpali pernyataan Gubernur The Fed Lael Brainard yang memberi sinyal dukungan kenaikan suku bunga acuan dan mengurangi neraca secepatnya pada Mei.

Sementara itu, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly menilai inflasi tinggi sama buruknya dengan pengangguran bagi masyarakat Amerika Serikat (AS) karena memicu beban ekonomi dan menekan tingkat kesejahteraan.

"Hari ini dan kemarin anda mulai benar-benar melihat pasar saham mengejar obligasi," tutur Chris Zaccarelli, Direktur Investasi Independent Advisor Alliance, dikutip CNBC International. "Artinya, pasar saham mulai memfaktorkan The Fed yang kian agresif. Anda mulai melihat pelarian modal ke aset aman, melihat pergerakan klasik bernama risk-off [penghindaran risiko]."

Terungkapnya sikap agresif bank sentral AS tersebut membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-melesat ke 2,65% yang merupakan tertinggi dalam 3 tahun terakhir.

Saham teknologi pun anjlok melanjutkan koreksi kemarin karena kenaikan suku bunga acuan bakal memukul beban bunga pendanaan mereka. Saham Apple, Microsoft, Amazon dan Tesla menjadi pemberat utama indeks bursa AS. Saham Nvidia dan Marvell Technology terus melemah, masing-masing sebesar 5,9% dan 2,6%.

Kebijakan hawkish The Fed mendorong investor melirik saham dengan laba yang pasti seperti sektor utilitas, layanan kesehatan, dan konsumen terus menguat di antaranya Johnson & Johnson yang melesat lebih dari 2%. Saham Coca Cola dan Procter & Gamble juga menguat lebih dari 1% mengejar kenaikan saham Walmart sebesar 2,3%.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular