
The Fed "Perang Terbuka" Lawan Inflasi, Pasar Indonesia Aman?

Bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada penutupan perdagangan Selasa (5/4/2022), setelah pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyatakan akan mengetatkan moneter secara agresif yang memicu kembali kekhawatiran akan resesi.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 280,7 poin (-0,8%) ke 34.641,18. Sementara itu, S&P 500 surut 57,52 poin (-1,26%) ke 4.525,12 dan Nasdaq drop 328,39 poin (-2,26%) ke 14.204,17.
Koreksi terjadi setelah Gubernur Federal Reserve Lael Brainard mengatakan bahwa pihaknya perlu menurunkan neracanya "secara cepat" untuk menekan inflasi. "Inflasi terlalu tinggi dan dan menyimpan risik kenaikan lanjutan," tuturnya, dikutip CNBC International.
Bank sentral The Fed, lanjut dia, perlu secara bertahap mendongkrak suku bunga acuan (Fed Funds Rate). Komen tersebut membuat imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-melesat ke 2,56% yang merupakan tertinggi sejak Mei 2019.
Deutsche Bank menjadi bank di Wall Street pertama yang memprediksi resesi AS akhir 2023 atau awal 2024 karena agresivitas The Fed memerangi inflasi."Kami melihat dua pertumbuhan kuartalan negatif dan kenaikan angka pengangguran lebih dari 1,5%, sebuah perkembangan yang bisa dibilang sebagai resesi, meski moderat," tulis bank asal Belanda itu dalam laporan risetnya.
Saham-saham defensif pun menguat. Johnson & Johnson dan Pfizer tumbuh lebih dari 1,5% Procter & Gamble dan Walmart juga menguat. Sementara itu, saham kapal pesiar Carnival dan Norwegian Cruise Line naik lebih dari 1%.
Sebaliknya, saham teknologi yang terimbas kenaikan suku bunga acuan karena getorl menerbitkan obligasi hari ini cenderung tertekan. Nvidia ambles 5,2% sementara AMD terkapar 3%.
Investor juga mengawasi Eropa, karena perang antara Rusia-Ukraina berlarut-larut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuding Rusia melakukan kejahatan perang yang menewaskan 300 orang di Bucha, pinggiran kota dekat Kyiv. Rusia membantah dan menduga itu hanya sandiwara Ukraina dengan mayart-mayat palsu.
Setelah sempat menguat, harga minyak mentah surut kembali. Minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) anjlok 1,28% dan diperdagangkan sekitar US$101,96/barel. Sementara itu, jenis Brent turun 0,83% ke US$106,64.
Investor masih menunggu risalah rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dijadwalkan akan dirilis pada Rabu (6/4) waktu setempat, yang memberikan gambaran lebih lanjut tentang jalur kenaikan suku bunga acuan.
(ags/ags)