Newsletter

Adu 'Banteng' dan 'Beruang' Imbang, IHSG Bisa ke 7.000?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
24 March 2022 06:50
IHSG
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot dari posisi harga penutupan tertinggi sepanjang sejarah di Rp 7.000 pada perdagangan kemarin. Meskipun begitu asing masih 'memarkir' dananya di bursa acuan saham Indonesia.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis 0,17% di level 6.996,11 pada perdagangan hari ini, Rabu (23/3/2022). Asing kembali mencatatkan inflow dengan net buy di pasar reguler mencapai Rp 789,42 miliar.

Mayoritas bursa saham Asia kembali bergerak di zona hijau pada perdagangan hari ini. Indeks Nikkei Jepang memimpin penguatan dengan apresiasi 3% dan disusul Hang Seng yang naik 1,21%

Sementara untuk indeks Shanghai Composite China ditutup menguat 0,34% ke level 3.271,03, Straits Times Singapura bertambah 0,42% ke 3.364,26, ASX 200 Australia terapresiasi 0,5% ke 7.377,9, dan KOSPI Korea Selatan melesat 0,92% ke posisi 2.735,05.

Sementara itu, rupiah ditutup di Rp 14.345/US$, menguat tipis 0,08%. Rupiah menjadi satu-satunya mata uang utama Asia yang mampu menguat pada hari ini.

Kemarin,harga minyak mentah jenis Brent melonjak 5,3% menjadi US$ 121,6 per barel, sedangkan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat 2,32% ke level US$ 114,35 per barel.

Pelaku pasar mulai menimbang-nimbang kemungkinan resesi terjadi lagi. Triliuner Carl Icahn memberikan peringatan tersebut.

"Saya pikir kemungkinan terjadinya resesi sangat besar, bahkan bisa lebih buruk lagi," kata Icahn, dalam acara "Closing Bell Overtime"CNBC International, Selasa (22/3).

Icahn mengatakan inflasi yang sangat tinggi menjadi ancaman bagi utama bagi perekonomian, dan Perang Rusia - Ukraina menambah ketidakpastian yang ada.

Inflasi di Amerika Serikat kini berada di level tertinggi dalam 40 tahun terakhir, yang membuat bank sentral AS (The Fed) akan agresif menaikkan suku bunga di tahun ini. The Fed pada pekan lalu sudah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5%, dan berencana menaikkan 6 kali lagi masing-masing 25 basis poin di tahun ini.

Namun, ketua The Fed, Jerome Powell, membuka peluang kenaikan lebih agresif lagi. Pelaku pasar melihat ada probabilitas sekitar 66% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan Mei. Selain itu, bank investasi Goldman Sachs bahkan melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan Mei dan Juni.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ambles pada perdagangan Rabu (23/3/2022), di tengah melonjaknya kembali harga minyak mentah dunia di tengah eskalasi konflik Ukraina.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup ambles 448,96 poin (1,29%) ke 34.358,5. S&P 500 anjlok 55,37 poin (1,23%) ke 4.456,24 dan Nasdaq merosot 186,22 poin (-1,32%) ke 13.922,6.

Kemarin, harga minyak mentah jenis Brent melonjak 5,3% menjadi US$ 121,6 per barel, sedangkan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat 2,32% ke level US$ 114,35 per barel.


Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar pun terus menguat hingga menyentuh 2,41% yang menjadi level tertinggi sejak Mei 2019. Kenaikan terjadi sejak bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 0,25-0,5%. Itu merupakan kenaikan suku bunga acuan untuk pertama kali.

The Fed membuka peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bp dan mengindikasikan kenaikan enam kali di tahun ini. Pada Senin (21/3) lalu, Powell kembali menyatakan bahwa akan mengambil tindakan agresif terhadap inflasi.

"Masih sangat sulit mencoba mengukur bagaimana suku bunga yang tinggi akan mempengaruhi inflasi, ekonomi, dan pertumbuhan laba emiten dan kemudian ditambahi dengan faktor perang yang memperberatnya," tutur Jack Ablin, Kepala Investasi Cresset Capital seperti dikutip CNBC International.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta negara-negara lain untuk memberi tekanan terhadap Rusia dengan mengklaim konflik telah berada di jalan buntu. Dengan situasi demikian, investor aktivis terkenal Carl Icahn memperkirakan ada potensi resesi ekonomi di AS.

Pasar akan memantau data penjualan rumah baru di Februari yang akan dirilis hari ini pukul 10:00 pagi waktu setempat.

IHSG berpotensi bergerak variatif pada perdagangan hari ini menyusul tarik menarik sentimen dari luar negeri dan dalam negeri. IHSG berpotensi bergerak di rentang 6.900 sebagai area support hingga 7.016 sebagai resisten.

Dari luar negeri, Bursa saham Amerika Serikat (AS) ambles pada perdagangan Rabu (23/3/2022), di tengah melonjaknya kembali harga minyak mentah dunia di tengah eskalasi konflik Ukraina.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar pun terus menguat hingga menyentuh 2,41% yang menjadi level tertinggi sejak Mei 2019. Kenaikan terjadi sejak bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 0,25-0,5%. Itu merupakan kenaikan suku bunga acuan untuk pertama kali.

Harga minyak mentah yang melonjak membuat kemungkinan resesi terjadi lagi kian meningkat. Triliuner Carl Icahn memberikan peringatan tersebut.

Kemarin, harga minyak mentah jenis Brent melonjak 5,3% menjadi US$ 121,6 per barel, sedangkan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat 2,32% ke level US$ 114,35 per barel.

"Saya pikir kemungkinan terjadinya resesi sangat besar, bahkan bisa lebih buruk lagi," kata Icahn, dalam acara "Closing Bell Overtime" CNBC International, Selasa (22/3).

Icahn mengatakan inflasi yang sangat tinggi menjadi ancaman bagi utama bagi perekonomian, dan Perang Rusia - Ukraina menambah ketidakpastian yang ada.

Dari dalam negeri, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, dari 5,6% menjadi 5,4%. Seiring dengan tingginya kondisi ketidakpastian global. Ramalan tersebut sebenarnya masih lebih tinggi dari perkiraan pemerintah yang sebesar 5,2%. 

Sederet risiko memang mempengaruhi ekonomi tanah air, terutama dari sisi global. Seperti lonjakan inflasi negara maju dan berkembang, perubahan arah kebijakan moneter negara maju seperti AS, hingga perang Ukraina dan Rusia.

Namun di sisi lain ada efek lonjakan harga komoditas internasional, seperti batu bara, nikel, minyak kelapa sawit dan lainnya yang memberikan efek positif terhadap perekonomian, juga pendapatan pemerintah dan dunia usaha.

momen lebaran tahun ini diperbolehkan mudik untuk pertama kalinya sejak tahun 2020. Menteri Budi Gunadi Sadikin menyampaikan perkembangan terkini aturan mudik yang disiapkan pemerintah. Mudik kini diperbolehkan tanpa syarat apapun.

Budi Gunadi menuturkan, mudik tanpa syarat berlaku jika sudah vaksin lengkap ditambah booster. Masyarakat tak perlu lagi tes antigen untuk bisa mudik. Sedangkan yang belum booster ada syaratnya, yakni harus antigen covid-19 negatif.

Hal ini jadi sentimen positif bagi emiten yang bergerak di tol, transportasi dan ritel. Bagi emiten sektor tol dan transportasi, traffic bisa meningkat saat mudik diperbolehkan sehingga pendapatan bisa diraup.

Sementara untuk emiten ritel terutama yang menjual pakaian, momen lebaran adalah penopang pendapatan terbesar dalam setahun yang biasanya masuk dalam kinerja kuartal II. Kontribusinya momen lebaran bisa mencapai 30%-50% dari total pendapatan dalam setahun. Sehingga ini jadi momentum yang baik bagi emiten ritel.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • PMI Manufaktur Flash Australia per Maret (05.00 WIB)
  • Pertemuan Bank Sentral Jepang (07.30 WIB)
  • PMI Manufaktur Flash Perancis per Maret (15.15 WIB)
  • PMI Manufaktur Flash Jerman per Maret (15.30 WIB)
  • PMI Manufaktur Flash Uni Eropa per Maret (16.00 WIB)
  • PMI Manufaktur Flash Inggris per Maret (16.30 WIB)
  • Klaim Awal Pengangguran Amerika Serikat Minggu yang Berakhir 19 Maret (19.30 WIB)
  • PMI Manufaktur Flash Amerika Serikat per Maret (20.45 WIB)
  • Cadangan Gas Amerika Serikat per 18 Maret oleh EIA (21.30 WIB)

Berikut agenda korporasi yang akan berlangsung hari ini:

  • RUPST & RUPSLB WOMF (10.00 WIB)
  • RUPST ITMG (13.00 WIB)
  • RUPSLB CMPP (14.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

 

Pertumbuhan Ekonomi (2021 YoY)

3,69%

Inflasi (Februari 2022, YoY)

2,06%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Maret 2022)

3,50%

Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2022)

-4,85% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (2021)

0,30% PDB

Cadangan Devisa (Februari 2022)

US$ 141,4 miliar

 

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular