
Adu 'Banteng' dan 'Beruang' Imbang, IHSG Bisa ke 7.000?

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ambles pada perdagangan Rabu (23/3/2022), di tengah melonjaknya kembali harga minyak mentah dunia di tengah eskalasi konflik Ukraina.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup ambles 448,96 poin (1,29%) ke 34.358,5. S&P 500 anjlok 55,37 poin (1,23%) ke 4.456,24 dan Nasdaq merosot 186,22 poin (-1,32%) ke 13.922,6.
Kemarin, harga minyak mentah jenis Brent melonjak 5,3% menjadi US$ 121,6 per barel, sedangkan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat 2,32% ke level US$ 114,35 per barel.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar pun terus menguat hingga menyentuh 2,41% yang menjadi level tertinggi sejak Mei 2019. Kenaikan terjadi sejak bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 0,25-0,5%. Itu merupakan kenaikan suku bunga acuan untuk pertama kali.
The Fed membuka peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bp dan mengindikasikan kenaikan enam kali di tahun ini. Pada Senin (21/3) lalu, Powell kembali menyatakan bahwa akan mengambil tindakan agresif terhadap inflasi.
"Masih sangat sulit mencoba mengukur bagaimana suku bunga yang tinggi akan mempengaruhi inflasi, ekonomi, dan pertumbuhan laba emiten dan kemudian ditambahi dengan faktor perang yang memperberatnya," tutur Jack Ablin, Kepala Investasi Cresset Capital seperti dikutip CNBC International.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta negara-negara lain untuk memberi tekanan terhadap Rusia dengan mengklaim konflik telah berada di jalan buntu. Dengan situasi demikian, investor aktivis terkenal Carl Icahn memperkirakan ada potensi resesi ekonomi di AS.
Pasar akan memantau data penjualan rumah baru di Februari yang akan dirilis hari ini pukul 10:00 pagi waktu setempat.
(ras/ras)