Newsletter

The Fed Naikkan Suku Bunga, Semua Mata Kini Tertuju ke BI

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
17 March 2022 06:50
Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell  (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Selain soal kabar bahwa Ukraina dan Rusia kian intens bernegosiasi untuk mencapai perdamaian tentatif, pada hari ini, investor akan mencerna hasil dari keputusan suku bunga The Fed sebagaimana yang telah disinggung di halaman sebelumnya.

Pada Kamis dini hari, pukul 01.00 WIB, The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps, yang merupakan kenaikan pertama sejak 2018. Dengan ini, hal tersebut akan membuat suku bunga sekarang ke kisaran 0,25%-0,5%.

Dalam rapat FOMC, kenaikan suku bunga disetujui dengan hanya satu perbedaan pendapat. Presiden The Fed St Louis, James Bullard, menginginkan kenaikan sebesar 50 basis poin.

Secara median, anggota rapat FOMC mengharapkan suku bunga The Fed naik menjadi 1,9% pada akhir tahun, atau kira-kira tujuh kali kenaikan total pada tahun 2022.

Kenaikan suku bunga secara agresif oleh The Fed tersebut juga sudah diantisipasi oleh para para pelaku pasar.

Sebelumnya, menjelang pertemuan FOMC minggu ini, pasar telah memperkirakan bakal ada sekitar tujuh kenaikan suku bunga 0,25% tahun ini, menurut data CME Group.

Ketua The Fed Jerome Powell pada konferensi pers pasca-rapat mengisyaratkan bahwa pengurangan neraca The Fed bisa dimulai pada Mei, dan mengatakan prosesnya bisa setara dengan kenaikan suku bunga lain tahun ini.

"Kami memperhatikan risiko tekanan kenaikan lebih lanjut pada inflasi dan ekspektasi inflasi," kata Powell pada konferensi pers, dikutip CNBC International.

"[The Fed] bertekad untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memulihkan stabilitas harga. Ekonomi AS sangat kuat dan dalam posisi yang baik untuk menangani kebijakan moneter yang lebih ketat," imbuhnya.

Berkaitan dengan itu, perkiraan The Fed menunjukkan para pejabat bank sentral bersiap untuk pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih lambat selama tahun mendatang, dengan proyeksi median turun menjadi 2,8% pertumbuhan untuk 2022. Posisi ini turun dari 4% yang diproyeksikan pada bulan Desember lalu.

Di sisi inflasi, ekspektasi median menunjukkan para pejabat memperkirakan inflasi berada di 4,3% hingga akhir tahun ini, yang diukur dengan indikator pilihan Fed. Angka tesebut secara signifikan lebih tinggi dari perkiraan tingkat inflasi 2,6% pada bulan Desember.

Hal tersebut mencerminkan dampak perang Rusia-Ukraina, kata Powell dalam konferensi per, yang semakin memperumit rantai pasokan dan turut menaikkan harga minyak.

Powell bilang, inflasi kemungkinan akan tetap tinggi hingga pertengahan tahun ini, sebelum kemudian perlahan turun.

Kenaikan suku bunga The Fed dini hari tadi sekaligus menandai berakhirnya fase gelontoran stimulus besar-besaran yang diberlakukan saat pandemi Covid-19 pertama kali menyebar ke seluruh AS.

Stimulus tersebut turut membantu ekonomi bangkit kembali lebih cepat dari yang diperkirakan banyak orang dan mendorong pasar saham ke level tertinggi anyar.

Namun, seperti dicatat Wall Street Journal (WSJ), investor dihadapkan pada tantangan yang berbeda, yakni angka inflasi yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun. Bahkan, beberapa bahkan khawatir tentang resesi yang membayangi.

"Sepertinya mereka ingin mengirim pesan bahwa mereka memerangi inflasi dan mereka akan melawannya dengan cepat dan mengendalikannya," kata Kathy Jones, kepala strategi pendapatan tetap di Schwab Center for Financial Research kepada WSJ. 

Menanti Keputusan MH Thamrin

Menyusul keputusan suku bunga The Fed, Bank Indonesia (BI), yang bermarkas di Jalan MH Thamrin Jakarta, dijadwalkan akan mengumumkan keputusan suku bunga pada siang hari pukul 14.30 WIB.

Sebagai informasi, Gubernur Perry Warjiyo dan anggota Dewan Gubernur lain dijadwalkan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2022 pada 16-17 Maret 2022.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Dari 15 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya satu yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.

Jika sesuai ekspektasi, maka suku bunga acuan akan bertahan di 3,5% sejak Februari 2021 atau sudah bertahan selama 13 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.

Keyakinan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga didorong fakta bahwa inflasi Indonesia masih terkendali meskipun mengalami kenaikan dalam dua bulan terakhir. Pada Februari 2022, Indonesia mencatatkan inflasi tahunan (year on year/YoY) sebesar 2,06%, lebih rendah dibandingkan Januari (2,18%).

Sebagai catatan, Indonesia tidak pernah mencatat inflasi tahunan di atas 2% sejak Mei 2020. BI sendiri menargetkan inflasi bergerak di 3,0%±1% pada tahun ini

Perry Warjiyo sendiri berkali-kali menegaskan bahwa BI tidak akan menaikkan suku bunga selama inflasi belum melonjak.

Kendati diperkirakan masih mempertahankan suku bunga pada bulan Maret, BI diramal akan menaikkan suku bunga tahun ini. Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail bahkan memprediksi BI sudah akan menyesuaikan suku bunga acuan di Maret ini.

"(Penyesuaian untuk) mengantisipasi kenaikan The Fed Fund Rate (FFR) di Maret sebesar 25 bps," tuturnya, kepada CNBC Indonesia.

Ekonom OCBC Wellian Wiranto memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga mulai Mei tahun ini. Kenaikan mempertimbangkan FFR yang diramal akan naik.

"BI mungkin tidak menaikkan suku bunga minggu ini tetapi mereka akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, kemungkinan di Mei. Kami memperkirakan suku bunga acuan BI akan berada di 4,5% di akhir tahun," ujar Wellian.

Selain The Fed dan BI, pada pukul 19.00 WIB, bank sentral Inggris, Bank of England (BoE) juga akan mengumumkan keputusan suku bunga, yang diperkirakan akan naik 0,25 basis poin (bps) menjadi 0,75%. 

Sebelumnya, BoE juga menaikan suku bunga utamanya sebesar 25 bps menjadi 0,5% selama pertemuan Februari 2022, yang sesuai dengan ekspektasi pasar.

(adf/adf)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular