Newsletter

Pecinta Cuan, Ada 2 "Obat Kuat" Buat IHSG Hari Ini!

Putra, CNBC Indonesia
10 March 2022 06:10
Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham dan nilai tukar rupiah mencatatkan kinerja yang impresif pada perdagangan kemarin, Selasa (9/3/2022). Sementara itu pasar obligasi negara (SBN) cenderung bervariatif. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir dengan penguatan 0,74% di level 6.864,44  kemarin. Indeks konsisten bergerak di zona hijau sejak perdagangan dibuka.

Investor asing tercatat melakukan net buy sebesar Rp 760 miliar di pasar reguler. Saham PT Astra International Tbk (ASII) lagi-lagi diborong asing dengan nilai jumbo. Net buy asing di ASII mencapai Rp 209 miliar dan harga sahamnya naik 0,8%.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga diborong asing dengan net buy Rp 170 miliar. Harga saham bank pelat merah satu ini pun menguat 3,16% hingga akhir sesi.

Total nilai transaksi hari ini cukup jumbo menjadi Rp 31,26 triliun. Ternyata, asing terpantau melakukan net sell di pasar negosiasi dengan nilai jumbo. Data perdagangan mencatat asing net sell Rp 12,08 triliun di pasar negosiasi dan tunai. Di pasar reguler asing terpantau mencatatkan net buy hampir Rp 760 miliar. 

Nilai tukar rupiah menguat dua hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS). Tidak sekedar menguat, rupiah bahkan menjadi yang terbak di Asia kemarin.

Rupiah yang sepanjang perdagangan kemarin tidak pernah masuk ke zona merah membuat kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) juga menguat 0,16% ke Rp 14.371/US$.

Katalis positif untuk aset berisiko domestik adalah meredanya konflik Rusia-Ukraina. Rusia mengumumkan gencatan senjata dengan Ukraina pada Selasa malam waktu setempat. Hal ini dilakukan untuk mengevakuasi penduduk sipil. Meski tampaknya hanya sementara, namun pelaku pasar merespons positif perkembangan tersebut. 

Hanya saja harga SBN domestik cenderung variatif. Imbal hasil (yield) SBN acuan 10 tahun terpantau mengalami penurunan tipis 0,1 bps di level 6,79% sedangkan yield SBN 5 tahun naik 5,4 bps ke level 5,61%.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di bulan Februari 2022 tetap mencerminkan optimisme meski mengalami penurunan 6,8 poin dari Januari 2022 menjadi 113,1.

Merespons adanya gencatan senjata sementara Rusia dan Ukraina membuat pasar saham AS kembali bergairah dan menguat signifikan. Indeks Dow Jones dan S&P ditutup menguat lebih dari 2% sedangkan Nasdaq Composite melompat lebih dari 3%. 

Saham teknologi menjadi pendorong utama perbaikan kinerja Wall Street yang sebelum-sebelumnya selalu melempem. Saham Netflix naik 5% disusul Microsoft yang menguat 4,6%. Meta Platforms (induk FB dan instagram) dan Alphabet (induk Google) masing-masing naik 4,3% dan 5%.

Saham sektor konsumen sebelumnya tertekan kemarin juga ikut naik. Saham Nike naik 4,7% dan Starbucks melompat 4,3%. Saham sektor transportasi juga mengekor, harga saham Carnival Corp naik 8,8% dan United Air Lines naik 8,3%.

Katalis positif lain untuk bursa Wall Street adalah penurunan harga minyak mentah. Si emas hitam sudah menguat lebih dari 50% sepanjang tahun ini. Namun semalam harga ambrol lebih dari 10% untuk dua jenis minyak yang menjadi acuan global yakni Brent dan West Texas Intermediate (WTI). 

Saat harga minyak mentah menguat, maka saham-saham di sektor migas juga ikut mengalami kenaikan yang cukup tinggi dan menjadi primadona sepanjang tahun ini.

Faktor yang memicu kenaikan harga minyak di sepanjang 2022 masih seputar konflik antara Rusia dengan Ukraina. Keduanya merupakan eksportir energi yang memasok minyak dan gas ke Eropa terutama. 

Biden yang memutuskan untuk memberikan sanksi terhadap ekonomi Rusia karena menginvasi Ukraina membuat harga minyak semakin naik.

Kemarin, mayoritas indeks berakhir melemah setelah sempat berayun di sesi perdagangan. Indeks Dow Jones berakhir dengan melemah 184 poin atau turun 0,5%. Hal yang serupa terjadi pada indeks S&P 500 terkoreksi 0,7% dan Nasdaq drop 0,2%.

Harga komoditas lain juga melonjak termasuk nikel yang mencapai rekor terbaru di atas US$ 100,000 per metrik ton. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 3,7 basis poin ke 1,91% dipicu oleh kecemasan inflasi dan menyebabkan investor melepaskan obligasi.

Di sisi lain sentimen positif juga datang dari rilis data ketenagakerjaan AS. Data JOLT job openings dilaporkan mengalami kenaikan dan mencapai angka 11,26 juta jauh lebih baik dari perkiraan pasar yang memproyeksikan hanya sebesar 10,93 juta. 

Di saat pasar saham AS mengalami reli, harga obligasi pemerintah AS justru melemah. Hal ini tercermin dari kenaikan yield US Treasury yang naik 5 bps menjadi 1,93%.l 

Kenaikan harga saham-saham AS menjadi katalis positif untuk bursa Asia yang akan buka hari ini, Kamis (10/3/2022). Tidak hanya saham, aset berisiko lainnya seperti token kripto juga menguat. 

Penguatan harga aset digital tersebut dipicu karena Presiden AS sudah memberikan instruksi para pejabat AS untuk mengatur token kripto seperti Bitcoin cs. Pasar juga merespons positif arahan Biden karena selama ini AS cenderung skeptis terhadap koin digital tersebut. 

Dalam instruksinya, Biden mengatakan bahwa AS harus tetap mempertahankan kepemimpinannya di bidang teknologi di tengah pertumbuhan yang pesat dan dalam rangka untuk mendukung inovasi serta di saat yang sama memitigasi risiko yang dihadapi oleh konsumen, bisnis, sistem keuangan hingga iklim.

Tidak hanya Bitcoin saja yang harganya naik, tetapi token kripto lain juga ikut melesat. Ethereum, token kripto terbesar kedua dan yang paling banyak digunakan untuk pengembangan Non-Fungible Token (NFT) juga naik 6% lebih.

Ketika harga aset-aset berisiko seperti saham dan kripto naik, tentu saja ini akan semakin memperkuat sentimen positif di pasar keuangan yang diharapkan dampaknya dapat dirasakan ke berbagai belahan dunia lain.

Selain kedua aspek di atas, investor juga patut mencermati agenda rilis data ekonomi. Tepat pada Kamis (10/3/2022), AS akan merilis data inflasi bulanan. Konsensus pasar memperkirakan inflasi AS bulan Februari 2022 akan naik 7,9% secara year on year (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yaitu 7,5% yoy pada Januari. 

Dengan harga minyak yang masih berada di level tertingginya dalam waktu lebih dari satu dekade terakhir, kenaikan inflasi memang mungkin terjadi. Apabila perkiraan pasar tepat, maka inflasi bulan Februari 2022 akan menjadi inflasi tertinggi dalam empat dekade terakhir. 

Inflasi yang tinggi membuat the Fed harus bersiap mengetatkan kebijakan moneternya. Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan bisa sampai 7x tahun ini. 

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan merilis data survei penjualan eceran untuk bulan Januari 2022. Trading Economics memperkrakan penjualan ritel di bulan Januari naik sampai 15,9% yoy. 

Sentimen di pasar sedang baik. Hal ini diharapkan bisa menjadi pengerek utama IHSG untuk kembali menembus capaian sejarah barunya.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Rilis Data Indeks Harga Produsen Jepang bulan Februari 2022 (06.50 WIB)
  • Rilis Data Penjualan Ritel Indonesia bulan Januari 2022 (10.00 WIB)
  • Pengumuman Kebijakan Moneter ECB (19.45 WIB)
  • Rilis Data Inflasi AS (20.30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Pertumbuhan Ekonomi (2021 YoY)3,69%
Inflasi (Februari 2022, YoY)2,06%
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Februari 2022)3,50%
Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2021)-4,85% PDB
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (2021)0,30% PDB
Cadangan Devisa (Februari 2022)US$ 141,4 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/sef) Next Article Ini Penyebab IHSG Ambruk 1% Lebih Menurut Para Analis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular