Newsletter

Perang Jadi Ancaman tapi IHSG Masih Aman?

Putra, CNBC Indonesia
Senin, 07/03/2022 06:10 WIB

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham domestik mencatatkan apresiasi tipis minggu lalu ketika nilai tukar rupiah melemah melawan dolar AS dan imbal hasil (yield) SBN 10 tahun cenderung mengalami kenaikan. 

Rupiah ditutup melemah 0,35% di hadapan greenback dalam perdagangan yang hanya berlangsung 3 hari pekan lalu. Pada perdagangan terakhir Jumat (4/3/2022), rupiah ditutup di posisi Rp 14.385/US$.

Di saat yang sama yield SBN 10 tahun naik 13 basis poin (bps) ke level 6,64%. Kenaikan yield mengindikasikan bahwa harga SBN sedang mengalami penurunan. SBN dianggap sebagai salah satu aset minim risiko domestik. Namun harganya justru melemah saat risiko pasar meningkat. 

Aset berisiko seperti saham justru menjadi primadona. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat cukup signifikan pada Jumat (4/3/2022). Indeks melesat 0,87% di level 6.928,33. Hanya saja kinerja IHSG tak terlalu moncer dalam sepekan naik tipis 0,12%. 

Konflik antara Rusia dengan Ukraina yang memasuki pekan kedua masih menjadi fokus pelaku pasar. Rusia terus berupaya mengepung ibu kota Ukraina, Kyiv. Ketegangan antara kedua negara masih berlanjut.

Pada Jumat pagi, Ukraina melaporkan bahwa fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklirnya di Zaporizhzhia mengalami kebakaran setelah serangan diluncurkan oleh tentara Rusia. Badan Nuklir Ukraina mengatakan pasukan militer Rusia telah mengambil alih fasilitas tersebut. 

Merespons berbagai serangan yang dilancarkan oleh Rusia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan tindakan Negeri Beruang Merah merupakan sebuah bentuk state terrorism dan dunia harus segera bereaksi menghentikan tindakan tersebut. 

Namun ketegangan Rusia-Ukraina tak membuat minat investor asing di pasar saham domestik surut. Hal ini dibuktikan dengan tren banjir dana asing ke pasar saham RI berlanjut.

Asing net buy Rp 6,55 triliun di seluruh pasar. Di pasar reguler asing beli bersih saham-saham Indonesia sebesar Rp 5,95 triliun. Sebenarnya inflow yang masuk ke pasar keuangan domestik juga turut menjadi penahan rupiah tidak terdepresiasi tajam.

Di dalam negeri sentimen datang dari rilis data ekonomi. Pertama adalah indeks PMI manufaktur. IHS Markit melaporkan angka PMI manufaktur RI tercatat turun 2,5 poin di bulan Februari 2022 menjadi 51,2. Meski turun, aktivitas manufaktur RI terpantau masih ekspansif dibuktikan dengan angka indeks masih di atas 50. 

Perlambatan yang terjadi dimungkinkan karena adanya serangan gelombang ketiga Covid-19 di dalam negeri yang merebak sejak awal tahun. Tren kasus memang sudah menunjukkan penurunan meski ada volatilitas dari laporan infeksi harian.

Apabila pada pertengahan Februari lalu kasus sempat tembus 64.718 dalam sehari, kini kasus sudah turun di bawah 30 ribu per hari. 

Selain PMI manufaktur, Badan Pusat Statistik (BPS) juga melaporkan terjadinya deflasi sebesar 0,02% secara month to month pada Februari 2022. Namun secara year on year (yoy), inflasi di Indonesia tercatat naik 2,06% dan tergolong masih rendah.  


(trp/trp)
Pages