
Perang Jadi Ancaman tapi IHSG Masih Aman?

Amblesnya Wall Street di akhir pekan lalu tentu bukan berita baik bagi pasar keuangan Asia yang akan memulai perdagangan pekan ini. Selain pergerakan harga aset keuangan global, ada beberapa sentimen yang perlu dicermati oleh investor.
Pertama masih seputar perkembangan hubungan antara Rusia dengan Ukraina. Apabila ketegangan terus berlanjut, dampak ke aset-aset berisiko akan negatif sedangkan harga komoditas energi akan naik terutama untuk harga minyak dan juga gas.
Di pekan ini juga akan ada rilis data ekonomi AS yang sangat dipantau banyak pihak yakni inflasi. Indeks Harga Konsumen (IHK) AS diperkirakan naik 7,8% secara yoy di bulan Februari 2022 atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencapai 7,5% yoy.
Apabila rilis resmi pada Kamis pekan ini sesuai dengan ekspektasi pasar, maka sudah semakin jelas bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga acuannya Federal Fund Rate (FFR) pada 16 Maret nanti sesuai dengan yang diperkirakan pasar.
Baik konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina dengan data inflasi sebenarnya memiliki hubungan. Apabila perang Rusia-Ukraina semakin membuat rantai pasok energi global terganggu, harga minyak dan gas semakin tinggi maka inflasi pun akan semakin meningkat.
Tekanan inflasi yang semakin tajam akan berdampak negatif pada perekonomian. Daya beli masyarakat bisa tergerus dan resesi bisa terjadi lagi. Dengan inflasi tinggi dan risiko perang yang semakin meningkat ancaman ekonomi AS mengalami stagflasi seperti tahun 1970-an juga meningkat.
Perang tak hanya membuat harga energi saja yang melesat. Harga pangan juga ikut terdampak. Rusia dan Ukraina secara bersamaan menyumbang hampir 30% ekspor gandum global. Harga gandum pun terbang.
Duet kenaikan harga bahan bakar dan pangan akan memantik inflasi secara global. Bagi Indonesia terutama emiten sektor konsumen, kenaikan harga gandum adalah hal yang buruk. Peningkatan harga gandum terutama untuk emiten seperti INDF, ICBP dan MYOR akan menggerus margin labanya.
Sedangkan harga energi yang naik justru jadi katalis positif bagi emiten terutama di sektor migas dan batu bara. Setidaknya sentimen ini masih akan mewarnai perdagangan pekan ini. Namun secara makro, IHSG yang ciamik sendirian ketika pasar saham lain ambles juga harus diwaspadai karena bisa memantik aksi profit taking yang membuat pasar saham jadi semakin volatil.
Di tengah risiko volatilitas pasar keuangan yang tinggi, sebenarnya momentum ini cocok untuk menerapkan strategi taktikal dengan fokus pada saham-saham yang mendapat katalis positif dari adanya perang dan menghindari saham yang dirugikan saat harga komoditas pangan serta energi melambung.
Dari dalam negeri, akan ada beberapa rilis data ekonomi makro di pekan ini seperti cadangan devisa pada Selasa (8/3/2022), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Rabu (9/3/2022) dan data penjualan eceran pada Kamis (10/3/2022).
Namun sentimen yang datang dari rilis data ekonomi kemungkinan tidak akan terlalu kuat karena fokus masih pada perang Rusia-Ukraina dan kebijakan moneter AS yang bakal segera diketatkan karena inflasi melonjak tinggi.
(trp/trp)