Newsletter

Barat Tak Percaya Rusia, Tetap Waspada Ancaman Perang Dunia 3

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 February 2022 06:03
Russia Ukraine Tensions
Foto: AP/Sergey Guneev

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia menutup hari di zona hijau pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah kompak menguat.

Kemarin, IHSG finis di posisi 6.850,19. Menguat 0,63% dibandingkan hari sebelumnya.

Perdagangan berlangsung semarak dengan volume transaksi yang melibatkan 22,77 miliar unit saham. Frekuensi transaksi tercatat 1,51 juta kali dengan nilai Rp 12,21 triliun.

Kapitalisasi pasar IHSG pun kembali naik. Kemarin, total kapitalisasi pasar adalah Rp 5.015 triliun dibandingkan hari sebelumnya sebesar Rp 4.984 triliun.

Investor asing kembali memborong saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Nilai beli bersih investor asing tercatat Rp 967,49 miliar. Dengan demikian, sejak awal 2022 investor asing sudah mengakumulasikan beli bersih Rp 17,73 triliun.

Arus modal yang demikian deras tersebut menjadi bekal bagi keperkasaan rupiah. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah terapresiasi 0,31% di Rp 14.255/US$.

Halaman Selanjutnya --> Notula Rapat The Fed Topang Wall Street

Berpindah ke bursa saham AS, tiga indeks utama di Wall Street ditutup variatif cenderung melemah. S&P 500 naik 0,09%, tetapi Nasdaq Composite minus 0,11% dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) terkoreksi 0,16%.

Dinamika tersebut disebabkan oleh respons pelaku pasar atas notula rapat (minutes of meeting) bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed. Dalam notula itu, terungkap bahwa laju inflasi di Negeri Paman Sam memang semakin kencang sehingga sudah saatnya mengetatkan kebijakan moneter.

Namun, terungkap pula bahwa The Fed tidak menargetkan seberapa cepat dan seberapa tinggi suku bunga akan dinaikkan. Ini semua akan tergantung dinamika dari rapat ke rapat.

"Sebagian besar peserta rapat mencatat bahwa kalau inflasi tidak kunjung melambat, maka menjad layak (appropriate) bagi Komite Pengambil Kebijakan (FOMC) untuk mengakhiri kebijakan akomodatif lebih cepat dari perkiraan semula. Para peserta rapat menekankan bahwa jalur kebijakan yang layak akan tergantung kepada perkembangan ekonomi dan pasar keuagan serta dampaknya terhadap proyeksi dan risiko. Para peserta rapat akan memperbarui asesmen untuk posisi kebijakan (stance) dalam setiap rapat," papar notula tersebut.

Notula ini membuat investor mengubah posisi. Awalnya pelaku pasar yakin betul bahwa Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega bakal menaikkan suku bunga acuan langsung 50 basis poin (bps) pada rapat 16 Maret 2022.

Namun sekarang keyakinan itu memudar. Mengutip CME FedWatch, pasar menilai kemungkinan kenaikan 25 bps lebih besar yakni 55,7%.

fedSumber: CME FedWatch

Kenaikan suku bunga acuan yang tidak terlampau agresif akan menguntungkan aset berisiko seperti saham. Emiten diberi waktu untuk menyesuaikan diri terhadap iklim suku bunga tinggi.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu saja perkembangan di Wall Street yang kurang oke. Ini bisa menjadi hal yang menciptakan mentalitas kalah sebelum bertanding.

Sentimen kedua adalah ketegangan Rusia-Ukraina. Kemarin, ketegangan mereda setelah Rusia mengklaim sudah menarik pasukan di perbatasan negara kelahiran pesepakbola Andriy Shevchenko tersebut.

Namun AS menilai klaim Moskow itu cuma pepesan kosong. Anthony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, mengungkapkan negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu malah menggerakkan lebih banyak pasukan ke perbatasan Ukraina dan tidak ada yang ditarik mundur.

"Itulah apa yang Rusia bilang, dan inilah yang Rusia lakukan. Kami belum melihat adanya pasukan yang ditarik mundur. Kami masih melihat pasukan bergerak menuju perbatasan, bukan menjauhi perbatasan," tegas Blinken dalam wawancara dengan MSNBC.

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pun bergerak. Intelijen senior membisikkan kepada Reuters bahwa NATO sedang menyiapkan unit tempur di sejumlah negara Eropa Tengah dan Tenggara seperti Rumania, Bulgaria, Hungaria, dan Slowakia.

Sang intel menyebut bahwa latihan militer Rusia semakin intensif dan hampir mencapai puncak. Oleh karena itu, kemungkinan terjadi serangan pada bulan ini tetap tinggi.

"Rusia masih bisa sewaktu-waktu menyerang Ukraina. Tanpa peringatan," katanya.

Jadi, walau sekarang sedikit mereda tetapi risiko meletusnya Perang Dunia III belum sepenuhnya terhapus. Rusia masih mungkin menginvasi Ukraina kapan saja.

"Apa yang kta lihat adalah mereka (Rusia) malah menambah pasukan. Sejauh ini tidak ada de-eskalasi," tegas Jens Stoltenberg, Sekretaris Jenderal NATO, seperti diwartakan Reuters.

Meski begitu, Rusia sebenarnya telah memberikan membelaan. Duta Besar Rusia Untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva dalam wawancara ke CNBC Indonesia sempat menyebut sebenarnya tidak ada persoalan yang mengarah pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina.

Ketegangan terjadi karena isu yang dihembuskan Amerika Serikat (AS), NATO dan para aliansinya. 

"Sebenarnya tidak ada yang terjadi. Dari pihak kami tidak ada niat untuk berperang melawan Ukraina," kata Vorobieva dalam wawancara eksklusif Rabu (16/2/2022).

"Dan tolong jangan salah paham, kami melihat orang Ukraina sebagai saudara. Saya sendiri lahir di Kiev. Ini menyoroti seberapa dekat orang Rusia-Ukraina," tambahnya. "Untuk melawan Ukraina tidak masuk akal."

Vorobieva sendiri mengatakan Rusia hanya mengkhawatirkan keamanan negaranya karena AS dan sekutunya NATO belum memenuhi komitmen mereka untuk tidak memperluas jaringan NATO.

"Ada kesepakatan antara Rusia dan negara-negara NATO setelah runtuhnya Uni Soviet, tetapi ini bukan untuk memperluas NATO tetapi komitmen ini tidak dipenuhi oleh mitra Barat kami," paparnya.

Menurutnya, sejak 1999 hingga 2020, NATO telah melalui lima fase ekspansi, tetapi garis merah bagi Rusia adalah Ukraina menjadi bagian dari kelompok tersebut. Jika ini terjadi, struktur tengah NATO akan menutup perbatasan dan menghadirkan ancaman langsung terhadap keamanan Rusia.

"Jadi kami telah memberikan beberapa proposal kepada para mitra di Barat, termasuk draft perjanjian jaminan keamanan yang akan ditandatangani oleh AS dan NATO. Kami telah menerima beberapa jawaban dari mereka tetapi sayangnya kami tidak terlalu puas dengan jawaban ini," paparnya.

"Tapi bagaimanapun kami siap untuk melanjutkan dialog dan konsultasi karena dari sudut pandang Rusia, solusi militer bukanlah cara untuk menyelesaikan krisis apapun," jelasnya.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

Perkembangan ini membuat harga sejumlah aset terus naik. Dua yang paling mencolok adalah emas dan minyak.

Seaman-amannya mata uang dolar AS, yen Jepang, atau franc Swiss, tetap saja yang paling aman adalah emas. Saat situasi tidak menentu, salah satunya ketika terjadi perang, emas adalah pegangan hidup.

"Emas adalah untuk perang. Saat perang, nilai uang Anda akan terdiskon dan tidak ada harganya jika negara Anda sampai kalah. Kalau itu sampai terjadi, Anda akan membayar dengan emas, bukan uang," tulis Clem Chambers, Kontributor Senior Forbes, dalam kolomnya.

Sementara harga minyak melesat karena Rusia adalah salah satu produsen dan eksportir utama dunia. Jika Perang Dunia III meletus, maka produksi dan distribusi minyak di Negeri Beruang Merah tentu akan terganggu dan membuat pasokan ke pasar global berkurang. Kekhawtiran ini membuat harga si emas hitam menyentuh rekor tertinggi sejak 2014.

"Sampai saat ini belum ada tanda-tanda mengenai de-eskalasi. Ini akan memberi pijakan kenaikan harga komoditas di tengah stok yang menipis," kata Bippan Rai, Head of FX Strategy di CIBC Capital Markets, seperti diberitakan Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rilis data ekspor-impor Jepang periode Januari 2022 (06:50 WIB).
  • Rilis data tingkat pengangguran Australia periode Januari 2022 (07:30 WIB).
  • Rilis data pembangunan rumah baru di AS periode Jnauari 2022 (20:30 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (tentatif).
  • Presiden CO26 Alok Sharma menghadiri diskusi publik secara virtual dengan tema Delivering the Climate Promise of COP26.

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular