
Mendeteksi Arah Perekonomian di Bawah Bayang-bayang Omicron

Secara umum, pasar masih akan memantau perkembangan kasus Covid-19 dan efeknya terhadap kebijakan pembatasan sosial yang berpeluang diambil oleh pemerintah. Per Sabtu (5/2/2022), ada penambahan 33.729 kasus positif, menjadi kasus harian tertinggi sejak 6 bulan lalu.
DKI Jakarta mencatat pertambahan tertinggi dengan 12.774 kasus sehingga total kasus positif Covid-19 di DKI mencapai 965.145 kasus. Sementara itu, kasus konfirmasi di RI secara total menjadi 4.480.423 kasus.
Dari luar negeri, sentimen yang bakal berpengaruh secara mayor adalah potensi eskalasi konflik Rusia dan Ukraina yang sepanjang pekan lalu mendongkak harga minyak mentah dan komoditas energi lain.
Konflik tersebut memicu bersatunya China dan Rusia untuk membendung hegemoni blok Barat di bawah Amerika Serikat (AS). Dalam pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin, disepakat kemitraan "tanpa batas" antara dua negara kiri tersebut.
Beijing mendukung permintaan Rusia agar Ukraina tidak diterima di NATO, sementara Moskow menentang segala bentuk kemerdekaan bagi Taiwan. Sebelumnya, AS mengultimatum perusahaan China untuk tidak membantu Rusia menghindari sanksi terkait konflik di Ukraina.
Sentimen minor yang akan diperhatikan pasar untuk hari ini di antaranya adalah rilis data ekonomi sejumlah negara. Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data pertumbuhan ekonomi nasional pada Oktober-Desember 2021.
Ekonomi Indonesia pada 2021 diperkirakan tumbuh positif, setelah tahun sebelumnya mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif). Tahun ini, ekonomi Ibu Pertiwi diperkirakan bisa tumbuh lebih tinggi lagi.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air per kuartal IV-2021akan tumbuh 0,98% secara kuartalan. Secara tahunn, ekonomi diprediksi tumbuh 5,06%, jauh lebih baik dari kuartal sebelumnya yang naik 3,51%.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 diperkirakan sebesar 3,65% yang juga jauh membaik ketimbang capaian 2020 yang minus 2,07%. Jika data ini terkonfirmasi, pasar akan diterpa eforia sesaat dengan aksi beli saham-saham unggulan.
Pasalnya, PDB yang membaik pada kuartal IV-2021 akan menjadi acuan utama untuk memandang apakah efek pandemi terus menghilang dari perekonomian, dan kemudian menjadi acuan pasar untuk memandang apakah kondisi yang membaik tersebut tahun ini akan terganggu akibat pengetatan kembali aktivitas sosial dan ekonomi akibat munculnya Omicron.
Dari China, bakal ada rilis Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) sektor jasa versi Caixin per Januari yang menurut prediksi Tradingeconomics masih akan di zona ekspansif meski melambat dari 531 (Desember 2021) menjadi 51 (Januari).
Dalam perhitungan PMI, angka 50 menjadi titik mula, di mana angka di atas itu menunjukkan ekspansi, sedangkan di bawah itu mengindikasikan kontraksi.
(ags)