Newsletter

Ditarik Omicron Didorong Musim Laba, IHSG Mau ke Mana?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Senin, 31/01/2022 06:00 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu terbilang mengecewakan. Di mana IHSG ambles lebih dari 1% seiring meningkatnya volatilitas pasar saham global.

Minggu lalu, Indeks acuan Tanah Air tersebut ambles 1,2% secara point-to-point. Namun pada perdagangan Jumat (29/1/2022) kemarin, IHSG ditutup menguat 0,52% ke level 6.645,51. IHSG lagi-lagi makin menjauhi level all time high (ATH) yang sempat ditorehkan kembali pada 21 Januari 2022 lalu.

Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 60,4 triliun. Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) nyaris Rp 74 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 186 miliar di seluruh pasar.

Secara harian, sejatinya IHSG memang lebih banyak menguat di pekan lalu, di mana hanya dua hari IHSG terkoreksi, yakni pada hari Senin dan Selasa. Tetapi, koreksi yang terjadi pada perdagangan awal pekan lalu tersebut terbilang cukup parah, yakni terkoreksi hingga 1% lebih.

Meningkatnya volatilitas pasar saham global turut memperberat kinerja IHSG pada, di mana investor masih mengkhawatirkan potensi pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).

Pekan lalu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengadakan rapat pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) yang berlangsung selama dua hari dimulai pada Selasa hingga Rabu waktu AS.

Pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed mengumumkan hasil rapatnya, di mana bank sentral paling berpengaruh di dunia itu sepakat untuk menaikan suku bunga acuannya pada Maret mendatang.

Hal ini dilakukan oleh The Fed untuk mengekang kenaikan inflasi, di mana inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada Desember 2021 sudah berada di angka 7%. Investor global juga masih tetap waspada dengan sikap The Fed yang semakin hawkish ke depannya.

 

Sementara itu rupiah sepanjang pekan lalu kembali mencatatkan koreksi, di tengah masih perkasanya dolar Amerika Serikat (AS).

Melansir dari Refinitiv pada minggu lalu, rupiah terkoreksi 0,35% secara point-to-point. Pada perdagangan Jumat (29/1/2022), rupiah ditutup cenderung stagnan di level Rp 14.385/US$.

Pelemahan tersebut semakin membesar, di mana pada pekan sebelumnya rupiah juga ditutup melemah 0,28% di hadapan sang greenback.


(fsd/fsd)
Pages