Newsletter

Ditarik Omicron Didorong Musim Laba, IHSG Mau ke Mana?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
31 January 2022 06:00
Financial Markets Wall Street
Foto: AP/Courtney Crow

Indeks saham utama AS menguat pada hari terakhir perdagangan pekan lalu dan menutup salah satu minggu paling kacau dalam ingatan dengan torehan positif, didukung oleh kinerja pendapatan dan laba yang kuat dari Apple dan perusahaan besar lainnya.

Pergerakan tersebut merupakan kabar baik bagi investor dengan bulan Januari yang menegangkan akan segara berakhir hari Senin (31/1) ini. S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average menghentikan penurunan beruntun selama tiga minggu.

Nasdaq Composite yang padat dengan saham teknologi melonjak 3,1% pada perdagangan Jumat serta menghapus kerugiannya sepekan, yang meski berakhir di zona hijau pergerakannya relatif datar. Dua indeks utama lainnya, Dow dan S&P mengakhiri minggu dengan kenaikan masing-masing 1,3% dan 0,8%.

Pekan ini, trader dan investor juga masih mengharapkan lebih banyak volatilitas karena pendapatan perusahaan terus menjadi berita utama dan investor terus mengawasi faktor-faktor lainnya seperti suku bunga dan rilis data ekonomi.

Beberapa kinerja positif pendapatan dana laba perusahaan besar ikut menjadi penyemangat bagi para investor. Saham Apple, perusahaan publik terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, pada hari Jumat menguat 7%, sehari setelah pembuat iPhone tersebut mengumumkan rekor pendapatan dan laba.

Namun, indeks saham utama masih jauh dari level tertingginya. S&P 500 sejauh ini turun 7,60% di bulan Januari, Dow Jones terkoreksi 5,08% dan Nasdaq ambles 13,03% sejak awal tahun.

Data pemerintah yang dirilis Jumat menunjukkan tekanan meningkat pada harga yang membuat para pembuat kebijakan khawatir. Ukuran inflasi yang disukai The Fed yakni indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti, naik 4,9% pada bulan Desember dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada ukuran metrik terpisah, data menunjukkan bahwa pengusaha AS menghabiskan 4% lebih banyak untuk upah dan tunjangan selama setahun terakhir-peningkatan yang tidak terlihat sejak 2001-karena pasar tenaga kerja yang ketat mendorong pekerja untuk menuntut upah yang lebih tinggi.

Namun, biaya tenaga kerja tidak naik sebanyak pada kuartal keempat seperti yang diantisipasi para ekonom, meredakan kekhawatiran bahwa ekonomi AS sedang menuju "wage-price spiral." Dalam skenario seperti itu, kenaikan gaji dan kenaikan harga saling menguatkan dan memicu inflasi.

Sementara itu, data terbaru Departemen Perdagangan menunjukkan belanja konsumen turun bulan lalu di tengah kenaikan harga dan dampak dari gelombang Omicron Covid-19. Beberapa data menunjukkan bahwa varian yang sangat menular telah mencapai puncaknya di kawasan padat penduduk AS, dengan terus melonjak di tempat lain.

Kekhawatiran inflasi telah diantisipasi dalam laporan pendapatan perusahaan minggu lalu. Mondelez International mengatakan Kamis (27/1) bahwa perusahaan kemungkinan akan menaikkan harga lebih lanjut tahun ini. Pengumuman bahwa profitabilitas perusahaan tertekan oleh kenaikan biaya bahan dan transportasi tersebut dikuti dengan koreksi 1,6% pada perdagangan Jumat.

Secara umum pendapatan perusahaan lain tercatat solid. Hampir sepertiga dari perusahaan di S&P 500 telah melaporkan hasil kuartal keempat, dan 78% dari mereka telah mengalahkan perkiraan analis untuk laba per saham, menurut data dari FactSet.

DI pasar komoditas, gas alam berjangka AS melonjak 8,3% karena badai salju mengancam akan melanda Pantai Timur dan ahli metereologi mengatakan Februari akan lebih dingin dari yang diantisipasi yang akan menaikkan permintaan.

Investor tercatat membeli obligasi pemerintah pada hari Jumat, menekan imbal hasil. Yield Treasury 10-tahun turun menjadi 1,779% dari 1,807% pada hari Kamis. Sebagai catatan, yield obligasi bergerak ke arah yang berlawanan dengan harga.

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular