
Wall Street 'Karam' Lagi-Covid Melesat, Semoga IHSG Kuat!

Perkembangan kasus Covid-19, terutama di Tanah Air, masih menjadi hal terus diperhatikan pelaku pasar. Pasalnya, apabila kasus Covid-19 kembali meninggi, maka akan berpotensi mengganggu proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
Pada Kamis kemarin, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengumumkan ada tambahan 2.116 kasus. Dengan begitu, total kasus konfirmasi mencapai 4.277.644.
Dari sisi provinsi, DKI Jakarta kembali membukukan penambahan kasus terbanyak, yaitu 1.155 kasus. Disusul Jawa Barat (401) dan Banten (276).
Sejak awal tahun ini, memang telah terjadi tren kenaikan kasus harian Covid-19. Setidaknya sejak 11 Januari 2022, kasus harian Covid-19 tidak pernah lebih rendah dari 600 kasus.
Bahkan, dalam 3 hari terakhir, pertambahan kasus harian Covid-19 selalu naik dan tidak pernah di bawah 1.300 kasus.
Angka tersebut lebih tinggi tinimbang pertambahan kasus harian Covid-19 sepanjang Desember 2021, yang berada di rentang 92 - 311 kasus.
Terakhir kali angka kasus harian Covid-19 berada di atas 2.116 kasus (per Kamis kemarin) adalah pada sekitar 3 bulan lalu atau tepatnya pada 25 September 2021 (2.137 kasus).
Sentimen Eksternal
Di samping soal Covid-19 di Tanah Air, investor akan mengamati sejumlah rilis data ekonomi penting dari beberapa negara utama.
Pertama, dari Negeri Sakura Jepang akan ada publikasi data laju inflasi tahunan per Desember 2021 yang diprediksi akan menjadi 0,7%, naik dari sebelumnya 0,6%.
Melansir Reuters, pada Selasa (18/1), bank sentral Jepang Bank of Japan (BOJ) menaikkan perkiraan inflasi, tetapi mengatakan tidak terburu-buru untuk mengubah kebijakan moneter ultra-longgarnya. Asal tahu saja, kenaikan harga akhir-akhir ini memicu spekulasi bahwa hal itu akan segera menandakan perubahan dalam 'eksperimen' stimulus BoJ yang telah berjalan selama satu dekade.
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengakui bahwa tekanan harga meningkat, tetapi sembari mengatakan bank sentral tidak berniat menaikkan suku bunga dengan inflasi yang diproyeksikan tetap di bawah target 2% selama bertahun-tahun.
"Kami tidak memperdebatkan kenaikan suku bunga," kata Kuroda dalam konferensi pers, dikutip Reuters.
"Perkiraan rata-rata anggota dewan [BOJ] adalah," lanjut Kuroda, "inflasi bergerak sekitar 1%. Dalam kondisi seperti itu, kami sama sekali tidak berpikir untuk menaikkan suku bunga atau memodifikasi kebijakan moneter longgar kami."
Sesuai ekspektasi pelaku pasar, BOJ tidak mengubah target -0,1% untuk suku bunga jangka pendek dan janji untuk menahan suku bunga jangka panjang sekitar 0%.
Kedua, pada pukul 07.00 WIB, pelaku pasar juga akan menyimak data keyakinan konsumen di Britania Raya per Januari 2022.
Ekonomi meramal, indeks keyakinan konsumen di Negeri Elizabeth II itu akan kembali turun ke -18, dari bulan sebelumnya minus -15.
Ketiga, masih dari Britania Raya, akan ada rilis penjualan ritel per Desember 2021 pada pukul 14.00 WIB.
Setelah sempat naik pada 2 bulan sebelumnya, penjualan ritel secara bulanan (mom) diprediksi akan kembali ke teritorial negatif. Ekonomi meramal, penjualan ritel bulanan Britania Raya akan minus 0,6%, dari posisi bulan sebelumnya yang naik 1,4% (mom).
Keempat, dari benua Eropa, akan ada rilis keyakinan konsumen Uni Eropa per Januari 2022, yang diprediksi masih akan minus 7,6. Angka tersebut 'agak' membaik dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang minus 8,3%.
(adf/adf)