
Investor Cash Out, Wall Street Kebakaran Gan! IHSG Piye?

Melihat Wall Street yang kebakaran, tentu bukanlah kabar baik bagi pasar keuangan Asia yang bakal buka hari ini.
Meskipun harga saham AS berjatuhan, harga obligasi pemerintahnya cenderung naik. Hal ini tercermin dari penurunan yield US Treasury 10 tahun yang ditutup di bawah 1,7%.
Analis menilai bahwa penurunan yield akan cenderung temporer. Ke depan yield akan naik lagi. Bahkan untuk obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun bisa mencapai 2%. Hal tersebut disampaikan oleh Senior Economist UBS Brian Rose.
Saat suku bunga naik, banyak yang menilai berinvestasi di saham masih menjadi salah satu pilihan. Namun secara sektoral, perlu ada rotasi atau bahkan rebalancing.
Analis memandang bahwa saham-saham di sektor perbankan dan siklikal bakal diuntungkan. Lebih lanjut, analis melihat saham-saham yang berbasis value (value stock) bakal lebih menarik daripada growth stock seperti saham teknologi.
Apabila The Fed benar-benar agresif dalam menaikkan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) dan saham teknologi tertekan, maka tahun 2022 akan menjadi kebalikan dari tahun 2021.
Jika tahun lalu return dari capital gain value stock kalah jauh dengan growth stock, tahun ini ramalannya kondisi akan berubah 180 derajat.
Di saat suku bunga naik, maka kinerja keuangan growth stock akan tertekan karena beban keuangan bakal menjadi lebih tinggi untuk ekspansi.
Di sisi lain, banyak growth stock terutama saham-saham teknologi yang masih 'bakar duit' sehingga bottom line minus alias rugi.
Kerugian tersebut dapat menjadi gambaran bahwa arus kas di masa mendatang yang dapat diperoleh investor cenderung masih kecil sehingga butuh waktu lebih lama untuk mencapai titik impas (breakeven) apalagi untuk mencetak laba, tentu waktu yang dibutuhkan lebih panjang lagi.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa untuk saat ini memegang saham-saham teknologi memiliki risiko yang lebih tinggi.
Dari dalam negeri hari ini akan ada beberapa rilis data ekonomi, mulai dari Prompt Manufacturing BI serta Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU).
Namun rilis kedua data tersebut tak akan terlalu berdampak pada pergerakan pasar karena untuk saat ini investor cenderung lebih memperhatikan sikap hawkish the Fed dan implikasinya terhadap aset keuangan.
(trp/trp)