Newsletter

Omicron Jadi "Pembunuh" Delta, Saatnya Pasar Finansial Pesta?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 December 2021 06:20
Infografis: Heboh 'Delmicron', Gabungan Delta & Omicron?
Foto: Infografis/Heboh 'Delmicron', Gabungan Delta & Omicron?/Arie Pratama

Wall Street yang tidak kompak pada perdagangan Selasa waktu setempat tentunya memberikan sentimen yang mixed ke pasar Asia hari ini, termasuk ke IHSG.   

Penyebaran virus corona Omicron masih terus menjadi perhatian sebab yang lebih cepat ketimbang varian lainnya. Tetapi kabar baiknya, Omicron tidak lebih berbahaya ketimbang varian delta, berdasarkan hasil studi yang dilakukan di Afrika Selatan, Inggris dan Skotlandia.

Kabar baik datang lagi dari Afrika Selatan, di mana hasil studi menunjukkan orang-orang yang terinfeksi Omicron, terutama yang sudah divaksin memiliki, akan memiliki imun yang lebih kuat dalam menghadapi varian Delta.

Reuters melaporkan, riset tersebut baru dilakukan terhadap sekelompok kecil, hanya 33 orang yang sudah divaksin dan belum. Hasilnya, netralisasi virus Omicron meningkat 14 kali lipat selama 14 hari setelah terinfeksi, dan netralisasi varian naik 4,4 kali lipat.

"Peningkatan netralisasi varian Delta pada individu yang terinfeksi Omicron dapat menurunkan kemampuan Delta untuk menginfeksi kembali individu tersebut," kata para ilmuwan, sebagaimana diwartakan Reuters, Selasa (27/12).

Hasil riset tersebut juga dikatakan konsisten dengan temuan sebelumnya yakni Omicron menggantikan varian Delta karena individu yang terinfeksi memperoleh kekebalan yang menetralisir Delta.

Penelitian tersebut memberikan harapan Omicron akan menjadi akhir dari pandemi Covid-19, apalagi jika ada riset yang lebih luas juga menunjukkan hal yang sama.

Kabar baik lainnya yang bisa memicu penguatan IHSG, rupiah hingga SBN yakni Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat merekomendasikan untuk mengurangi masa isolasi bagi warganya yang positif Covid-19 dari 10 hari menjadi 5 hari, jika individu tersebut tidak bergejala.

Pengurangan masa isolasi tersebut tentunya membuat aktivitas warga mengalami peningkatan, dan bisa berdampak positif ke perekonomian.

Selain itu Inggris juga enggan melakukan lockdown.

Sajid Javid, Menteri Kesehatan Inggris, menegaskan Negeri Big Ben tidak akan memberlakukan karantina wilayah alias lockdown demi menekan penyebaran virus corona, terutama varian omicron. Lockdown tidak menjadi opsi kebijakan, setidaknya sampai akhir tahun.

"Tidak ada kebijakan lebih lanjut sebelum tahun baru. Ketika kita sudah berada di tahun yang baru, maka kita bisa melihat lagi apakah perlu dilakukan kebijakan lebih jauh," kata Javid, seperti dikutip dari Reuters.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Berikut Rilis Data Ekonomi dan Agenda Hari Ini

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular