
Wall Street Sepertinya Lelah, IHSG Bisa Kuat?

Bursa Wall Street kembali terkoreksi pada perdagangan Selasa kemarin, karena diperberat oleh saham teknologi di AS dan data inflasi dari sektor produsen yang juga kembali memanas pada bulan lalu.
Pelemahan dua indeks utama di Wall Street, yakni Dow Jones dan S&P 500 mulai sedikit terpangkas pada perdagangan kemarin. Tetapi untuk Nasdaq masih cukup besar koreksinya akibat saham teknologi yang masih berjatuhan, imbas meningginya inflasi dan potensi sikap hawkish The Fed.
Inflasi Negeri Uncle Sam dari sektor produsen (producer price index/PPI) periode November 2021 yang kembali melonjak 9,6% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Adapun PPI AS pada bulan lalu lebih besar dari perkiraan ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan kenaikan 9,2%.
Sementara secara basis bulanan (month-on-month/mom), PPI Negeri Paman Sam pada bulan lalunaik 0,8%, juga di atas ekspektasi pasar di angka 0,5%.
Pembacaan inflasi dari sektor produsen yang juga memanas terjadi jelang rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) selama dua hari yang dimulai pada Selasa kemarin.
Pada Rabu (15/12/2021) siang waktu AS atau Kamis (16/12/2021) dini hari waktu Indonesia, The Fed akan merilis risalah dari rapat tersebut, dengan proyeksi triwulanan untuk ekonomi AS, inflasi dan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell juga akan mengadakan konferensi pers.
Investor akan mengamati dengan cermat komentar dari The Fed, di mana bank sentral paling powerful di dunia tersebut berencana untuk mempercepat program pengurangan pembelian asetnya (quantitative easing/QE) atau tapering.
Proses tapering sudah mulai dilakukan oleh The Fed pada akhir November lalu. Artinya, hingga QE menjadi nol, diperlukan waktu selama 8 bulan atau perkiraannya akan berakhir pada Juni 2022. Namun, The Fed berpotensi mempercepat tapering, sehingga QE akan menjadi nol dalam waktu 4 sampai 5 bulan saja.
Sementara dari perkembangan seputar varian Omicron, pasar perlu mencermati kabar positif dari perusahaan produsen vaksin dan obat-obatan Covid-19, yakni Pfizer, di mana pihaknya mengumumkan bahwa obatnya untuk perawatan pasien Covid-19 terbukti efektif dalam analisis akhir, termasuk terhadap varian Omicron baru.
Tetapi, WHO kembali memperingatkan bahwa varian Omicron tampaknya lebih cepat menyebar daripada varian Covid-19 sebelumnya, termasuk varian Delta.
Sementara itu pada hari ini, cukup banyak data ekonomi yang akan dirilis, di mana salah satunya masih terkait dari sektor produsen.
Pada hari ini di kawasan Eropa, data ekonomi yang akan dirilis yakni data inflasi Inggris dari sektor konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode November 2021.
Konsensus Tradingeconomics memperkirakan IHK Negeri Big Ben pada bulan lalu berpotensi kembali meningkat menjadi 4,7% secara tahunan (yoy). Sedangkan secara bulanan (mom), IHK Inggris diperkirakan melandai menjadi 0,4%.
Adapun IHK Inti Inggris pada bulan lalu diprediksi kembali meningkat menjadi 3,7%.
Selain IHK, output inflasi dari sektor produsen (producer price index/PPI) Inggris pada bulan lalu juga akan dirilis pada hari ini.
Sementara di AS, data ekonomi yang akan dirilis pada hari ini yakni data penjualan ritel periode November dan data harga ekspor-impor periode November 2021.
Adapun kawasan Asia-Pasifik, data ekonomi yang akan dirilis yakni data tingkat pengangguran Korea Selatan dan China periode November 2021, data indeks keyakinan konsumen (IKK) Westpac Australia periode Desember 2021, data penjualan ritel China periode November 2021, dan data produksi industrial China periode November 2021.
Sedangkan di dalam negeri, data neraca perdagangan periode November 2021 juga akan dirilis pada hari ini. Pasar memperkirakan bahwa surplus neraca perdagangan RI akan cenderung menurun menjadi US$ 4,45 miliar.
Data ekspor-impor RI juga akan dirilis pada hari ini, di mana pasar juga memprediksi ekspor RI akan cenderung melandai ke angka 44%, sementara impor RI juga berpotensi melandai ke 37,55%.
(chd/chd)