
Wall Street Sepertinya Lelah, IHSG Bisa Kuat?

Pasar saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kembali ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa (14/12/2021), karena beberapa saham teknologi besar di AS diperdagangkan di zona merah dan data inflasi dari sektor produsen menunjukkan kenaikan harga yang tajam.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun 0,17% ke level 35.589,328, S&P 500 melemah 0,67% ke posisi 4.637,91, dan Nasdaq Composite kembali ambles 1,06% menjadi 15.249,21.
Saham teknologi menjadi pemberat utama Wall Street pada Selasa kemarin, meskipun sektor tersebut cenderung memangkas koreksinya dalam perdagangan sore. Saham Microsoft ambles 3,2%, sedangkan saham perangkat lunak Adobe ambruk 6,6%.
Saham Netflix, Apple dan Amazon semuanya mengakhiri sesi di teritori negatif juga.
Sementara saham sektor lainnya, yakni saham produsen mobil, seperti saham Ford juga merosot nyaris 1,9%, setelah Toyota mengumumkan investasinya sebesar US$ 35 miliar untuk proyek mobil listrik.
Hal ini menjadikan Toyota sebagai saingan terberat oleh Ford, di mana pihaknya telah berusaha untuk memantapkan dirinya sebagai pemimpin pasar mobil listrik di dunia.
Sedangkan saham Tesla melemah 0,8%, setelah CEO Tesla, Elon Musk mengumumkan telah menjual saham di perusahaan tersebut senilai US$ 906,5 juta.
Koreksinya kembali Wall Street pada perdagangan kemarin disebabkan oleh rilis data inflasi AS dari sektor produsen (producer price index/PPI) periode November 2021 yang kembali melonjak 9,6% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Adapun PPI AS pada bulan lalu lebih besar dari perkiraan ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan kenaikan 9,2%.
Sementara secara basis bulanan (month-on-month/mom), PPI Negeri Paman Sam pada bulan lalunaik 0,8%, juga di atas ekspektasi pasar di angka 0,5%.
Pembacaan inflasi dari sektor produsen yang juga memanas terjadi jelang rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) selama dua hari yang dimulai pada Selasa kemarin.
Pada Rabu (15/12/2021) siang waktu AS atau Kamis (16/12/2021) dini hari waktu Indonesia, The Fed akan merilis risalah dari rapat tersebut, dengan proyeksi triwulanan untuk ekonomi AS, inflasi dan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell juga akan mengadakan konferensi pers.
Investor akan mengamati dengan cermat komentar dari The Fed, di mana bank sentral paling powerful di dunia tersebut berencana untuk mempercepat program pengurangan pembelian asetnya (quantitative easing/QE) atau tapering.
Proses tapering sudah mulai dilakukan oleh The Fed pada akhir November lalu. Artinya, hingga QE menjadi nol, diperlukan waktu selama 8 bulan atau perkiraannya akan berakhir pada Juni 2022. Namun, The Fed berpotensi mempercepat tapering, sehingga QE akan menjadi nol dalam waktu 4 sampai 5 bulan saja.
Sementara itu dari perkembangan virus corona (Covid-19) varian Omicron, Pfizer mengumumkan bahwa obatnya untuk perawatan pasien Covid-19 terbukti efektif dalam analisis akhir, termasuk terhadap varian Omicron baru.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) kembali memperingatkan pada Selasa kemarin bahwa varian Omicron tampaknya menyebar lebih cepat dari varian Covid-19 sebelumnya.
(chd/chd)