Polling CNBC Indonesia

Menang Banyak! Neraca Dagang RI Diramal Surplus US$ 4 M Lebih

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 December 2021 12:34
Aktivitas Bongkar Muat Kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (22/11/2021).
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja ekspor Indonesia diperkirakan moncer pada November 2021. Hasilnya, neraca perdagangan kemungkinan bakal untung besar.

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode November 2021 pada 15 Desember 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan angka median proyeksi pertumbuhan ekspor 43,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Sedangkan impor diperkirakan tumbuh tinggi, tetapi tidak setinggi ekspor yaitu 37,14% yoy. Ini membuat neraca perdagangan surplus lumayan tinggi, mencapai US$ 4,43 miliar.

Sebagai perbandingan, konsensus pasar versi Reuters menghasilkan median proyeksi pertumbuhan ekspor di 44%. Kemudian impor diperkirakan tumbuh 37,55% dan neraca perdagangan surplus US$ 4,45 miliar.

Meski neraca perdagangan diperkirakan surplus sangat tinggi, di atas US$ 4 miliar, tetapi tidak ada apa-apanya dibandingkan surplus pada Oktober 202. Kala itu, surplus neraca perdagangan mencapai US$ 5,74 miliar, tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

Kenaikan harga komoditas masih menjadi penopang kinerja ekspor Indonesia. Harga dua komoditas andalan ekspor nasional, batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), masih bertahan di level tinggi.

Pada penutupan kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 165,95/ton. Dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu, harga meroket 97,91% secara point-to-point.

CPO pun demikian. Hari ini pukul 11:12 WIB, harga CPO di Bursa Malaysia tercatat MYR 4.745/ton. Dalam setahun terakhir, harga komoditas ini melesat 37,3%.

Sementara di sisi impor, kenaikan terjadi seiring tumbuhnya permintaan domestik. Selepas pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), denyut aktivitas dan mobilitas masyarakat kembali kencang sehingga permintaan tumbuh.

Tingginya permintaan terkonfirmasi oleh penjualan ritel yang sudah tumbuh positif. Pada Oktober 2021, Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel tumbuh 6,5% yoy, pertumbuhan positif pertama sejak Juni 2021.

Dengan kinerja sektor perdagangan yang ciamik, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai Indonesia akan mampu membukukan surplus transaksi berjalan (current account) tahun ini. Walau tipis, diperkirakan 0,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB), ini akan menjadi yang pertama sejak 2011 jika benar-benar terwujud.

"Ini akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan global akibat normalisasi kebijakan moneter dan kekhawatiran akan penyebaran virus corona varian omicron," tulis Faisal dalam risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Juni 2021, Ekspor RI 'Diramal' Melonjak 49%!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular