Newsletter

Amerika Bikin Ketar-ketir, IHSG Bisa Happy Weekend?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
10 December 2021 06:17
Infografis/Perhatian! WHO Beri Peringatan Terbaru soal Omicron/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/Perhatian! WHO Beri Peringatan Terbaru soal Omicron/Aristya Rahadian

Secara umum, sentimen soal perkembangan pemberitaan soal Covid-19 Omicron masih akan mewarnai pergerakan pasar hari ini, begitu juga dengan keberlangsungan tapering yang dilakukan oleh bank sentral AS.

Kepala Eksekutif Pfizer Inc. Albert Bourla pada hari Selasa menyebutkan bahwa Omicron tampaknya lebih menular tetapi menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah. Meskipun dia kembali menekankan bahwa lebih banyak pekerjaan perlu dilakukan untuk mengetahui dengan pasti.

Studi terbaru dari vaksin Pfizer/BioNTech menunjukkan vaksin tersebut menghasilkan antibodi penetralisir yang jauh lebih sedikit terhadap Omicron, akan tetapi defisit ini dapat dibalikkan oleh booster. Pfizer-BioNTech menyebutkan bahwa dosis ketiga vaksin kerja sama mereka tampaknya mampu memberikan perlindungan yang kuat terhadap varian omicron.

Omicron yang membutuhkan suntikan tambahan, menyebabkan kekhawatiran akan pemulihan pandemi. WHO menyebutkan kondisi tersebut dapat mengancam pasokan ke negara-negara di mana kebanyakan orang masih belum divaksinasi.

WHO mengatakan pemberian dosis primer harus menjadi prioritas, dengan beberapa negara kaya mempercepat suntikan dosis ketiga sebagai tanggapan terhadap Omicron.

Sentimen positif akan pembatalan pelaksanaan PKKM level 3 dan angka kasus konfirmasi Covid-19 harian sepertinya masih akan membantu kinerja pasar hari ini. Meskipun survei Bloomberg menyebutkan ketahanan Covid-19 Indonesia berada di peringkat kedua terendah dari 53 negara yang diteliti, di atas Filipinan dan dua peringkat di bawah Malaysia.

Sentimen positif lain yang bisa diharapkan oleh investor adalah terkait aktivitas window dressing yang dilakukan oleh manajer investasi sepanjang bulan Desember untuk mempercantik portofolio yang dimiliki.

Jika melihat faktor musiman Desember - yang salah satunya didorong oleh aktivitas window dressing - maka kecenderungan IHSG mencatatkan koreksi terbilang sangat minim. Dalam 10 tahun terakhir, pada bulan Desember kinerja bulanan IHSG konsisten positif dengan rerata imbal hasil 3,23%. Biasanya kenaikan IHSG juga akan dilanjutkan ke awal tahun berikutnya dan fenomena ini dinamai January Effect.

Kabar baik lainnya adalah Senat AS telah menyetujui aturan baru yang diajukan DPR AS untuk memberikan satu kali kesempatan bagi Senat untuk menaikkan plafon utang, setelah 12 orang perwakilan partai Republik memilih memberikan suara yang sejalan dengan keinginan partai Demokrat.

Sebelumnya Menteri Keuangan AS Janet L. Yellen telah mengingatkan bahwa Amerika Serikat tidak akan mampu membayar tagihannya segera setelah 15 Desember jika Kongres tidak bergerak cepat, yang mana kondisi tersebut akan menjadi malapetaka pada AS dan ekonomi global.

Selain dari perkembangan Covid-19 Omicron, ada beberapa hal lain yang juga patut dipantau seperti adanya kemungkinan bagi The Fed akan mempercepat laju tapering dan diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan yang lebih awal serta agresif.

Pemulihan ekonomi AS mendorong klaim pengangguran pekan lalu ke level terendah dalam 52 tahun, 18 bulan setelah pandemi mendorong enam juta pekerja AS untuk mengajukan pengangguran dalam satu minggu.

Penurunan yang stabil dalam pengajuan merupakan indikasi bahwa pengusaha enggan memberhentikan pekerja karena jumlah pekerjaan berlimpah, permintaan konsumen tinggi dan pool calon pekerja prospektif lebih rendah daripada sebelum pandemi.

Kondisi tersebut menjadi semakin penting saat ini karena Federal Reserve kemungkinan akan mengubah kebijakan moneternya terkait tapering jika situasi ekonomi AS dinilai sudah membaik dan mempersiapkan langkah normalisasi pertamanya.

Dikutip CNBC International The Fed minggu depan diperkirakan akan mempercepat pengurangan program pembelian obligasi, kemungkinan mengurangi pembeliannya sebesar US$ 30 miliar per bulan. Percepatan tersebut pada gilirannya dapat menjadi 'jalur utama' untuk kenaikan suku bunga, yang kini bisa dilaksanakan segera setelah Mei 2022, menurut harga pasar saat ini sebagaimana diukur oleh CME.

Sebelumnya The Fed resmi mengumumkan tapering pada November dengan laju US$ 15 miliar per bulan. Jika secara mendadak The Fed akan berubah jauh lebih agresif untuk mengetatkan kebijakan moneter, bisa jadi pasar bereaksi negatif.

Selanjutnya investor juga perlu tetap waspada dan memperhatikan kabar terbaru terkait inflasi AS. Pada perdagangan Kamis (9/12), ketiga indeks utama AS ditutup di zona merah karena investor masih menunggu data inflasi AS yang akan diumumkan malam ini.

Sentimen lain, meski tidak terlalu memberikan pengaruh signifikan adalah terkait kondisi pasar properti China, di mana Evergrande secara resmi mengalami gagal bayar.

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular