
Wall Street Masih Menggebu-Gebu, IHSG Siap Lanjutkan Reli?

Secara umum, sentimen soal perkembangan pemberitaan soal Covid-19 Omicron masih akan mewarnai pergerakan pasar hari ini, begitu juga dengan keberlangsungan tapering yang dilakukan oleh bank sentral AS.
Jika sebelumnya Omicron mampu membuat investor panik dan mengguncang pasar modal karena tingkat penularan yang tinggi, kini beberapa studi awal baru dan pernyataan dari petinggi medis mampu memberikan rasa aman.
Selasa (7/12/2021) kemarin, Kepala Eksekutif Pfizer Inc. Albert Bourla mengatakan kepada peserta konferensi The Wall Street Journal's CEO Council Summit bahwa Omicron tampaknya lebih menular tetapi menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah. Meskipun dia kembali menekankan bahwa lebih banyak pekerjaan perlu dilakukan untuk mengetahui dengan pasti.
Terbaru dalam pengumuman Rabu (8/12) kemarin, Pfizer-BioNTech menyebutkan bahwa dosis ketiga vaksin kerja sama mereka tampaknya mampu memberikan perlindungan yang kuat terhadap varian omicron, sementara vaksin dua dosis awal mungkin tidak cukup untuk mencegah infeksi.
Temuan mereka, bersama dengan data dari studi laboratorium terpisah, mengkonfirmasi bahwa varian baru lebih terampil menghindari perlindungan kekebalan yang diberikan oleh vaksin yang ada daripada jenis sebelumnya, tetapi sejauh mana kemampuannya untuk melemahkan pertahanan tubuh masih belum diketahui pasti.
Dari dalam negeri sentimen positif datang dari pemerintah Indonesia sejauh ini berhasil menekan angka kasus konfirmasi Covid-19 harian dengan stabil di bawah angka 400 kasus. Kasus aktif dan jumlah yang dirawat di RS menunjukkan tren penurunan dalam beberapa hari ke belakang. Sebelumnya pemerintah telah membatalkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 selama periode libur natal dan tahun baru (nataru) di semua daerah.
Selain PPKM, sentimen positif datang dari rilis data ekonomi. Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan November 2021 naik menjadi 118,5 dari bulan sebelumnya 113,4.
Selanjutnya sentimen positif yang bisa menjadi bahan bakar perdagangan hari ini adalah kondisi prima indeks utama Amerika di bursa Wall Street. Tercatat sepanjang pekan ini, investor terlihat sangat bergairah dengan ketiga indeks utama AS dalam tiga hari beruntun ditutup menguat, meskipun di hari terakhir kenaikannya tidak sesignifikan dua hari sebelumnya.
Sentimen positif yang bisa diharapkan oleh investor, sepanjang bulan Desember ini adalah aktivitas window dressing yang mungkin akan dilakukan oleh manajer investasi untuk mempercantik portofolio yang dimiliki.
Jika melihat faktor musiman Desember - yang salah satunya didorong oleh aktivitas window dressing - maka kecenderungan IHSG mencatatkan koreksi terbilang sangat minim. Dalam 10 tahun terakhir, pada bulan Desember kinerja bulanan IHSG konsisten positif dengan rerata imbal hasil 3,23%. Biasanya kenaikan IHSG juga akan dilanjutkan ke awal tahun berikutnya dan fenomena ini dinamai January Effect.
Saham-saham yang menjadi sasaran window dressing bulan Desember adalah saham blue chip yang nilai kapitalisasi pasarnya besar sehingga bobotnya terhadap indeks juga besar.
Selain dari perkembangan Covid-19 Omicron, ada beberapa hal lain yang juga patut dipantau seperti adanya kemungkinan bagi The Fed akan mempercepat laju tapering dan diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan yang lebih awal serta agresif.
Sebelumnya The Fed resmi mengumumkan tapering pada November dengan laju US$ 15 miliar per bulan. Jika secara mendadak The Fed akan berubah jauh lebih agresif untuk mengetatkan kebijakan moneter, bsia jadi pasar bereaksi negatif.
Risiko lain juga datang dari AS adalah kelanjutan debt ceiling atau plafon utang AS. Setelah diperpanjang hingga awal Desember sekarang adalah momen penentuan.
Terbaru DPR AS, baru meloloskan aturan yang akan memberikan satu kali kesempatan bagi Senat untuk menaikkan plafon utang dengan suara mayoritas biasa - 51 suara, bukan supermajority 60 suara - seperti biasanya. Meski demikian pengesahannya masih belum 100% terjamin.
Menteri Keuangan AS Janet L. Yellen sebelumnya telah mengingatkan bahwa Amerika Serikat tidak akan mampu membayar tagihannya segera setelah 15 Desember jika Kongres tidak bergerak cepat. Gagal bayar tersebut akan menjadi malapetaka pada AS dan ekonomi global.
(fsd)