
Dibayangi Banyak Sentimen Negatif, IHSG Bisa Rebound?

Bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Jumat (3/12) waktu setempat. Pemicunya kali ini akibat buruknya data tenaga kerja. AS kini dihadapkan dengan situasi yang semakin rumit di mana inflasi sedang tinggi, sementara pasar tenaga kerja melambat, dan ancaman dari virus corona varian Omicron.
Pelemahan di hari Jumat membuat pelemahan bursa saham AS (Wall Street) makin dalam di pekan ini. Indeks Nasdaq memimpin keterpurukan sebesar 2,6%, disusul S&P 500 minus 1,22% dan Dow Jones turun 0,74%.
Penyebaran virus corona varian Omicron tidak hanya membuat bursa saham AS merosot, tetapi bursa saham global. Di Negeri Paman Sam sendiri sudah dilaporkan beberapa kasus.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, mengatakan penyebaran Omicron dapat memicu pelambatan ekonomi.
"Tentu harapannya, ini bukan sesuatu yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi secara signifikan," katanya soal varian yang pertama kali terdeteksi di Bostwana dan Afrika Selatan (Afsel) itu, dikutip Reuters, Jumat (3/12/2021).
"Ada banyak ketidakpastian. Itu bisa menyebabkan masalah yang signifikan. Kami masih mengevaluasi itu."
Ia berujar, varian Omicron bisa memperburuk hambatan rantai pasokan yang kini masih terjadi dan melambungkan inflasi. Tapi, ini juga bisa menekan permintaan dan membuat pertumbuhan ekonomi menjadi lebih lambat.
Masalah inflasi yang tinggi melanda banyak negara. Bank sentral AS (The Fed) bahkan berencana mempercepat normalisasi kebijakan moneternya guna meredam inflasi. Tetapi ketika rencana itu muncul pasar tenaga kerja AS justru melambat.
Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP) hanya sebanyak 210.000 orang di bulan November, sangat jauh di bawah ekspektasi Dow Jones sebesar 573.000 orang. Data NFP tersebut mengalami pelambatan yang signifikan jika dibandingkan bulan sebelumnya 546.000 orang.
Ketika dukungan dari stimulus moneter dikurangi, aktivitas perekonomian juga berisiko mengendur. Maka pasar tenaga kerja terancam semakin melambat. Alhasil, perekonomian AS kini dalam situasi yang rumit, belum lagi dengan Omicron yang menambah ketidakpastian.
Meski demikian, ada kabar baik dari Presiden AS Joe Biden. Ia menegaskan tidak akan melakukan lockdown meski sudah ada beberapa kasus positif Covid-19 varian Omicron di Negeri Paman Sam.
"Kami akan melawan varian ini dengan ilmu pengetahuan dan kecepatan. Bukan kekacauan dan kebingungan," tegas Biden, sebagaimana diwartakan Reuters.
Kebijakan yang ditempuh pemerintahan Biden adalah pelancong yang masuk ke AS wajib dites sebelum keberangkatan dengan hasil negatif, meski sudah divaksin. Penggunaan masker diwajibkan di pesawat, kereta api, dan transportasi umum lainnya.
(fsd)