Siap-Siap! Tak Cuma Omicron, Pasar Juga Kawal Ketat Kabar Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar soal varian baru Covid-19 Omicron masih menghantui pasar modal Tanah Air. Pada Selasa (30/11/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles lebih dari 1% setelah sempat menghijau pada awal perdagangan, sedangkan nilai tukar rupiah juga gagal menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Pelemahan keduanya terjadi seiring CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan kepada Financial Times bahwa dia memperkirakan vaksin yang ada saat ini kurang efektif melawan Omicron.
IHSG ditutup ambles 1,13% ke level 6.533,93. Sebenarnya IHSG bergerak di zona hijau sepanjang sesi I, tetapi mulai sesi II IHSG tiba-tiba anjlok.
Sebanyak 182 saham menguat, 351 melemah dan 131 stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 20,7 triliun.
Bersamaan dengan koreksi IHSG yang tajam, asing juga melakukan jual bersih (net sell) besar-besaran di pasar reguler sebesar Rp 782,68 miliar.
Sebelumnya, Stéphane Bancel bilang bahwa vaksin yang beredar saat ini dirasa kurang efektif terhadap galur Corona Omicron.
"Tidak ada dunia, saya pikir, di mana [efektivitas] berada pada tingkat yang sama dengan Delta," kata CEO Moderna Bancel kepada Financial Times dalam sebuah wawancara.
Bancel menambahkan, "Saya pikir itu [efektivitas vaksin] akan mengalami penurunan yang materiil. Saya tidak tahu berapa banyak karena kita perlu menunggu datanya. Tetapi semua ilmuwan yang saya ajak bicara.. seperti 'ini tidak akan baik-baik saja'".
Komentar bos Moderna tersebut datang ketika pakar kesehatan masyarakat dan politisi mencoba memberikan nada yang lebih optimis soal efektivitas vaksin yang ada untuk memberikan perlindungan terhadap Omicron.
Seiring dengan adanya keraguan dari petinggi salah satu produsen vaksin Corona tersebut, bursa Asia juga memerah.
Hanya indeks Shanghai Composite China yang mampu bertahan di zona hijau pada Selasa, yakni ditutup menguat tipis 0,03%.
Sementara sisanya kembali ditutup berjatuhan kemarin. Indeks Nikkei Jepang ditutup ambles 1,63% ke level 27.821,76, Hang Seng Hong Kong tergelincir 1,58%, Straits Times Singapura anjlok 2,54%, KOSPI Korea Selatan longsor 2,42%.
Sementara, seiring adanya 'omongan' Bancel tersebut, nilai tukar rupiah yang sempat menguat cukup tajam melawan dolar AS di awal perdagangan Selasa akhirnya harus kembali melemah.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,14% ke Rp 14.300/US$. Setelahnya penguatan rupiah bertambah menjadi 0,21% ke Rp 14.290/US$, sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat pada hari ini. Rupiah malah berbalik melemah 0,17% ke Rp 14.345/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 14.320/US$, sama dengan posisi penutupan kemarin.
Dari dalam negeri sentimen negatif juga datang dari adanya kenaikan PPKM di DKI Jakarta yang sebelumnya masih level 1 menjadi level 2.
Kebijakan tersebut diterapkan mulai hari ini 30 November 2021 sampai dengan 13 Desember nanti. Ditambah lagi nanti akhir tahun pemerintah juga berencana untuk kembali mengimplementasikan PPKM level III guna mencegah terjadinya lonjakan kasus Covid-19 lagi.
(adf/adf)