Newsletter

Kegalauan Masih Terasa di Pasar, Mampukah IHSG Rekor Lagi?

Putra, CNBC Indonesia
23 November 2021 06:12
Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell  (AP Photo/Steven Senne)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Setelah mengalami awal pekan yang kurang memuaskan akibat sentimen lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi di Eropa, kinerja Wall Street kembali kurang memuaskan di hari kedua perdagangan pekan ini.

Indeks S&P 500 melemah 0,32%. Hanya Indeks Dow Jones yang rebound, itupun penguatannya tipis sebesar 0,05%. Saham-saham teknologi yang sebelumnya hijau harus jatuh ke zona pesakitan.

Nasdaq Composite yang terkenal tech-heavy dini hari tadi justru ambrol. Hal ini dikarenakan indeks dengan bobot saham teknologi yang besar tersebut sudah menguat di awal pekan.

Sebelumnya, pasar keuangan AS juga menanti apakah ketua bank sentral The Federal Reserves yakni Jerome Powell akan dinominasikan kembali untuk memimpin otoritas moneter paling powerful di dunia tersebut.

Jay Powell begitu sapaan akrab pria berusia 68 tahun mantan bos firma investasi tersebut akhirnya dinominasikan kembali sebagai ketua The Fed oleh Presiden Joe Biden. Sementara itu Lael Breinard yang menjadi pesaing terkuat Powell dinominasikan oleh Gedung Putih sebagai Wakil Ketua.

Selanjutnya Powell dan Brainard harus mendapat restu terlebih dahulu dari Senat yang saat ini dikuasai oleh Partai Demokrat (partainya Joe Biden). Meskipun saat ini suara Senat AS masih terpecah sehingga membuat risiko ketidakpastian tetap membayangi pasar.

Di bawah kepemimpinan Biden, ekonomi AS berhasil pulih dengan sangat cepat di saat pandemi Covid-19 melanda. Pasar saham pun berkali-kali mencetak rekor all time high barunya. Yield obligasi pemerintah AS berhasil ditekan sehingga tetap berada di level yang rendah dan borrowing cost menurun membuat bangkitnya perekonomian AS juga diikuti dengan perbaikan pasar tenaga kerjanya.

Namun konsekuensi dari kebijakan moneter ultra longgar dan ekspansif a la The Fed yang menginjeksi likuiditas ke sistem keunagan Paman Sam juga menimbulkan kenaikan inflasi. Tantangan The Fed saat ini adalah mengendalikan inflasi.

Lonjakan harga yang terjadi di AS yang tercermin dari kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS hingga 6,2% year on year (yoy) bulan lalu memantik kecemasan para pelaku pasar. Inflasi sudah berada jauh dari target sasaran bank sentral di 2%.

Pasar kini mulai mengantisipasi bahwa The Fed bisa saja lebih agresif dari yang diperkirakan dengan menaikkan suku bunga acuan (Federal Fund Rates/FFR) hingga 3x tahun depan guna menjinakkan setan inflasi yang terus menghantui perekonomian.

Inflasi yang tinggi adalah momok bagi seluruh pelaku ekonomi. Bagi pengambil kebijakan inflasi yang tinggi bakal membuat output perekonomian menjadi maksimal.

Bagi konsumen, inflasi yang tinggi berarti melemahnya daya beli. Sementara bagi investor dan pelaku usaha, tingginya inflasi akan menggerus marjin laba.

Halaman 3>>

(trp)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular