
Wall Street 'Kebakaran' karena Inflasi Tinggi, Waspada IHSG!

Pelaku pasar di dalam negeri perlu mencermati sentimen dari pergerakan bursa saham Wall Street yang ditutup berjatuhan pada perdagangan Rabu kemarin, di mana Wall Street ambles karena pasar merespons negatif dari melonjaknya inflasi dari sektor konsumen (IHK) yang juga dapat memicu kecemasan akan dampaknya terhadap pemulihan ekonomi.
IHK AS dilaporkan melesat 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), atau lebih panas dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 5,9%.
Angka itu juga menjadi yang tertinggi sejak tahun 1990. Secara bulanan (month-on-month/mom), IHK melompat 0,9% atau di atas estimasi yang sebesar 0,6%.
Tak hanya IHK yang melonjak, inflasi dari sektor produsen (PPI) pun juga melonjak pada periode bulan lalu. PPI AS dilaporkan naik 0,6% secara bulanan, atau sesuai ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones.
Namun, indeks harga grosir per Oktober melesat 8,6% secara tahunan, menjadi rekor tertinggi dalam 11 tahun terakhir.
Kenaikan inflasi hingga ke level tertinggi sejak tahun 1990 tersebut membuat imbal hasil Treasury acuan bertenor 10 tahun kembali menyentuh kisaran level 1,5%, setelah selama beberapa pekan sebelumnya berusaha untuk turun menjauhi level 1,5%.
Melonjaknya yield Treasury tentu menjadi sentimen negatif bagi pasar global, terutama bagi saham-saham teknologi yang berkorelasi negatif dengan pergerakan yield Treasury.
Tetapi, kenaikan yield Treasury menjadi pendorong saham perbankan di AS, karena adanya potensi kenaikan suku bunga, di mana bank dapat membebankan bunga lebih besar atas pinjaman yang tentunya berpengaruh terhadap keuntungan bank.
Selain dari AS, pasar juga mengkhawatirkan akan inflasi terbaru di China, di mana pada perdagangan kemarin inflasi periode Oktober dari sektor konsumen (IHK) dan sektor produsen (PPI) telah dirilis dan menunjukan kenaikan cukup signifikan.
Pemerintah China melaporkan IHK naik 1,5% secara tahunan (year-on-year/YoY) di bulan Oktober, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,7% YoY serta dibandingkan hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi 1,4% YoY.
Sedangkan PPI China juga meroket 13,5% YoY, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 10,7%. PPI di bulan Oktober tersebut menjadi yang tertinggi dalam lebih dari 26 tahun terakhir.
Ketika inflasi di produsen tinggi, maka ada risiko IHK juga akan melesat dalam beberapa bulan ke depan. Sebab, produsen kemungkinan besar akan menaikkan harga jual produknya.
Investor juga mengkhawatirkan dari risiko stagflasi yang menyerang Negeri Panda. Stagflasi adalah fenomena ekonomi di mana harga naik (inflasi tinggi), tetapi aktivitas bisnis mengalami stagnasi, yang menyebabkan tingginya pengangguran dan berkurangnya daya beli konsumen.
Di kala inflasi China dan AS sedang meninggi, investor cenderung akan mencari investasi lainnya yang dapat dijadikan lindung nilai (hedging), seperti emas dan bitcoin. Oleh karena itu, kenaikan inflasi menjadi katalis positif bagi emas dan bitcoin pada hari ini.
Setelah China dan AS, Jepang juga akan merilis data inflasi dari sektor produsen (PPI) periode Oktober 2021 pada pagi hari ini.
Konsensus Tradingeconomics memperkirakan PPI Negeri Sakura pada bulan lalu naik 0,4% secara bulanan (mom), dan naik 7% secara tahunan (yoy).
Terlepas dari inflasi yang dapat mempengaruhi perekonomian global, pada hari ini, Inggris akan merilis data pembacaan awal (flash reading) dari pertumbuhan ekonomi kuartal ketiganya pada tahun ini.
Ekonom dalam polling Reuters memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris pada kuartal III-2021 akan kembali melambat menjadi 6,8% secara tahunan (yoy), dan melambat menjadi 1,5% secara kuartalan (quarter-to-quarter/QoQ).
(chd/sef)