
Perhatian Pasar Kembali Tertuju ke China, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modalĀ nasional mengalami tekanan di pembukaan perdana pekan ini dengan pelemahan di bursa saham dan kurs rupiah, sementara pasar obligasi cenderung variatif. Hari ini, perhatian pasar untuk sementara tertuju ke China.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Senin (25/10/2021) awal pekan ini, setelah sempat diperdagangkan di zona hijau pada sesi I hari ini. Indeks bursa saham acuan tersebut berakhir turun 0,27% atau 18 poin ke level 6.625,697.
Nilai transaksi kembali menurun menjadi Rp 15,4 triliun, dengan volume perdagangan 31,6 miliar saham yang berpindah tangan 1,3 jutaan kali. Sebanyak 255 saham menguat, 265 saham melemah dan 143 lainnya stagnan.
Investor berada di persimpangan jalan, antara merespons perkembangan terbaru kasus Evergrande di China yang menunjukkan perbaikan, ataukah menyikapi kabar buruk terkait dengan tekanan perusahaan global akibat krisis semikonduktor.
Di Asia, pasar saham cenderung variatif. Indeks Shanghai menjadi yang paling besar penguatannya kemarin, mencapai 0,8%, sedangkan indeks Nikkei Jepang ditutup merosot 0,7%. Indeks sektor saham semi-konduktor memimpin koreksi, dengan ambles nyaris 1%.
Namun, investor asing di Tanah Air tercatat masih melakukan pembelian bersih (net buy) yakni sebesar Rp 2,95 triliun di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 72,71 miliar di pasar reguler dan Rp 2,88 triliun di pasar tunai dan negosiasi.
Meski investor asing masih masuk ke pasar saham, aroma penuh tekanan masih merebak di pasar keuangan secara umum. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), baik di kurs tengah Bank Indonesia (BI) maupun di pasar spot.
Di kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di Rp 14.183 per dolar AS atau melemah 0,15%. Di pasar spot, US$ 1 setara dengan Rp 14.155 di penutupan perdagangan atau terdepresiasi 0,25%.
Sementara itu, mata uang Asia lain bergerak variatif di hadapan dolar AS tetapi rupiah terhitung sebagai yang terlemah di antara mata uang utama di Benua Kuning. Dolar AS memang sedang perkasa sebagaimana terlihat dari indeks Dolar AS yang menguat 0,2% ke 93,8.
Di pasar surat utang, harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi di tengah menguatnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS). SBN tenor 1, 3, 5, dan 25 tahun dilepas oleh investor, ditandai dengan pelemahan harga dan kenaikan yield.
Sisanya yakni SBN berjatuh tempo panjang yakni 10, 15, 20, dan 30 tahun masih ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan penguatan harga dan penurunan yield. Menurut data Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar melemah 1,4 basis poin (bp) ke 6,169%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) mengakhiri perdagangan Senin (25/10/2021) dengan aksi cetak rekor menyusul bombardir kabar positif terkait dengan kinerja keuangan emiten kelas kakap di Wall Street.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 64,13 poin ( 0,18%) menjadi 35.741,15 sedangkan S&P 500 bertambah 21,6 poin ( 0,47%) ke 4.566,48. Kedua level penutupan tersebut merupakan rekor tertinggi baru. Nasdaq lompat 136,5 poin ( 0,9%) ke 15.226,71.
Saham Tesla melesat 12,7% setelah perusahaan persewaan mobil Hertz memesan 100.000 unit mobil Yesla, sementara Morgan Stanley mendongkrak target harga saham perseroan menjadi US$ 1.200, dari semula US$ 900.
"Kita jelas di tengah musim laporan keuangan sekarang, dan banyak yang terjadi sehingga laba bersih diumumkan lebih baik dari ekspektasi," tutur Tim Ghriskey, Kepala Perencana Investasi Inverness Counsel seperti dikutip Reuters.
Sepanjang bulan berjalan, saham Tesla melesat lebih dari 28% menjadi penopang penguatan indeks Nasdaq. Kini, indeks saham teknologi tersebut terpaut hanya 1% dari rekor tertingginya yang dicetak pada 7 September lalu.
Menurut Refinitiv, 84% dari 117 konstituen indeks S&p 500 yang sudah merilis kinerja keuangannya mencetak laba bersih di atas estimasi pasar per kuartal III-2021. Rata-rata pertumbuhan laba bersih mereka sebesar 35%.
Indeks saham sektor energi menguat setelah harga kontrak berjangka (futures) minyak jenis West Texas Intermediate menyentuh level psikologis US$ 85/barel. Mayoritas indeks mencetak pertumbuhan kinerja solid pada Oktober.
Sektor energi sepanjang Oktober menjadi pemimpin reli dengan kenaikan sebesar 11% bulan ini. Indeks sektor manufaktur, real estate, material dan keuangan kompak menguat setidaknya sebesar 7% sepanjang periode tersebut.
Dow Jones dan S&P 500 kompak menguat lebih dari 5%, sedangkan Nasdaq melesat 4,4% secara bulan berjalan.
Sebanyak 165 emiten unggulan akan merilis kinerja keuangannya pekan ini, termasuk Facebook, Alphabet, Microsoft, Amazon dan Apple. Sepertiga emiten konstituen Dow Jones juga akan merilis kinerjanya pekan ini seperti Caterpillar, Coca-Cola, Boeing dan McDonald's.
Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa anggaran belanjanya kian dekat mencapai kesepakatan jelang pertemuan perubahan iklim di Skotlandia. Hal ini memicu optimisme bahwa perekonomian AS bakal kian terdongkrak oleh belanja pemerintah.
China hari ini akan menjadi pusat episentrum perhatian pasar global, menyusul kebijakan pemerintah terkait dengan pasar komoditas dan munculnya kembali kasus Covid-19 varian delta yang telah memicu karantina wilayah (lockdown) secara penuh.
Kemarin, harga batu bara yang menjadi salah satu andalan ekspor Indonesia drop 7% ke US$ 204,5 per ton setelah pemerintah China menyatakan akan menginvestigasi perusahaan penyedia indeks harga energi tersebut, dalam upaya untuk mengendalikan harga di pasar berjangka.
Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional (National Development and Reform Commission/NDRC) menyatakan pihaknya akan menginvestigasi aduan bahwa perusahaan penyedia informasi energi, termasuk batu bara, menggunakan transaksi palsu, menerbitkan rumor dan data harga yang direkayasa guna memanipulasi pergerakan harga sebenarnya di pasar.
"Akibatnya, harga batu bara telah sepenuhnya menyimpang dari fundamental pasokan dan permintaan, merusak kepentingan publik dan nasional secara serius," tutur lembaga tersebut, sebagaimana dikutip Reuters.
Saat ini ada belasan lembaga penyedia informasi dan harga energi di China, tetapi NDRC tidak menyebutkan identitas perusahaan yang sedang diinvestigasi.
Bagi pelaku pasar, kabar tersebut memicu aksi jual kontrak berjangka komoditas, termasuk batu bara sehingga harganya terpelanting. Pasar khawatir investigasi tersebut menunjukkan bahwa kenaikan harga saat ini ternyata hanyalah fatamorgana, karena tak berbasis aspek fundamental.
Meski harga batu bara anjlok 7% dalam sehari, secara tahun berjalan harga energi utama duni ini masih terhitung melesat 150% menyusul krisis energi di negara maju, dan juga kenaikan permintaan di China.
Namun secara fundamental, permintaan energi diprediksi masih tinggi. Goldman Sachs dalam laporan riset terbarunya mengatakan bahwa permintaan dunia akan minyak bumi bakal kian meningkat, sehingga harga berpeluang menyentuh level US$ 90 per barel.
Permintaan dunia diprediksi bakal mencapai angka 100 juta barel per hari (bph) menyusul kenaikan konsumsi di Asia setelah penyebaran virus Covid-19 varian delta mulai teratasi. Di Eropa, tren pengalihan minyak bumi ke gas diprediksi meningkat di tengah krisis energ iseperti sekarang, yang menambah permintaan minyak setidaknya sebesar 1 juta bph.
Kemarin, harga kontrak berjangka (futures) minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$ 84,38/barel atau naik tipis 0,2%, sementara BrentĀ naik 0,54% ke US$ 86,26.
Dari sisi pandemi, pasar kembali memperhatikan China yang kini menghadapi munculnya kasus Covid-19 yang baru. Mengutip Reuters, pejabat kesehatan pemerintahan Xi Jinping, mengatakan wabah Covid-19 terbaru kemungkinan akan semakin menyebar lebih jauh. Selama seminggu terakhir, ada 11 wilayah provinsi kemasukan Covid-19 dengan total 100 kasus infeksi.
Kasus Covid-19 kembali muncul di China pasca ditemukannya pasien yang terinfeksi di sebuah kelompok wisata. Kelompok ini melakukan perjalanan dari Shanghai lalu ke kota Xi'an di Provinsi Gansu dan ke Mongolia Dalam.
Puluhan kasus pun ditemukan terkait perjalanan itu dan melibatkan 12 grup wisata lainnya. Pemerintah setempat pun menghentikan penerbangan dan menutup lokasi wisata, sekolah dan tempat hiburan di daerah yang terkena dampak.
Kompleks perumahan di sekitarnya juga di-lockdown diiringi pembatasan ketat pada perjalanan ke kota-kota. Mengutip Worldometers, kemarin China mencatat 39 kasus baru sehingga total kasus aktif di Negeri Panda itu menjadi 573.
Jika hari ini kasus Covid-19 di China terus meningkat, pelaku pasar akan cenderung memilih aman dengan merealisasikan keuntungan yang telah didapatkan sembari memantau keadaan lebih jauh lagi.
Berikut data ekonomi dan agenda korporasi yang dirilis hari ini:
- Rilis pertumbuhan ekonomi Q3 Korea Selatan (06:00 WIB)
- RUPSLB PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (10:00 WIB)
- RUPSLB PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (14:00 WIB)
- Rilis indeks harga rumah Agustus AS (20:00 WIB)
- Rilis indeks keyakinan konsumen CB per Oktober (21:00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Ada Kabar Genting dari China, Begini Prediksi Gerak IHSG dan Rupiah