Newsletter

Perhatian Pasar Kembali Tertuju ke China, Ada Apa?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
26 October 2021 06:22
pertambangan batu bara
Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko

China hari ini akan menjadi pusat episentrum perhatian pasar global, menyusul kebijakan pemerintah terkait dengan pasar komoditas dan munculnya kembali kasus Covid-19 varian delta yang telah memicu karantina wilayah (lockdown) secara penuh.

Kemarin, harga batu bara yang menjadi salah satu andalan ekspor Indonesia drop 7% ke US$ 204,5 per ton setelah pemerintah China menyatakan akan menginvestigasi perusahaan penyedia indeks harga energi tersebut, dalam upaya untuk mengendalikan harga di pasar berjangka.

Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional (National Development and Reform Commission/NDRC) menyatakan pihaknya akan menginvestigasi aduan bahwa perusahaan penyedia informasi energi, termasuk batu bara, menggunakan transaksi palsu, menerbitkan rumor dan data harga yang direkayasa guna memanipulasi pergerakan harga sebenarnya di pasar.

"Akibatnya, harga batu bara telah sepenuhnya menyimpang dari fundamental pasokan dan permintaan, merusak kepentingan publik dan nasional secara serius," tutur lembaga tersebut, sebagaimana dikutip Reuters.

Saat ini ada belasan lembaga penyedia informasi dan harga energi di China, tetapi NDRC tidak menyebutkan identitas perusahaan yang sedang diinvestigasi.

Bagi pelaku pasar, kabar tersebut memicu aksi jual kontrak berjangka komoditas, termasuk batu bara sehingga harganya terpelanting. Pasar khawatir investigasi tersebut menunjukkan bahwa kenaikan harga saat ini ternyata hanyalah fatamorgana, karena tak berbasis aspek fundamental.

Meski harga batu bara anjlok 7% dalam sehari, secara tahun berjalan harga energi utama duni ini masih terhitung melesat 150% menyusul krisis energi di negara maju, dan juga kenaikan permintaan di China.

Namun secara fundamental, permintaan energi diprediksi masih tinggi. Goldman Sachs dalam laporan riset terbarunya mengatakan bahwa permintaan dunia akan minyak bumi bakal kian meningkat, sehingga harga berpeluang menyentuh level US$ 90 per barel.

Permintaan dunia diprediksi bakal mencapai angka 100 juta barel per hari (bph) menyusul kenaikan konsumsi di Asia setelah penyebaran virus Covid-19 varian delta mulai teratasi. Di Eropa, tren pengalihan minyak bumi ke gas diprediksi meningkat di tengah krisis energ iseperti sekarang, yang menambah permintaan minyak setidaknya sebesar 1 juta bph.

Kemarin, harga kontrak berjangka (futures) minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$ 84,38/barel atau naik tipis 0,2%, sementara Brent  naik 0,54% ke US$ 86,26.

Dari sisi pandemi, pasar kembali memperhatikan China yang kini menghadapi munculnya kasus Covid-19 yang baru. Mengutip Reuters, pejabat kesehatan pemerintahan Xi Jinping, mengatakan wabah Covid-19 terbaru kemungkinan akan semakin menyebar lebih jauh. Selama seminggu terakhir, ada 11 wilayah provinsi kemasukan Covid-19 dengan total 100 kasus infeksi.

Kasus Covid-19 kembali muncul di China pasca ditemukannya pasien yang terinfeksi di sebuah kelompok wisata. Kelompok ini melakukan perjalanan dari Shanghai lalu ke kota Xi'an di Provinsi Gansu dan ke Mongolia Dalam.

Puluhan kasus pun ditemukan terkait perjalanan itu dan melibatkan 12 grup wisata lainnya. Pemerintah setempat pun menghentikan penerbangan dan menutup lokasi wisata, sekolah dan tempat hiburan di daerah yang terkena dampak.

Kompleks perumahan di sekitarnya juga di-lockdown diiringi pembatasan ketat pada perjalanan ke kota-kota. Mengutip Worldometers, kemarin China mencatat 39 kasus baru sehingga total kasus aktif di Negeri Panda itu menjadi 573.

Jika hari ini kasus Covid-19 di China terus meningkat, pelaku pasar akan cenderung memilih aman dengan merealisasikan keuntungan yang telah didapatkan sembari memantau keadaan lebih jauh lagi.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular