Newsletter

Dua Hari Agak Lemas Komandan, IHSG Happy Weekend Hari Ini?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
22 October 2021 06:31
KRL Uji Coba Aplikasi PeduliLindung. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: KRL Uji Coba Aplikasi PeduliLindung. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Pada hari terakhir perdagangan pekan ini, sentimen-sentimen yang mungkin dapat mempengaruhi kondisi pasar modal tanah air dapat dikatakan cukup sepi. Meski demikian terdapat sejumlah sentimen utama dari luar negeri yang patut dicerna investor dan masih mempengaruhi pergerakan pasar finansial global, termasuk Indonesia. Selain itu terdapat pula sentimen dari dalam negeri juga patut diperhatikan dengan seksama.

Sentimen pertama datang dari Rusia yang dilaporkan menemukan sebuah mutasi Covid-19 Varian Delta. Mutasi itu dilabeli sebagai Delta Plus atau AY.4.2.

Kantor berita RIA, melaporkan peneliti senior pengawas konsumen negara Kamil Khafizov bahkan menyebut ada kemungkinan varian AY.4.2 akan menyebar luas. Sebelumnya, varian ini juga diyakini lebih menular dibandingkan virus corona varian Delta biasa, di mana varian ini dikatakan cukup berperan terhadap lonjakan kasus infeksi di Rusia, yang saat ini memang sudah mencapai rekor tertinggi.

Sentimen kedua masih seputar krisis energi global ditambah kacaunya kondisi rantai pasok yang masih belum terselesaikan. Setelah sebagian besar wilayah Eropa, China dan India merasakan dampak tersebut, kini Singapura juga dikabarkan menghadapi permasalahan serupa.

Otoritas Energi Singapura EMA pekan lalu menyebut, adanya gangguan impor gas dari pipa gas West Natuna RI dan rendahnya pasokan gas dari Sumatera Selatan menjadi salah satu penyebab Singapura mengalami kesulitan pasokan gas untuk pembangkit listrik.

Alhasil, setidaknya tiga perusahaan retail listrik Singapura memutuskan berhenti di bisnis ini. Bila ini terus terganggu, maka tentunya akan memengaruhi pasokan listrik di Negeri Singa ini.

Sentimen ketiga adalah jebloknya harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ke level US$ 213,1/ton. Pelemahan tersebut kini genap terjadi enam hari berturut-turut. Selama enam hari tersebut, harga komoditas ini ambles 25,73%.

Selain aksi ambil untung oleh investor, penurunan harga batu bara juga dipengaruhi oleh kabar pemerintah China sedang mempersiapkan langkah inisiasi untuk mengintervensi harga batu bara yang telah naik gila-gilaan mengingat batu bara adalah komoditas strategis bagi China, karena sekitar 60% pembangkit listrik di sana menggunakan tenaga batu bara.

China yang sedang berusaha menjadi pemimpin energi bersih melalui Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) mengatakan akan memastikan tambang batu bara beroperasi pada kapasitas penuh untuk menghasilkan setidaknya 12 juta ton per hari. Dikutip dari data Biro Statistik China, konsumen terbesar batu bara dunia tersebut memproduksi rata-rata 11,14 juta ton per hari pada bulan September.

Selanjutnya dari dalam negeri, ada kabar baik yang diharapkan mampu menopang penguatan IHSG, yakni sudah 5 hari beruntun penambahan kasus penyakit akibat virus corona di bawah 1.000 orang. Pemerintah juga kembali memberikan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Meski demikian pembatasan terhadap mobilisasi warga masih relatif ketat, khususnya moda transportasi darat menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL), yang mana untuk kereta komuter dalam wilayah atau wilayah aglomerasi dibatasi hanya 32%, diungkapkan Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati. Angka tersebut jauh lebih kecil dari kereta api antar kota yang dibatasi maksimal 70%.

Selanjutnya pemerintah juga kembali mengetatkan moda transportasi udara di mana pemerintah tak lagi memperbolehkan penggunaan tes rapid antigen sebagai syarat penerbangan.Pelaku penerbangan domestik hanya diperbolehkan tes RT-PCR.

Pada aturan sebelumnya, untuk penumpang yang telah memperoleh dua dosis vaksin syarat perjalanan udara diperbolehkan dengan tes rapid antigen untuk wilayah Jawa Bali.

Meski menuai pro dan kontra, jika dilaksanakan aturan pragmatis tersebut dapat menekan angka perkembangan kasus yang kian hari semakin terkendali, sehingga pemerintah tidak kecolongan.

Sentimen kedua dari dalam negeri adalah terkait pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan transaksi berjalan di kuartal III-2021 akan mengalami surplus. Sehingga bisa memperkuat fundamental Indonesia.

Untuk sepanjang 2021, transaksi berjalan diperkirakan masih akan defisit tetapi lebih baik dari proyeksi sebelumnya.

Selain itu, BI juga memutuskan untuk melanjutkan kebijakan akomodatif berupa DP nol persen maksimal untuk penjualan properti dan kendaraan bermotor.

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular