Newsletter

IHSG Siap Cetak Rekor, Nih Amunisi & Bahan Bakar Pekan Ini!

Feri Sandria, CNBC Indonesia
18 October 2021 06:10
Infografis/ Ini 2 Raksasa ‘Penerus’ Gagal Bayar Evergrande / Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Ini 2 Raksasa ‘Penerus’ Gagal Bayar Evergrande / Aristya Rahadian

Pekan lalu, kinerja pasar keuangan dalam negeri bisa dibilang cukup memuaskan. Namun investor dan trader masih perlu mencermati beberapa sentimen yang bakal menggiring arah pasar minggu ini.

Saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat menguat lebih dari 3%.

Total inflow asing ke saham-saham blue chip tersebut mencapai Rp 3,24 triliun dalam sepekan terakhir.

Adanya aksi borong saham oleh asing secara besar-besaran juga menjadi penopang kinerja nilai tukar rupiah. Di pasar spot rupiah menguat 1% di hadapan dolar AS.

Penguatan rupiah juga didukung dengan rilis data neraca dagang September 2021 yang masih mencatatkan surplus besar.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang September mencapai US$ 4,37 miliar, jauh di atas perkiraan konsensus yang memperkirakan surplus US$ 3,8 miliar saja.

Kemudian di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) SUN tenor acuan juga cenderung mengalami penurunan yang mengindikasikan adanya kenaikan harga.

Yield SUN untuk tenor 5 tahun (FR0086), 10 tahun (FR0087) dan 15 tahun (FR0088) masing-masing menurun sebesar 11,6 basis poin (bps); 8,1 bps dan 2,4 bps.

Setidaknya pasar keuangan domestik sedang kompak menguat minggu lalu. Untuk pekan ini investor perlu mencermati beberapa sentimen yang datang baik dari dalam maupun luar negeri.

Isu global pertama yang layak diperhatikan datang dari China soal Evergrande.

Menurut pejabat bank sentral China (PBoC), krisis utang Evergrande sebagai salah satu pengembang properti terbesar Negeri Panda terhadap industri perbankannya masih 'manageable'.

Kepala Pasar Keuangan PBoC, Zou Lan mengatakan bahwa Evergrande perlu untuk meningkatkan penjualan asetnya dan memulai kembali pembangunan proyek. Dalam hal ini pihak berwenang mengatakan akan memberi dukungan finansial.

Belum jelas dukungan finansial seperti apa yang akan diberikan. Namun setidaknya munculnya pernyataan resmi dari pejabat China semacam memberi ketenangan untuk pasar.

Sentimen kedua yang datang dari luar negeri adalah kelanjutan krisis energi global seperti di Eropa, China dan India yang masih belum bisa ditangani.

Di China, harga gas alam yang naik dan krisis pasokan listrik domestik membuat Negeri Panda memutuskan untuk melakukan negosiasi dengan eksportir gas dari AS guna mengamankan pasokan yang terus menipis.

Kemudian di India, stok batu bara yang menipis juga menjadi problematik. BUMN tambang Negeri Bollywood, Coal India memutuskan untuk menghentikan lelang batu bara ke konsumen non-pembangkit listrik. Hal ini tentu akan berdampak negatif bagi industri lain.

Harga gas alam dan batu bara memang anjlok pekan ini. Namun dengan kelanjutan krisis energi yang belum bisa diatasi bisa jadi pemicu tingginya volatilitas harga komoditas energi minggu depan.

Merespons hal tersebut saham-saham emiten gas dan batu bara Tanah Air juga masih perlu dicermati oleh investor maupun trader.

Sentimen ketiga kembali datang dari India yang dapat memicu kenaikan harga CPO yang sebenarnya juga sudah berada di tren penguatan. Meskipun sudah naik tinggi sepanjang tahun ini, harga CPO diperkirakan akan tetap kuat hingga akhir 2021.

India memutuskan untuk memangkas pungutan impor CPO dari 24,75% menjadi 8,25%. Selain CPO, pungutan impor untuk produk olahan CPO juga diturunkan dari 35,75% menjadi 19,25%. Kebijakan tersebut berlaku mulai 14 Oktober 2021 hingga 31 Maret 2022.

Sentimen keempat yang berasal dari luar negeri adalah terkait sinyal lampu hijau dari regulator AS untuk melegalkan reksadana yang dapat diperdagangkan di bursa (Exchange Traded Fund/ETF) yang berbasis Bitcoin minggu depan.

Merespons hal tersebut harga koin kripto yang satu ini melesat tembus ke atas US$ 60.000/BTC lagi. Bahkan Bitcoin sempat menyentuh level US$ 62.500/BTC sangat mepet dengan level all time high-nya di US$ 63.000/BTC.

Terakhir sentimen dari dalam negeri datang dari perkembangan pandemi Covid-19. Sudah dua hari beruntun kasus Covid-19 di Tanah Air tercatat di bawah 1.000. Tentu ini menjadi sentimen positif bagi pasar dan perekonomian.

Namun tren apresiasi IHSG, rupiah dan SUN yang cukup signifikan di sepanjang minggu ini, membuka ruang untuk adanya koreksi minggu depan. Maklum untuk kasus IHSG, indeks sudah menguat 4 hari beruntun dan memang perlu ada koreksi yang sehat.

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular