Newsletter

Wall Street Cerah Bergairah, IHSG Lanjut Menguatkah?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
24 September 2021 06:02
CHINA EVERGRANDE-DEBT/CONTAGION
Foto: REUTERS/TYRONE SIU

Kembali bergairahnya bursa Wall Street hingga melesat lebih dari 1% perlu dicermati oleh pelaku pasar pada hari ini.

Melesatnya bursa saham AS tersebut salah satunya didorong oleh sentimen dari krisis keuangan Evergrande yang mulai memudar, meskipun pelaku pasar juga masih perlu memantau perkembangannya.

Sentimen membaik setelah pemerintah China serius menangani permasalahan keuangan Evergrande, di mana pemerintah China telah memberikan bantuan dana hingga ratusan triliun rupiah ke sistem keuangan China. Hal ini dilakukan untuk menekan kekhawatiran pelaku pasar terhadap krisis perusahaan properti terbesar kedua di China, Evergrande Group.

Pemerintah China melalui PBoC mengaku telah menyuntikkan dana sebesar 120 miliar yuan (US$ 18,6 miliar) atau Rp 264 trilun lebih ke sistem perbankan lewat reverse repurchase agreements. Secara net, suntikan yang diberikan PBoC mencapai 90 miliar yuan.

Namun, yang masih perlu diamati oleh pelaku pasar terkait Evergrande adalah pembayaran obligasi senilai US$ 83 juta yang akan jatuh tempo pada Kamis. Pemerintah China menegaskan Evergrande untuk menghindari gagal bayar (default) obligasi berbasis dolar AS.

Sementara sentimen dari The Fed yang tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level mendekati nol juga masih akan menjadi sentimen positif di global pada hari ini, mengingat sentimen ini juga menjadi pendorong kenaikan Wall Street pada penutupan dini hari tadi.

Isu sinyal tapering (program pengurangan pembelian aset atau obligasi) juga akan menjadi sentimen pasar pada hari ini, di mana The Fed menyatakan bahwa tapering bisa dimulai pada November mendatang hingga pertengahan tahun 2022.

Di lain sisi, data klaim pengangguran AS mingguan untuk periode pekan yang berakhir 19 September juga masih perlu dicermati oleh pasar, setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa ada 351.000 tunjangan pengangguran yang tercipta pada pekan lalu.

Sedangkan dari kabar beberapa komoditas, sentimen dari China yang tak akan lagi membangun proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara di luar negeri juga perlu dicermati oleh pasar.

Presiden China, Xi Jinping dalam sidang Majelis Umum PBB pada Selasa (22/9/2021) malam waktu New York, AS menegaskan bahwa China tak akan lagi membangun proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara di luar negeri.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk komitmen baru terkait kebijakan iklim untuk menangani pemanasan global.

Sebelumnya telah diketahui melalui pendanaan megaproyek 'Prakarsa Sabuk dan Jalan' atau Belt and Road Initiative (BRI) atau dulu bernama proyek OBOR (One Belt One Road), China berinvestasi di sejumlah proyek PLTU di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia.

Ia juga berjanji akan mempercepat upaya China untuk menjadi "netral karbon" di 2060, termasuk mendukung negara berkembang mengembangkan energy hijau dan rendah karbon.

Sementara itu dari data ekonomi yang akan dirilis pada hari ini, data pembacaan awal dari indeks manajer pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) masih akan berlanjut pada hari ini, di mana data awal PMI Manufaktur dan Jasa Jepang akan dirilis pada pagi hari ini.

Selain data PMI manufaktur dan jasa, Jepang juga akan merilisa data inflasinya pada periode Agustus 2021, di mana Negeri Matahari Terbit tersebut akan merilis data inflasi dari sisi harga konsumen (indeks harga konsumen/IHK).

Di Korea Selatan, data inflasi periode Agustus juga akan dirilis pada hari ini, di mana data inflasi yang akan dirilis dari sisi harga produsen (indeks harga produsen/PPI).

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular