Newsletter

The Fed Tahan Lagi Suku Bunganya, IHSG Lanjut Menguat?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
23 September 2021 06:50
wall street
Foto: Reuters

Beralih ke Negeri Paman Sam (Amerika Serikat/AS), bursa saham Wall Street ditutup cerah pada perdagangan Rabu (22/9/2021), setelah bank sentral AS mengindikasikan tidak akan mengurangi secepatnya program stimulus moneter yang telah mendukung ekonomi AS selama pandemi virus corona (Covid-19).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 1% ke level 34.258,32, S&P 500 berakhir melesat 0,95% ke posisi 4.395,66, dan Nasdaq Composite China meroket 1,02% ke level 14.896,85.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level mendekati nol. Para kolega The Fed di Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) sepakat untuk mempertahankan suku bunga acuannya.

Namun The Fed juga mengatakan bahwa kenaikan suku bunga mungkin saja bisa terjadi lebih cepat dari yang diharapkan sebelumnya.

The Fed juga mengatakan bahwa jika kemajuan dalam ekonomi berlanjut seperti yang diharapkan, moderasi dalam pembelian aset mungkin akan segera dilakukan.

"Jika kemajuan berlanjut seperti yang diharapkan pasar, maka Komite akan menilai bahwa moderasi dalam laju pembelian aset akan segera dilakukan," kata The Fed setelah pernyataan pasca-pertemuan The Fed, dikutip dari CNBC International.

The Fed telah membeli obligasi pemerintah (Treasury) sebesar US$ 120 miliar per bulannya sejak awal krisis Covid-19.

"Sementara pengumuman tapering, mungkin akan datang pada November dan mereka tidak melakukannya hari ini di mana mereka hanya mencerminkan sikap komite yang masih dovish," kata Peter Boockvar, kepala investasi di Bleakley Advisory Group, dilansir dari CNBC International.

Wall Street berhasil ditutup lebih tinggi karena The Fed tampaknya tidak terburu-buru menaikkan suku bunga acuannya.

Di lain sisi, proyeksi ekonomi AS yang disebut dot plot menunjukkan sembilan dari 18 anggota FOMC mengharapkan kenaikan suku bunga pada tahun 2022. Angka tersebut naik dari tujuh anggota dalam proyeksi The Fed pada bulan Juni lalu.

Hal ini terjadi setelah ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan dalam pidatonya bahwa "kemajuan lebih lanjut yang substansial" dari inflasi dan lapangan kerja mulai mulai mendekati target.

"Untuk inflasi, kami tampaknya telah mencapai lebih dari kemajuan yang signifikan dan kemajuan substansial lebih lanjut. Bagian dari ujian itu dicapai dalam pandangan saya dan pandangan banyak orang lain," kata Powell dalam pidatonya.

"Pandangan saya sendiri adalah ujian untuk kemajuan substansial lebih lanjut dalam lapangan pekerjaan hampir terpenuhi," tambah Powell.

Masih dari dot plot, The Fed merubah proyeksi pertumbuhan ekonominya pada tahun ini, di mana proyeksi pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) AS pada tahun ini tumbuh mencapai 5,9%, dari sebelumnya diproyeksikan tumbuh 7% pada Juni lalu.

Proyeksi juga mengisyaratkan bahwa anggota FOMC melihat inflasi lebih kuat dari proyeksi sebelumnya pada Juni lalu.

Inflasi inti diproyeksikan meningkat 3,7% pada tahun ini, naik dari perkiraan Juni lalu sebesar 3%. Sedangkan inflasi tahun 2022 diproyeksikan mencapai 2,3%, juga naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 2,1%.

Selain dari masih dovish-nya The Fed, sentimen dari krisis likuiditas Evergrande juga mulai membaik setelah manajemen Evergrande secara resmi menyatakan akan membayar kewajibannya tepat waktu.

Saham komoditas memimpin penguatan karena kekhawatiran investor terkait Evergrande mulai mereda. Devon Energy melesat 6,8%, sementara APA melonjak hampir 7,2%. Diamondback Energy, Hess dan Marathon Oil keduanya menguat lebih dari 5%. Wynn Resorts yang terekspos di China melambung sekitar 2,6%.

Namun untuk saham FedEx ditutup ambruk hingga 9%, setelah laba bersihnya anjlok karena kenaikan biaya buruh. Ambruknya saham FedEx juga disebabkan karena perseroan memangkas proyeksi kinerjanya pada tahun 2021.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular