Newsletter

Covid-19 Terkendali! Boleh Nonton Bioskop Lagi, Pak Jokowi..?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 September 2021 06:00
Jelang Lebaran, Penukaran Uang Pecahan  Rupiah Kecil Baru Mulai Ramai (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak variatif sepanjang pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah, tetapi nilai tukar rupiah berhasil membukukan penguatan.

Minggu lalu, IHSG terkoreksi 0,52% secara point-to-point. Pada perdagangan akhir pekan, IHSG ditutup di bawah 6.100.

Total volume perdagangan melibatkan 106,21 miliar unit saham yang ditransaksikan 6,89 juta kali. Nilai perdagangan tercatat Rp 55,49 triliun dan investor asing membukukan beli bersih Rp 1,11 triliun.

Statistik tersebut menunjukkan pasar saham Tanah Air sebenarnya lebih semarak dibandingkan pekan sebelumnya. Kala itu, volume perdagangan adalah 99,49 juta unit saham dengan frekuensi transaksi 6,63 juta kali bernilai Rp 55,03 triliun.

Sementara d pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun naik tipis 2,3 basis poin (bps). Kenaikan yield menandakan harga Surat Berharga Negara (SBN) sedang turun.

Namun investor asing masih melakukan akumulasi beli terhadap SBN. Per 9 September 2021, total kepemilikan asing adalah Rp 989,87 triliun. Naik Rp 4,75 triliun dibandingkan sepekan sebelumnya,

Arus modal asing di pasar saham dan SBN tersebut menjadi penopang nilai tukar rupiah. Di pasar spot, rupiah menguat 0,42% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Apresiasi 0,42% sudah cukup untuk membuat rupiah jadi yang terbaik di Asia.

Halaman Selanjutnya --> Tapering Guncang Wall Street

Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama ambles sepanjang pekan lalu. Secara mingguan, Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan Nasdaq Composite berkurang masing-masing 1,7%, 2,15%, dan 1,61%.

Adalah rilis data inflasi yang menjadi pengguncang Wall Street. Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan, inflasi di level produsen (Producers' Price Index/PPI) pada Agustus 2021 mencapai 8,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 8,2% sekalgus menjadi laju tercepat sejak November 2010.

"Hambatan pasokan akibat pandemi membuat tekanan harga meningkat dan ini bisa terjadi hingga akhir tahun. Namun dengan permintaan yang melemah, dunia usaha harus menaikkan harga secara bertahap," kata Nancy Canden Houten, Lead US Economist di Oxford Economics yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Data inflasi ini kian menegaskan keyakinan pasar bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bisa saja melakukan pengetatan kebijakan atau tapering off pada tahun ini. Tapering akan dimulai dengan mengurangi pembelian surat berharga (quantitative easing) dan puncaknya adalah menaikkan suku bunga acuan.

Loretta Mester, Presiden The Fed Cleveland, mengatakan tapering bisa saja mulai dilakukan tahun ini. Meski data penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) agak mengecewakan.

Pada Agustus 2021, perekonomian AS menciptakan 235.000 lapangan kerja. Ini adalah yang terendah sejak Januari 2021.

"Saya tidak berpikir bahwa laporan ketenagakerjaan pada Agustus akan mengubah pandangan saya bahwa kita sudah mencapai kemajuan yang substansial. Saya merasa nyaman memulai tapering tahun ini," ungkap Mester, sebagaimana diwartakan Reuters.

Sejak masa pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), The Fed 'mengguyur' likuiditas di perekonomian melalui quantitative easing senilai US$ 120 miliar per bulan. Duit sebanyak itu membuat pasar berpesta-pora dan menciptakan mentalitas 'beli, beli, beli'.

Jika tapering mulai diterapkan, maka gelontoran likuditas ini akan berkurang. Likuiditas akan mulai ketat, dan pelaku pasar bakal lebih mempertimbangkan risiko (risk-on) sebelum membeli aset.

Persepsi tersebut yang dominan mewarnai Wall Street hari ini. Akibatnya, jangan heran terjadi koreksi yang lumayan dalam.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama adalah perkembangan pandemi virus corona.

Ada kabar yang melegakan, karena sepertinya fase puncak kasus positif sudah terlalui. Per 10 September 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona adalah 223.022.538 orang. Bertambah 584.433 orang dari hari sebelumnya.

Dalam seminggu terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 574.068 orang per hari. Turun dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 633.974 orang setiap harinya.

Secara persentase, laju pertumbuhan kasus pun melambat, Selama sepekan terakhir, rata-rata pertumbuhan kasus adalah 0,26% per hari sedangkan tujuh hari sebelumnya adalah 0,29%.

Di sejumlah negara yang sempat mengalami lonjakan kasus pun mulai melandai. Misalnya di Malaysia.

Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif di Negeri Harimau Malaya bertambah 19.110 orang saban harinya. Sudah turun dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yakni 20.737 orang.

Begitu pula di AS. Dalam sepekan terakhir pasien positif bertambah rata-rata 144.673 orang per hari. Sudah turun dibandingkan sepekan sebelumnya yaitu 162.794 orang saban harinya.

Perkembangan ini tentu menggembirakan. Jika bisa dipertahankan, atau bahkan ditingkatkan, maka pandemi akan lebih terkendali lagi. Dengan begitu, pemerintah di berbagai negara bisa mulai mengendurkan pembatasan sosial (social distancing) sehingga roda ekonomi bisa berputar lebih kencang.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

Sentimen kedua, masih seputar pandemi virus corona, adalah dinamika di dalam negeri. Hari ini adalah hari terakhir perpanjangan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

"Bapak Presiden menekankan Covid-19 tidak akan hilang dalam waktu singkat, kita siapkan protokol hidup bersama Covid-19. Ada beberapa penyesuaian dalam periode (PPKM) 7-13 September 2021," kata Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, pekan lalu.

Seperti tren dunia, perkembangan pandemi di Indonesia juga membawa kabar gembira. Pada 12 September 2021, Kementerian Kesehatan melaporkan pasien positif corona bertambah 3.779 orang dari hari sebelumnya. Ini adalah tambahan kasus harian terendah sejak 16 Mei 2021.

Puncak kasus positif terjadi pada 15 Juli 2021, di mana kala itu penambahan pasien mencapai 56.757 orang. Jadi sejak puncak itu hingga kemarin, kasus positif corona di Tanah Air sudah turun 93,34%.

Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 5.499 orang per hari. Turun drastis dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 7.884 orang per hari.

Penurunan laju pasien baru dan semakin banyak yang sembuh membuat kasus aktif di Indonesia berkurang drastis. Kasus aktif adalah jumlah pasien yang masih dalam perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun secara mandiri. Data ini berguna untuk mengukur seberapa berat beban yang ditanggung oleh sistem pelayanan kesehatan sebuah negara.

Per 12 September 2021, jumlah kasus aktif corona tercatat 109.869 orang. Ini adalah yang terendah sejak 12 Juni 2021.

Pandemi yang terkendali juga terlihat dari data temuan kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate). WHO menetapkan ambang batas 5% agar pandemi bisa disebut terkendali.

Pada 12 September 2021, positivity rate Indonesia adalah 3,05%. Artinya, Indonesia sudah bisa mengklaim bahwa pandemi terkendali.

Soal vaksinasi, Indonesia pun semakin maju. Our World in Data mencatat, jumlah vaksin anti-virus corona yang sudah disuntikkan ke lengan warga negara Indonesia per 11 September 2021 adalah 113,78 juta dosis. Indonesia menempati peringkat enam dunia.

Vaksin, jika efektif, akan membentuk kekebalan tubuh untuk menghalau serangan virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Studi di AS menunjukkan bahwa vaksin bahkan bisa membendung serangan virus corona varian delta yang jauh lebih mudah menular dibandingkan varian sebelumnya.

Penelitian yang melibatkan 32.000 orang itu menunjukkan bahwa vaksin dapat menekan risiko gejala berat yang harus dirawat di rumah sakit. Vaksin Moderna bisa mengurangi risiko sampai 95%, Pfizer 80%, dan Johnson % Johnson 60%.

Sementara studi lain yang melibatkan 600.000 ribu orang dalam dua bulan terakhir menunjukkan mereka yang belum divaksin 4,5 kali lebih mungkin tertular Covid-19, 10 kali lebih berisiko masuk rumah sakit, dan 11 kali lebih rawan meninggal.

"Vaksin bekerja dengan baik dan melindungi kita dari komplikasi berat akibat Covid-19," tegas Dr Rochelle Walensky, Direktur US Centers for Disease Control and Preventions, seperti dikutip dari Reuters.

Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai di Indonesia dalam sepekan terakhir, maka terbuka kemungkinan pemerintah akan kembali melonggarkan PPKM. Bisa jadi ada kegiatan usaha yang sudah bisa kembali beroperasi, misalnya bioskop yang sejak PPKM Darurat awal Juli 2021 belum diizinkan membuka pintu bagi pengunjung.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

1. Rilis data inflasi produsen Jepang periode Agustus 2021 (06:50 WIB).
2. Rilis data ekspektasi inflasi Australia periode September 2021 (08:00 WIB).
3. Penandatanganan akta inbreng ultra mikro BRI, Pegadaian, dan PNM (09:30 WIB).
4. Rilis laporan bulanan OPEC (tentatif).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

growth

Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular