Newsletter

Likuiditas Dunia Masih Melimpah, Pasar Tengok Cadangan Devisa

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
07 September 2021 06:30
Mata uang yuan
Foto: Reuters

Pada hari ini, tidak banyak rilis data ekonomi global yang patut diantisipasi pelaku pasar. Bursa Amerika Serikat (AS) pun libur untuk memperingati Hari Buruh. Oleh karenanya, sentimen pasar nasional bakal tergiring kembali ke dalam negeri dan ke kawasan Asia Pasifik.

Sejauh ini, sentimen jangka pendek cenderung berpihak pada pasar emerging market dengan menguatnya spekulasi bahwa bank sentral AS masih akan mempertahankan kebijakan ekstra longgar, yakni dengan membeli surat berharga di pasar sekunder senila US$120 miliar.

Data tenaga kerja yang masih mengecewakan mendorong investor menduga kebijakan pengurangan (tapering) laju pembelian kemungkinan baru akan terjadi pada November, seperti disebutkan Commonwealth Bank of Australia.

Oleh karenanya, kondisi banjir likuiditas masih akan terjaga setidaknya di September ini. Pasar pun akan mencari konfirmasi mengenai dugaan dan spekulasi kondisi likuiditas global tersebut dari data dalam negeri. Rilis cadangan devisa nasional per Agustus oleh Bank Indonesia (BI) akan diperhatikan.

Jika terjadi penguatan maka investor akan kian nyaman untuk belanja saham hari ini, karena yakin asing akan masuk dan membantu sisi demand. Tradingeconomics memperkirakan amunisi devisa bank sentral Indonesia bakal menguat menjadi US$ 138 miliar), dari angka Juli sebesar US$ 137,3 miliar.

Tatkala likuiditas global masih berlimpah, Indonesia melaporkan kemajuan penanganan pandemi, sehingga memberikan alas fundamental bagi penguatan saham dalam jangka pendek.

Tak hanya mencetak perlandaian kasus baru, Indonesia juga mempercepat laju vaksinasi. Per 4 September, 104.384.321 dosis vaksin telah disuntikkan, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan vaksinasi terbanyak keenam di dunia, dan ketiga di Asia mengekor India dan Jepang.

Pada perkembangan lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa tren positif mulai terbentuk di pasar saham. Hingga 31 Agustus 2021, IHSG melesat 2,86% dengan lonjakan nilai kapitalisasi pasar (market capitalization) sebesar 6,13%% menjadi Rp 7.395,89 triliun.

Dari sisi supply, OJK telah mengeluarkan pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum untuk 126 emisi, dengan total nilai hasil penawaran umum mencapai Rp 255,45 triliun, dengan 38 di antaranya adalah emiten baru. Penambahan jumlah emiten baru tersebut merupakan yang terbanyak di kawasan Asia Tenggara.

OJK mencatat jumlah nomor investor (SID) mencapai 6,09 juta atau meningkat 56,95% secara tahun berjalan. SID atau Single Investor Identification adalah identitas tunggal investor yang digunakan untuk melakukan aktivitas di pasar modal Indonesia.

Peningkatan jumlah investor ini didominasi oleh kaum milenial dan generasi Z di bawah 30 tahun yang mencapai 58,45% dari total investor. Hal ini memberikan landasan bagi pasar untuk menguat lebih cepat tatkala pelonggaran mulai diberlakukan seperti diumumkan petang tadi.

Investor pun berpeluang masuk lagi ke pasar dengan memburu aset yang dinilai menjanjikan di jangka pendek seperti bank digital yang bakal mendapat terpaan sentimen positif dari suntikan Akulaku-yang didanai Ant Financial-terhadap PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).

Saham komoditas dan energi juga layak diperhatikan di tengah tren pemulihan ekonomi dunia dan penguatan harga minyak mentah pada perdagangan kemarin. Apalagi, perdagangan China menurut konsensus Tradingeconomics diprediksi menguat dengan pertumbuhan ekspor sebesar 17,1% dan impor sebesar 26,8%.

Jika ekspektasi ini terpenuhi, pasar Asia berpeluang bullish. Kenaikan neraca perdagangan ekonomi terkuat kedua dunia tersebut bakal mengonfirmasi bahwa pemulihan terus terjadi, yang bakal mendongkrak ekspor negara pemasok barang keperluan Negeri Panda, termasuk Indonesia.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular