Newsletter

Belum Kelar Varian Delta Muncul Varian Mu, Nasib Pasar Piye?

Tri Putra, CNBC Indonesia
02 September 2021 06:18
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari pertama bulan September, pasar saham domestik mencatatkan kinerja yang kurang apik. Yield SUN naik dan nilai tukar rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles dengan koreksi nyaris satu persen. Sebanyak 204 saham menguat, 296 saham turun dan 147 saham stagnan. Nilai transaksi tidak jauh berbeda dengan hari sebelumnya yaitu di Rp 12 triliun.

Di kawasan regional Asia Tenggara, IHSG berada di ranking cukup 'bontot'. IHSG berada di peringkat 6 hanya unggul dari Indeks PSEi Filipina yang anjlok 1%. Sementara itu indeks Straits Times Singapura berhasil mencatatkan apresiasi sebesar lebih dari 1%.

Overall pasar ekuitas regional Asia ditutup bervariasi kemarin merespons pergerakan saham-saham di Wall Street yang kurang memuaskan pada perdagangan hari sebelumnya.

Meskipun terkoreksi, asing justru mencatatkan aksi beli bersih senilai Rp 181,34 miliar di pasar regular. Saham BBCA dan BUKA menjadi incaran asing dengan masing-masing nilai transaksi beli bersihnya mencapai Rp 51,4 miliar dan Rp 48,9 miliar.

Saham BBCA memang menguat 0,23% kemarin. Namun trio saham bank pelat merah yaitu BBRI, BBNI dan BMRI yang juga berkapitalisasi pasar besar harganya anjlok lebih dari 1% dan menjadi pemberat IHSG.

Di pasar obligasi, harga instrument pendapatan tetap juga mengalami penurunan meski tak terlalu besar khususnya obligasi pemerintah. Hal ini tercermin dari kenaikan imbal hasilnya (yield). Perlu diketahui bahwa pergerakan harga dan yield pada obligasi berbanding terbalik.

Yield SUN 10 tahun pemerintah ditutup naik 2 bps menjadi 6,08% dari sebelumnya 6,06%. Secara keseluruhan tren yield memang mengalami penurunan. Stabilnya yield surat utang pemerintah AS yang dibarengi dengan minimnya tekanan eksternal menjadi alasan dibalik relinya obligasi domestik.

Nilai tukar rupiah di pasar spot juga mengalami depresiasi di hadapan greenback. Rupiah ditutup di Rp 14.280/US$. Di hari sebelumnya rupiah ditutup mendekati Rp 14.250/US$.

Kemarin, rilis data perekonomian Indonesia untuk bulan Agustus sesuai dengan perkiraan consensus pasar. Indeks Manajer Pembelian atau Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur versi Markit untuk bulan Agustus 2021 masih berada di zona kontraksi di 43,7.

Sementara itu angka inflasi juga sesuai dengan perkiraan consensus. Secara bulanan IHK Indonesia bulan lalu naik 0,03% mom dan naik 1,59% yoy. Inflasi tetap rendah baik untuk bulan Agustus maupun sepanjang tahun ini yang mengindikasikan bahwa daya beli memang belum sepenuhnya pulih.

Halaman 2>>

Beralih ke Wall Street, indeks acuan utama bursa saham New York semalam dibuka variative dan juga ditutup mixed merespons data ketenagakerjaan yang berada di bawah ekspektasi pasar dan jelang rapat bank sentral Paman Sam The Fed.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 24,1 poin (+0,07%) pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan selang 30 menit berbalik turun 41,15 poin (-0,12%) ke 35.319,58. Indeks S&P 500 tumbuh 3,8 poin (+0,08%) ke 4.526,51 dan Nasdaq naik 70,3 poin (+0,46%) ke 15.329,55.

Kemudian pada penutupan perdagangan, indeks DJIA terpangkas 48,2 poin atau setara dengan koreksi 0,14%. S&P 500 naik tipis 1,5 poin atau 0,03% dan Nasdaq Composite yang berisikan saham-saham teknologi memimpin penguatan dengan kenaikan 50,14 poin atau setara dengan apresiasi 0,33%.

Indeks S&P 500 tumbuh 2,9% bulan lalu, menjadi kinerja yang tebraik sejak 2017. Indeks Nasdaq lompat sekitar 4% menjadi reli bulanan ketiga kali secara beruntun sedangkan Dow Jones paling buncit dengan penguatan 1,2%. Indeks saham sektor keuangan memimpin dengan lompatan sebesar 5%.

Data ADP National Employment menunjukkan Negara Adidaya itu bulan lalu mencetak 374.000 slip gaji baru. Angka itu jauh di bawah ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 600.000.

Laporan itu mengawali rilis slip gaji yang akan dikeluarkan pada Jumat, di mana ekonom dalam polling Dow Jones memprediksi 720.000 slip gaji baru diterbitkan, dengan angka pengangguran 5,2%.

Sepanjang tahun berjalan, indeks S&P 500 menguat lebih dari 20% tanpa sekalipun terkoreksi hingga di bawah 5%. Indeks acuan utama bursa AS ini ditutup di atas rerata pergerakan 200 hari yang mengindikasikan bahwa nuansabullishmasih kuat.

Namun, beberapa pihak mengingatkan potensi koreksi pada September karena sejak Oktober tahun lalu belum ada koreksi terhadap bursa AS terutama jelang rapat bank sentral AS(Federal Reserve/The Fed) pada September dan berlanjutnya kekhawatiran penyebaran virus Covid-19 varian delta.

Merespons data ketenagakerjaan yang kurang memuaskan tersebut, yield acuan obligasi pemerintah bertenor 10 tahun ditutup flat pada perdagangan dini hari tadi. Untuk yield 10 tahunnya berada di 1,3% sementara untuk yield 30 tahun mendekati 1,92%.

Halaman 3>>>

Untuk perdagangan hari ini Kamis (02/09/2021) pelaku pasar dan investor perlu mencermati beberapa hal. Pertama adalah kinerja Wall Street yang variatif dini hari tadi. Hal ini tentu kurang bisa menjadi katalis positif untuk pasar saham kawasan Benua Kuning yang akan dibuka pagi ini.

Kedua terkait dengan pemulihan ekonomi global yang tercermin dari rilis data PMI manufaktur berbagai negara di dunia kemarin. Secara umum sektor manufaktur berbagai negara maju dan berkembang masih berada di zona ekspansif.

Namun yang menjadi catatan adalah derajat ekspansinya tampak mulai mengendur. Di Australia, PMI manufakturnya berada di angka 52 bulan lalu, melambat dari bulan sebelumnya yang mencapai 56,9. Hal serupa juga terjadi di Jepang. Jika pada bulan Juli PMI manufaktur berada di angka 53, bulan lalu angkanya melorot ke 52,7.

Indeks PMI manufaktur China versi Caixin yang sebelumnya ekspansif, bulan lalu justru mengalami kontraksi untuk pertama kalinya. Di Eropa dan AS, sektor manufaktur masih juga berekspansi tetapi dengan laju yang lebih lambat.

PMI manufaktur Jerman turun dari 65,9 di bulan Juli menjadi 62,6. PMI manufaktur Euro Zone turun dari 62,8 menjadi 61,4 pada periode yang sama. Di Inggris nasibnya juga serupa, PMI manufaktur melambat dari 60,4 menjadi 60,3.

Sementara itu di Negeri Paman Sam, indeks PMI manufaktur versi Markit turun dari 63,4 bulan Juli menjadi 61,1 poin.

Sentimen lain yang juga dapat mempengaruhi pemulihan ekonomi serta kondisi pasar adalah perkembangan pandemi Covid-19 secara global. Belum lama ini WHO menegaskan bahwa pihaknya terus memonitor berbagai varian Covid-19 yang merebak. Setelah varian Delta sekarang ada varian 'Mu'.

Menurut WHO, mutan Covid-19 jenis ini berpeluang untuk bisa lolos dari kekebalan tubuh jika sebelumnya pernah terinfeksi maupun divaksinasi. Varian ini pertama kali ditemukan di Colombia. Namun saat ini sudah menyebar ke setidaknya 39 negara.

Berbagai risiko yang dapat menghambat ekonomi untuk pulih ke level pertumbuhan yang tinggi seperti pra-pandemi masih ada di depan mata. Namun setidaknya untuk perdagangan hari ini sentimen yang beredar kurang kuat untuk bisa mengerek kinerja pasar sehingga ada potensi bahwa berbagai aset keuangan akan cenderung bergerak flattish.

Halaman 4>>

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Data PDB Korea Selatan Kuartal II-2021 (06.00 WIB)
  • Data Inflasi Korea Selatan bulan Agustus 2021 (06.00 WIB)
  • Data Neraca Dagang Australia bulan Juli 2021 (08.30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular