
Masuk Bulan September, Hati-hati Kepleset Nyerok Saham Gan!

Setelah sebelumnya S&P 500 dan Nasdaq Composite berhasil mencatatkan rekor tertingginya sepanjang sejarah, dini hari tadi tiga indeks acuan saham Wall Street kompak ditutup di zona merah.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,11%. Indeks S&P 500 terpangkas 0,14% dan Nasdaq Composite ditutup turun tipis 0,04%. Sejatinya koreksi yang terjadi ini adalah hal yang wajar mengingat Wall Street cenderung reli terus menerus.
Harga suatu aset tidak akan bisa terus menerus naik. Itu adalah hal yang mustahil meskipun di tengah uptrend jangka panjangnya. Suatu saham yang sudah reli panjang membutuhkan jeda koreksi untuk kembali menyehatkan valuasinya serta membuat investor dan pelaku pasar untuk bersikap lebih rasional.
Selain karena sudah menanjak terus, faktor lain yang membuat Wall Street mengalami koreksi adalah rilis data perekonomian yang lebih rendah dari perkiraan. Indeks Barometer Bisnis Chicago yang mengukur aktivitas manufaktur drop ke level 66,8 di bulan Agustus 2021 pasca menyentuh level 73,4 bulan lalu.
Penurunan indeks acuan Wall Street juga merespons rilis data perekonomian global terutama China dan Uni Eropa. Dari China sendiri kontraksi sektor jasa yang tercermin dari penurunan indeks manajer pembelian (PMI) ke bawah level 50 di bulan Agustus 2021 menjadi sentiment negatif.
Kontraksi sektor jasa di China pada Agustus merupakan kontraksi pertama sejak Negeri Tirai Bambu dihantam pandemi awal tahun 2020 silam.
Beralih ke Benua Biru, Indeks Harga Konsumen (IHK) Zona Euro tercatat mengalami kenaikan sebesar 3% YoY pada Agustus 2021 berdasarkan pembacaan awal atau mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,2% YoY.
Inflasi di Zona Euro kini berada di level tertingginya dalam satu dekade. Hal ini membuat pasar mulai mengantisipasi akan adanya kemungkinan bahwa bank sentral (ECB) akan mulai mengendorkan program stimulus pembelian asetnya mengikuti jejak The Fed yang sudah lebih dahulu mensinyalkan adanya tapering akhir tahun ini.
Kini pelaku pasar tengah menanti rilis data ekonomi penting yang akan dipublikasikan Jumat ini yaitu laporan ketenagakerjaan. Berdasarkan survei yang dihimpun oleh Dow Jones, ekonom memperkirakan akan ada penciptaan lapangan kerja sebanyak 750 ribu sehingga membuat tingkat pengangguran berpeluang turun ke level 5,2%,.
Inflasi yang terus melonjak dan tren tingkat pengangguran yang terus menurun akan menjadi sinyal kuat bahwa pembelian obligasi pemerintah dan efek beragun aset (EBA) KPR oleh The Fed bakal dikurangi akhir tahun ini.