Newsletter

Wall Street Reli 3 Hari Beruntun, IHSG 'Tancap Gas' Lagi?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
26 August 2021 06:16
Perayaan 244 Tahun Amerika Serikat. AP/Maya Alleruzzo
Foto: Perayaan 244 Tahun Amerika Serikat. AP/Maya Alleruzzo

Dalam minggu ini pelaku pasar masih akan terus mengamati terkait situasi terkini di Afghanistan pasca-Taliban berhasil menguasai wilayah tersebut, perkembangan kasus Covid-19, serta simposium ekonomi tahunan bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) Jackson Hole pada Jumat minggu ini.

Selain itu, akan ada sejumlah rilis data dari luar negeri yang turut menjadi katalis pasar pada hari ini.

Pertama, Bank of Korea akan mengumumkan soal keputusan suku bunga pada pukul 08.00 WIB. Konsensus pasar sepakan, bank sentral Korea Selatan (Korsel) akan mulai menaikkan tingkat suku bunga menjadi 0,75%.

Sebelumnya, Bank of Korea mempertahankan suku bunga dasarnya di posisi terendah 0,5% selama pertemuan Juli 2021, seiring negara tersebut sedang berjuang melawan gelombang keempat kasus COVID-19.

 

Menurut catatan Tradingeconomics, bank sentral Korsel ini memproyeksikan ekonomi tumbuh sebesar 4% pada 2021, konsisten dengan perkiraan di bulan Mei. Hal ini terutama didukung oleh ekspor dan investasi karena konsumsi swasta diperkirakan akan melemah sementara, di tengah lonjakan kebangkitan virus corona.

Kedua, pada pukul 13.00 WIB, Jerman akan merilis indeks keyakinan konsumen per September, yang diprediksi bakal melemah menjadi negatif 1, dari posisi bulan sebelumnya minus 0,3.

Sebelumnya, indeks keyakinan konsumen yang dirilis GfK Group ini tidak berubah di posisi -0,3 menuju Agustus 2021. Kendati tertinggi dalam setahun terakhir, posisi tersebut tetap jauh di bawah level 10 sebelum pandemi, seiring meningkatnya infeksi virus corona dan stagnasi kemajuan vaksinasi membebani 'suasana hati' konsumen.

Selang 45 menit kemudian, dari Prancis akan ada data rilis data keyakinan berbisnis per Agustus 2021. Konsensus pasar menyebut keyakinan bisnis Prancis akan turun menjadi 109.

Sebelumnya, indikator iklim manufaktur di Prancis ini naik menjadi 110 pada Juli 2021, dari 108 pada bulan sebelumnya. Ini adalah level tertinggi sejak April 2018.

Keempat, pada pukul 19.30 WIB, akan ada rilis data klaim tunjangan pengangguran AS oleh Departemen Ketenagakerjaan per 21 Agustus 2021. Data klaim pengangguran bisa menjadi indikator awal soal 'kesehatan' ekonomi AS.

Menurut prediksi pasar, data klaim pengangguran baru (initial claims) akan turun menjadi 336 ribu dari minggu lalu sebesar 348 ribu. Sementara, angka rerata klaim pengangguran 4 mingguan juga diprediksi akan turun dari 377,75 ribu pada periode sebelumnya menjadi 362 ribu.

Di waktu yang bersamaan, Biro Analisis Ekonomi AS akan merilis data estimasi kedua soal pertumbuhan Produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal II tahun ini secara kuartalan. Rilis estimasi kedua yang dirilis hari ini didasarkan pada data sumber yang lebih lengkap daripada yang tersedia untuk perkiraan awal (advance) yang dikeluarkan bulan lalu.

Ekonom Trading economics memprediksi angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal II pada estimasi kedua ini akan sama dengan posisi perkiraan awal, yakni 6,5%.

Sebelumnya, PDB riil meningkat pada tingkat tahunan sebesar 6,5% pada kuartal kedua 2021, menurut perkiraan awal yang dirilis oleh Biro Analisis Ekonomi. Sementara pada kuartal pertama, setelah direvisi, PDB riil meningkat 6,3 persen.

 

Pertumbuhan PDB AS semester I 2021 jauh lebih kecil dari perkiraan Dow Jones 8,4%.

Sepanjang kuartal II, investasi domestik swasta bruto turun 3,5% karena penurunan inventaris swasta dan investasi residensial menahan kenaikan.

Biro Analisis Ekonomi menjelaskan, meningkatnya impor dan menurunnya pengeluaran pemerintah federal sebesar 5%, kendati defisit anggaran membengkak, juga merupakan faktor penentu utama.

Sementara, dari dalam negeri, Bank Indonesia masih terus mengamati dan merumuskan strategi terkait wacana pengurangan pembelian aset (tapering off) oleh the Fed.

Terbaru, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengungkapkan akan melakukan stress test dengan menyiapkan sejumlah kebijakan, guna memitigasi adanya tekanan potensi di pasar keuangan tanah air, termasuk rencana Bank Sentral AS mengurangi stimulus moneter (tapering off).

"Ke depan ada risiko rencana kebijakan pengurangan stimulus atau tapering oleh The Fed. Kita sepakat akan melakukan stress test simulasi antisipasi tapering," ujarnya dalam rapat bersama Banggar DPR, Rabu (25/8/2021).

Selain risiko tapering off tersebut, stress test yang akan dilakukan oleh BI juga untuk mengantisipasi peningkatan varian Delta Covid-19 yang bisa memicu penurunan kepercayaan para investor.

Pasalnya, kata Destry, pemulihan ekonomi di berbagai negara masih dibayangi oleh meluasnya varian delta pada Kuartal III-2021, sehingga menyebabkan perbaikan ekonomi di berbagai negara masih terbatas, seperti di India dan kawasan Asia.

Sebagai gambaran, melansir dari website resmi Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), stress test adalah metode untuk memperkirakan kerugian ekstrim yang mungkin terjadi dalam kondisi pasar yang tidak normal, dengan menghitung nilai portofolio menggunakan perubahan harga yang melebihi perubahan tertinggi yang digunakan dalam historical var (HsVar).

(adf/adf)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular