Newsletter

Wall Street Reli 3 Hari Beruntun, IHSG 'Tancap Gas' Lagi?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
26 August 2021 06:16
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal Tanah Air kembali ditutup beragam pada perdagangan Rabu kemarin (25/8/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil kembali ke level psikologis 6.100, sementara nilai tukar rupiah melemah setelah dua hari beruntun menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

IHSG ditutup di akhir perdagangan dengan apresiasi 0,39% ke level 6.113,24 pada perdagangan kemarin. Nilai transaksi pada Rabu kemarin sebesar Rp 11,4 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 539 miliar di pasar reguler.

Sentimen positif mendominasi didorong keyakinan bahwa pemulihan ekonomi dunia bakal semakin cepat setelah Badan Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) Amerika Serikat (AS) memberikan izin penuh bagi vaksin Covid-19 besutan Pfizer-BioNTech.

Di sisi lain, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah menyepakati solusi pembagian beban anggaran negara, di tengah masih berlarutnya pandemi. Otoritas moneter tersebut setuju untuk membeli langsung surat utang pemerintah Indonesia dengan nilai total Rp 439 triliun.

Kerja-sama tersebut memberikan tambahan kapasitas belanja negara, tatkala penerimaan pajak tengah tertekan, sementara penerbitan obligasi di pasar sekunder yang berlebihan di tengah prospek pengetatan moneter AS akan memperberat beban pendanaan (cost of fund) yang ditanggung negara.

Bursa saham AS alias Wall Street kembali kompak melonjak pada penutupan pasar Rabu (25/8) waktu setempat. Dalam minggu ini, ketiga indeks utama bursa AS sudah serentak menguat sejak Senin lalu.

Kenaikan indeks utama AS terjadi seiring minimnya katalis negatif dan investor masih akan menanti gelaran Simposium Jackson Hole mendatang untuk mendapatkan petunjuk soal kapan Federal Reserve/the Fed mulai melakukan untuk pengetatan kebijakan moneternya.

Saham perusahaan pembuat chip dan sektor finansial membantu mendorong S&P 500 dan Nasdaq ke rekor penutupan tertinggi baru pada Rabu.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 39,24 poin, atau 0,11%, menjadi 35.405,50. S&P 500 bertambah 0,22% ke penutupan tertinggi baru di 4.496,19. Nasdaq Composite juga naik 0,15% ke 15.041,86, juga meraih rekor penutupan tertinggi baru.

"Berita positif tentang persetujuan vaksinasi, dan harapan bahwa Fed tidak akan mengejutkan pasar di Jackson Hole, membantu menjaga harga ekuitas lebih tinggi," kata David Carter, kepala investasi di Lenox Wealth Advisors di New York kepada Reuters.

Imbal hasil (yield) Treasury AS yang meningkat mendorong sektor keuangan yang sensitif terhadap suku bunga (.SPSY), dan sektor-sektor yang paling diuntungkan dari kebangkitan ekonomi--seperti, smallcaps , chips dan transports --memuncaki pasar.

Yield Treasury benchmark 10-tahun benchmark naik setinggi 1,352% pada hari Rabu, mencapai level tertinggi sejak awal bulan ketika berada di posisi 1,364%.

Kenaikan imbal hasil ini turut mengangkat saham JPMorgan 2%, sementara Wells Fargo naik 1,9%. Bank regional Zions naik 1,6%, dan Regions Financial naik 1,5%.

Selain itu, saham perjalanan dan liburan juga lebih tinggi. Beberapa maskapai penerbangan dan jalur pelayaran memperoleh kenaikan 1%. Saham kasino Penn National Gaming dan Caesars Entertainment masing-masing melesat 8,6% dan 4%. MGM Resorts terkerek 2,9%.

Akhir-akhir ini pasar telah didorong oleh tanda-tanda bahwa kasus Covid-19 varian delta bisa memuncak. Tom Lee dari Fundstrat mengatakan dalam sebuah catatan kepada klien Selasa malam bahwa yang terburuk mungkin ada di belakang kita, mengutip tingkat kasus positif yang turun di Florida dan Texas.

"Irama data yang masuk telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, yang paling menonjol adalah puncak kasus COVID-19 di sejumlah negara bagian," jelas Lee.

Johnson & Johnson mengatakan pada hari Rabu bahwa suntikan penguat (booster) Vaksin Covid menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam uji klinis tahap awal, secara signifikan meningkatkan antibodi penangkal virus. Namun, sahamnya malah sedikit turun.

Delta Air Lines mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya akan menaikkan premi asuransi kesehatan bagi karyawan yang tidak divaksinasi untuk menutupi biaya Covid yang lebih tinggi.

Perusahaan ini memiliki sekitar 75.000 karyawan dan sekitar 75% dari mereka telah divaksinasi secara penuh. Pada hari Selasa, Goldman Sachs itu akan mewajibkan karyawan yang memasuki kantornya untuk divaksinasi secara penuh. Saham Delta dan Goldman masing-masing naik 1,9% dan 1,1%.

Analis yang disurvei oleh Reuters, melihat pasar saham tetap dalam target kisaran untuk sisa tahun 2021.

"Dalam jangka panjang, indeks ekuitas telah mendingin karena mesin pertumbuhan berikutnya tidak jelas," Carter dari Lenox Wealth Advisors menjelaskan kepada Reuters.

"Stimulus fiskal dan moneter mungkin telah kehilangan semangat untuk mendorong pasar lebih tinggi lagi," imbuhnya.

Data ekonomi yang 'jinak', termasuk pesanan baru yang datar untuk barang modal inti di AS, memperkuat gagasan bahwa Ketua Fed Jerome Powell tidak mungkin mengisyaratkan percepatan timeline untuk pengetatan kebijakan di acara Jackson Hole Symposium yang bakal digelar secara virtual pada hari Jumat minggu ini.

"(Ekspektasinya) adalah bahwa Fed tidak akan menakut-nakuti pasar, dan hanya akan mengumumkan tapering yang hati-hati," kata Carter.

Informasi saja, the Fed telah membeli setidaknya US$ 120 miliar obligasi per bulan untuk mengekang suku bunga jangka panjang dan mendorong pertumbuhan ekonomi seiring pandemi yang membuat ekonomi anjlok.

"Taper talk adalah kekhawatiran, tetapi jika inflasi terus memanas dan data ekonomi terus beragam, waktu tapering bisa didorong," kata Lindsey Bell, kepala strategi investasi di Ally Invest, kepada CNBC International.

"Kecil kemungkinannya The Fed akan memaksakan pengurangan (tapering) pada ekonomi yang belum siap, dan prospeknya menjadi kurang pasti dengan munculnya varian delta," jelas Bell.

Bell menambahkan bahwa faktor penentunya adalah laporan lapangan kerja per Agustus yang akan dirilis pada 3 September mendatang, mengingat kasus Covid telah melonjak dalam sebulan terakhir seiring sebaran kasus Covid-19 varian Delta yang mengganas.

Dalam minggu ini pelaku pasar masih akan terus mengamati terkait situasi terkini di Afghanistan pasca-Taliban berhasil menguasai wilayah tersebut, perkembangan kasus Covid-19, serta simposium ekonomi tahunan bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) Jackson Hole pada Jumat minggu ini.

Selain itu, akan ada sejumlah rilis data dari luar negeri yang turut menjadi katalis pasar pada hari ini.

Pertama, Bank of Korea akan mengumumkan soal keputusan suku bunga pada pukul 08.00 WIB. Konsensus pasar sepakan, bank sentral Korea Selatan (Korsel) akan mulai menaikkan tingkat suku bunga menjadi 0,75%.

Sebelumnya, Bank of Korea mempertahankan suku bunga dasarnya di posisi terendah 0,5% selama pertemuan Juli 2021, seiring negara tersebut sedang berjuang melawan gelombang keempat kasus COVID-19.

 

Menurut catatan Tradingeconomics, bank sentral Korsel ini memproyeksikan ekonomi tumbuh sebesar 4% pada 2021, konsisten dengan perkiraan di bulan Mei. Hal ini terutama didukung oleh ekspor dan investasi karena konsumsi swasta diperkirakan akan melemah sementara, di tengah lonjakan kebangkitan virus corona.

Kedua, pada pukul 13.00 WIB, Jerman akan merilis indeks keyakinan konsumen per September, yang diprediksi bakal melemah menjadi negatif 1, dari posisi bulan sebelumnya minus 0,3.

Sebelumnya, indeks keyakinan konsumen yang dirilis GfK Group ini tidak berubah di posisi -0,3 menuju Agustus 2021. Kendati tertinggi dalam setahun terakhir, posisi tersebut tetap jauh di bawah level 10 sebelum pandemi, seiring meningkatnya infeksi virus corona dan stagnasi kemajuan vaksinasi membebani 'suasana hati' konsumen.

Selang 45 menit kemudian, dari Prancis akan ada data rilis data keyakinan berbisnis per Agustus 2021. Konsensus pasar menyebut keyakinan bisnis Prancis akan turun menjadi 109.

Sebelumnya, indikator iklim manufaktur di Prancis ini naik menjadi 110 pada Juli 2021, dari 108 pada bulan sebelumnya. Ini adalah level tertinggi sejak April 2018.

Keempat, pada pukul 19.30 WIB, akan ada rilis data klaim tunjangan pengangguran AS oleh Departemen Ketenagakerjaan per 21 Agustus 2021. Data klaim pengangguran bisa menjadi indikator awal soal 'kesehatan' ekonomi AS.

Menurut prediksi pasar, data klaim pengangguran baru (initial claims) akan turun menjadi 336 ribu dari minggu lalu sebesar 348 ribu. Sementara, angka rerata klaim pengangguran 4 mingguan juga diprediksi akan turun dari 377,75 ribu pada periode sebelumnya menjadi 362 ribu.

Di waktu yang bersamaan, Biro Analisis Ekonomi AS akan merilis data estimasi kedua soal pertumbuhan Produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal II tahun ini secara kuartalan. Rilis estimasi kedua yang dirilis hari ini didasarkan pada data sumber yang lebih lengkap daripada yang tersedia untuk perkiraan awal (advance) yang dikeluarkan bulan lalu.

Ekonom Trading economics memprediksi angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal II pada estimasi kedua ini akan sama dengan posisi perkiraan awal, yakni 6,5%.

Sebelumnya, PDB riil meningkat pada tingkat tahunan sebesar 6,5% pada kuartal kedua 2021, menurut perkiraan awal yang dirilis oleh Biro Analisis Ekonomi. Sementara pada kuartal pertama, setelah direvisi, PDB riil meningkat 6,3 persen.

 

Pertumbuhan PDB AS semester I 2021 jauh lebih kecil dari perkiraan Dow Jones 8,4%.

Sepanjang kuartal II, investasi domestik swasta bruto turun 3,5% karena penurunan inventaris swasta dan investasi residensial menahan kenaikan.

Biro Analisis Ekonomi menjelaskan, meningkatnya impor dan menurunnya pengeluaran pemerintah federal sebesar 5%, kendati defisit anggaran membengkak, juga merupakan faktor penentu utama.

Sementara, dari dalam negeri, Bank Indonesia masih terus mengamati dan merumuskan strategi terkait wacana pengurangan pembelian aset (tapering off) oleh the Fed.

Terbaru, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengungkapkan akan melakukan stress test dengan menyiapkan sejumlah kebijakan, guna memitigasi adanya tekanan potensi di pasar keuangan tanah air, termasuk rencana Bank Sentral AS mengurangi stimulus moneter (tapering off).

"Ke depan ada risiko rencana kebijakan pengurangan stimulus atau tapering oleh The Fed. Kita sepakat akan melakukan stress test simulasi antisipasi tapering," ujarnya dalam rapat bersama Banggar DPR, Rabu (25/8/2021).

Selain risiko tapering off tersebut, stress test yang akan dilakukan oleh BI juga untuk mengantisipasi peningkatan varian Delta Covid-19 yang bisa memicu penurunan kepercayaan para investor.

Pasalnya, kata Destry, pemulihan ekonomi di berbagai negara masih dibayangi oleh meluasnya varian delta pada Kuartal III-2021, sehingga menyebabkan perbaikan ekonomi di berbagai negara masih terbatas, seperti di India dan kawasan Asia.

Sebagai gambaran, melansir dari website resmi Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), stress test adalah metode untuk memperkirakan kerugian ekstrim yang mungkin terjadi dalam kondisi pasar yang tidak normal, dengan menghitung nilai portofolio menggunakan perubahan harga yang melebihi perubahan tertinggi yang digunakan dalam historical var (HsVar).

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Keputusan suku bunga Korsel (08.00 WIB)

  • Keyakinan Konsumen Jerman (13.00 WIB)

  • Keyakinan Usaha Prancis (13.45 WIB)

  • Laju Pertumbuhan PDB Kuartalan Q-2 AS (estimasi kedua) (19.30 WIB)

  • Klaim Pengangguran AS (19.30 WIB)

Berikut beberapa agenda emiten yang akan berlangsung hari ini:

  • RUPST PT Limas Indonesia Makmur Tbk/LMAS (09.00 WIB)

  • RUPST PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (09.30 WIB)

  • RUPST & RUPSLB PT Weha Transportasi Indonesia Tbk/WEHA (10.00 WIB)

  • RUPST PT Martina Berto/MBTO (10.00 WIB)

  • RUPST & RUPSLB PT Mahaka Media Tbk/ABBA (10.00 WIB)

  • RUPST & RUPLSB PT Atlas Resources Tbk/ARII (10.00 WIB)

  • RUPST & RUPSLB PT PP London Sumatra Indonesia Tbk/LSIP (10.00 WIB)

  • RUPST PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia/TKIM (11.00 WIB)

  • RUPST PT Soechi Lines Tbk/SOCI (14.00 WIB)

  • RUPST & RUPSLB PT Salim Ivomas Pratama Tbk/SIMP (14.00 WIB)

  • RUPST PT Medco Energi Internasional Tbk/MEDC (14.00 WIB)

  • RUPST PT Mahaka Radio Integra Tbk/MARI (14.00 WIB)

  • RUPST PT Bank Danamon Indonesia Tbk/BDMN (14.00 WIB)

Di bawah ini sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular