Newsletter

Wall Street Berhasil Reli Lagi, IHSG Siap Rebound?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
25 August 2021 06:43
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada perdagangan Selasa (24/8/2021) kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot, sementara nilai tukar rupiah kembali perkasa di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

IHSG mengakhiri perdagangan dengan depresiasi 0,33% ke level 6.089,49 pada perdagangan Selasa di tengah bursa kawasan Benua Kuning yang mayoritas sukses menghijau.

Nilai transaksi kemarin sebesar Rp 13 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 76 miliar di pasar reguler. Sementara di pasar nego dan tunai asing keluar Rp 102 miliar.

Bursa Asia menguat di antaranya Nikkei 225 naik 0,87%, Hang Seng melesat 2,46%, Shanghai Composite juga naik 1,07% dan STI Singapura juga menguat 0,70%.

Pelaku pasar di bursa nasional merealisasikan keuntungan mereka di tengah apresiasi di mayoritas bursa kawasan Asia, setelah pada Senin IHSG menguat di tengah kian terkendalinya penyebaran virus Covid-19. Ini sebagaimana terlihat dari data Kementerian Kesehatan pada saat itu.

Senin lalu, IHSG melesat 1,3% menjadi 6.109,83 dengan pembelian bersih (net buy) asing sebesar Rp 12,4 triliun. Kasus Covid-19 bertambah 9.604 orang, sehingga totalnya menjadi 3,989 juta orang. Selama sepekan, kasus Covid-19 tercatat bertambah 133.507 orang, atau turun 30% dari pekan sebelumnya. Angka kematian bertambah 842 orang, menjadi yang terendah sejak 16 Juli 2021.

Dari sentimen global, pelaku pasar memantau arah kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan melakukan pengurangan pembelian obligasi (tapering) yang selama ini dilakukannya untuk memacu perputaran uang dengan cara membanjiri pasar dengan likuiditas.

Dari sisi data ekonomi, pasar mencermati rilis pertumbuhan ekonomi Jerman pada kuartal II-2021 yang tercatat tumbuh 1,6%. Pertumbuhan itu sedikit lebih baik dari ekspektasi pemerintah sendiri yang semula hanya memperkirakan angka 1,5%.

Investor juga terus memantau perkembangan situasi di Afghanistan. Reuters Melaporkan bahwa pemimpin tujuh negara maju yang tergabung di G-7 (Group of Seven) akan bertemu untuk membuat keputusan bersama untuk mengakui pemerintahan Taliban atau tidak.

Berbeda nasib dengan IHSG, nilai tukar rupiah melanjutkan tren positif melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa.

Rupiah sukses kembali ke bawah Rp 14.400/US$ setelah kemungkinan tapering di tahun ini mulai diragukan pelaku pasar. Selain itu, sejak awal pekan atau Senin lalu rupiah tidak pernah mencicipi zona merah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,28% ke Rp 14.370/US$. Setelahnya rupiah sempat memangkas penguatan hingga tersisa 0,11% di Rp 14.395/US$, yang menjadi level terlemah bagi rupiah pada Selasa, tetapi tidak pernah masuk ke zona merah.

Di penutupan perdagangan rupiah berada di Rp 14.390/US$, menguat 0,14%. Dengan demikian, rupiah sukses membukukan 2 hari beruntun melawan dolar AS. Pada Senin, rupiah juga sukses "menjajah" dolar AS, sepanjang perdagangan Mata Uang Garuda tidak pernah masuk ke zona merah.

Pelaku pasar yang mulai ragu tapering akan dilakukan di tahun ini memuat indeks dolar AS turun tajam kemarin, bahkan sudah sejak Jumat lalu. Senin lalu, indeks dolar AS merosot 0,6%, sementara Jumat lalu turun tipis 0,1%.

Sebelumnya pada pekan lalu, dolar AS begitu perkasa pasca rilis risalah rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) yang membuka peluang tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) di tahun ini.

Tetapi tidak lama, kemungkinan tapering di tahun ini mulai diragukan pelaku pasar. Presiden bank sentral AS (The Fed) wilayah Dallas, Robert Kaplan, pada Jumat lalu mengatakan akan mempertimbangkan kembali tapering dalam waktu dekat jika penyebaran virus corona mengganggu pemulihan ekonomi AS.

Kaplan merupakan salah satu anggota The Fed yang hawkish atau pro pengetatan moneter. Sehingga komentarnya yang akan menunda tapering memberikan dampak signifikan ke dolar AS.

Selain itu, pertemuan Jackson Hole di AS yang seharusnya berlangsung selama 3 hari mulai Kamis (26/8/2021), akhirnya dilakukan secara daring pada hari Jumat akibat lonjakan kasus virus corona.

Pelaku pasar akan mencari petunjuk lebih detail mengenai tapering dalam pertemuan tersebut, sebab akan dihadiri oleh bank sentral, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi pasar finansial di dunia.

Namun dengan diadakan secara daring, pelaku pasar melihat ada kemungkinan The Fed akan mempertimbangkan lebih dalam melakukan tapering di tahun ini, mengingat lonjakan kasus Covid-19 bisa memperlambat laju pemulihan ekonomi AS.

Dari dalam negeri, pemerintah menurunkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat level 4 menjadi level 3 di beberapa kabupaten di Jawa-Bali, termasuk Jabodetabek.

Dengan penurunan tersebut tentunya ada beberapa pelonggaran lagi, yang bisa membuat roda bisnis berputar lebih kencang.

Sementara, harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan kemarin, setelah pemerintah akan kembali melakukan burden sharing untuk menjaga kapasitas pendanaan di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai juga dengan melemahnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh SBN acuan. Hanya SBN bertenor 1 tahun yang imbal hasilnya cenderung stagnan di level 3,144% pada Selasa.

Bursa saham AS alias Wall Street kembali serentak ditutup menguat pada perdagangan Selasa (24/8) waktu setempat, melanjutkan reli pada Senin lalu.

Penguatan ini terjadi seiring Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA memberikan izin penuh penggunaan vaksin Covid-19 Pfizer Biontech pada hari Senin dan tidak adanya katalis negatif membuat 'selera risiko' investor tetap 'menyala' menjelang Simposium Jackson Hole pada Jumat minggu ini.

Ketiga indeks saham utama AS naik lebih tinggi, dengan S&P 500 dan Nasdaq ditutup pada penutupan tertinggi sepanjang masa.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 30,55 poin, atau 0,09%, ke posisi 35.366,26. Kemudian, indeks S&P 500 bertambah 0,15% ke lelvel 4.486,23. Sementara, indeks yang sarat saham teknologi Nasdaq Composite naik 0,52% menjadi 15.019,80.

Saham teknologi dan megacap (saham dengan nilai kapitalisasi pasar besar) yang berdekatan dengan teknologi sekali lagi menjadi pemberat indeks, tetapi sektor siklikal dan smallcaps yang sensitif secara ekonomi menjadi pemimpin pasar.

Saham perusahaan China memimpin indeks Nasdaq seiring investor semakin mendapatkan kejelasan tentang prospek peraturan China dan membeli saham perusahaan yang 'digebuk' pemerintah China belakangan ini. Saham Pinduoduo melonjak 22,2% sementara JD.com naik 14,4%, Tencent Music Entertainment melesat 12,7% dan Baidu menguat 8,6%.

"Ada tindak lanjut dari pembelian dip di saham teknologi China setelah beberapa perusahaan kembali melakukan pembelian di saham, tetapi dewan juri masih belum mengetahui apakah bakal ada lebih banyak hukuman terkait tindakan keras pemerintah lebih lanjut di sektor ini," kata Jamie Cox, Managing Partner Harris Financial Group, kepada CNBC International.

Pada Selasa sore waktu AS, Gary Gensler, ketua Komisi Sekuritas dan Bursa AS, mengatakan agensi akan menuntut perusahaan China yang sahamnya diperdagangkan di AS untuk mengungkapkan risiko politik dan peraturan kepada investor.

"Investor akan mengamati pertemuan besar Jackson Hole [pada akhir pekan ini]," Ryan Detrick, ahli strategi pasar senior di LPL Financial di Charlotte, North Carolina, mengacu pada simposium ekonomi tahunan bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) pada hari Jumat, kepada Reuters.

"Tetapi untuk saat ini, perasaan senang karena berita vaksin kemarin masih ada di udara [masih menjadi sentimen]," imbuh Ryan.

Persetujuan penuh FDA terhadap vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech pada hari Senin lalu memicu optimisme atas pemulihan ekonomi yang meluas ke sesi Selasa.

Saham sektor perjalanan dan rekreasi mempin kenaikan di antara sektor lainnya. Indeks S&P 1500 Airline dan Hotel/Restaurant/Leisure masing-masing naik 3,7% dan 1,6%.

"Kita melihat saham-saham energi, ritel, perjalanan, rekreasi, keuangan, dan kapitalisasi kecil semuanya berjalan dengan baik hari ini," kata Detrick. "Dan itu pertanda bahwa pembukaan [ekonomi] kembali masih hidup dan baik."

Investor akan memantau simposium Jackson Hole, simposium tahunan The Fed yang akan berlangsung pada Kamis dan Jumat pekan ini. Acara ini menghadirkan para bankir sentral dari seluruh dunia untuk membahas kebijakan moneter masing-masing negara.

Ketua The Fed Jerome Powell akan menyampaikan pidato yang akan disiarkan langsung pada Jumat (27/8/2021) pukul 10.00 pagi waktu AS atau pukul 21:00 WIB. Pidato berjudul "The Economic Outlook" itu diperkirakan menyinggung nasib program pembelian obligasi bulanan senilai US$ 120 miliar yang selama ini dijalankan The Fed.

Investor akan mendengarkan dengan cermat pidato Powell tersebut dan akan memantau kapan The Fed mungkin akan mulai meluncurkan program tapering tersebut.

Acara ini akan berlangsung secara virtual dan tidak secara langsung karena penyebaran Covid-19 di wilayah tersebut. Hal ini telah mengurangi ekspektasi bahwa akan ada pengumuman besar di acara tersebut.

"Fakta bahwa The Fed mengadakan pertemuan virtual (Jackson Hole) memberi tahu Anda bahwa mereka mungkin berpikir mungkin mereka perlu terus mendukung ekonomi," kata Detrick.

Sektor Energi (.SPNY) menjadi gainer teratas di antara 11 sektor utama di S&P 500, didorong oleh reli lanjutan harga minyak mentah WTI.

Saham Best Buy Co Inc melonjak 8,3% setelah pengecer elektronik mengalahkan ekspektasi pendapatan analis dan menaikkan perkiraan penjualan selama setahun penuh.

Seperti kemarin, hari ini sentimen utama yang bisa menjadi katalis pasar datang dari eksternal.

Pertama, pada pukul 03.30 WIB, grup industri American Petroleum Institute (API) akan merilis data perubahan persediaan minyak mentah AS per 20 Agustus 2021.

Menurut data API, Stok minyak mentah di Amerika Serikat turun 1,163 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 13 Agustus lalu, menyusul penurunan 0,816 juta pada pekan sebelumnya, dan menandai penurunan mingguan keempat berturut-turut.

Kedua, bakal ada data dari Negeri Ginseng Korea Selatan (Korsel) soal indeks keyakinan usaha per Agustus 2021 pada 04.00 WIB. Sebelumnya, keyakinan usaha di Korsel turun menjadi 97 poin pada Juli dari 98 poin pada Juni 2021.

Tradingeconomics meramal, indeks keyakinan usaha Korsel akan kembali turun ke posisi 92.

Sebelumnya, pada Selasa (24/8) pagi tadi waktu Indonesia, survei Bank of Korea merilis indeks kepercayaan konsumen di Korsel, yang tercatat sedikit menurun pada bulan Agustus dengan skor 102, turun dari posisi 103,2 pada bulan Juli.

Ketiga, pukul 15.00 WIB, Ifo Institute akan merilis indikator Iklim Bisnis Ifo Jerman pada Agustus 2021. Sebelumnya, indeks ini turun menjadi 100,8 pada Juli 2021, dari posisi tertinggi selama dua setengah tahun pada Juni di 101,7. Konsensus pasar meramal indikator Iklim Bisnis Jerman pada bulan ini turun menjadi 100,4.

 

Keempat, dari Negeri Paman Sam akan ada dua rilis data penting. Pertama, terkait data pesanan barang tahan lama (durable goods), item mulai dari pemanggang roti hingga pesawat yang bisa awet sampai tiga tahun atau lebih, per Juli yang akan dirilis pada 19.30 WIB.

Konsensus pasar sepakat, data pesanan durable goods AS akan terkontraksi menjadi 0,2% dari posisi Juni 0,8%.

 

Data kedua, yakni terkait rilis data minyak oleh badan statistik Departemen Energi AS, Energy Information Administration (EIA), pada 21.30 WIB.

Melansir Reuters, persediaan minyak mentah dan bensin AS kemungkinan menurun pada periode 20 Agustus 2021, sementara persediaan sulingan diperkirakan meningkat.

Lima analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan, rata-rata stok minyak mentah turun sekitar 2,4 juta barel dalam seminggu hingga 20 Agustus.

Sebelumnya, persediaan minyak mentah turun 3,2 juta barel dalam seminggu hingga tanggal 13 Agustus menjadi 435,5 juta barel, melebihi perkiraan pasar sebesar 1,1 juta barel. Persediaan minyak mentah berada di level terendah sejak Januari 2020.

Sementara, persediaan bensin AS naik 0,696 juta barel pada 13 Agustus, menyusul penurunan 1,4 juta pada periode sebelumnya.

Selain rilis data ekonomi tersebut, pelaku pasar juga masih akan terus mengamati terkait situasi terkini di Afghanistan pasca-Taliban berhasil menguasai wilayah tersebut serta perkembangan kasus Covid-19, seperti di AS.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan data perubahan uang beredar per Juli 2021. Pertumbuhan uang beredar menunjukkan likuiditas perekonomian yang meningkat.

Sebelumnya, pada Juni 2021, uang beredar dalam arti sempit (M1) tumbuh 17,0% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 1.915,5 triliun dan uang berada dalam arti luas (M2) meningkat 11,4% (yoy) ke Rp 7.119,6 triliun pada Juni 2021.

Menurut penjelasan BI pada 22 Juli lalu, pertumbuhan uang beredar selama Juni terutama ditopang ekspansi otoritas yang meningkat dan kredit perbankan yang mulai positif.

"Ke depan, membaiknya aktivitas kredit diharapkan dapat lebih meningkatkan peran ekspansi likuiditas dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kecepatan perputaran uang di ekonomi (velositas)," jelas BI, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (25/8).

Sementara, kasus Covid-19 di Indonesia kembali naik tinggi, setelah per Selasa (24/8) pemerintah mulai memperlonggar kebijakan PPKM di sejumlah daerah Indonesia, termasuk Jabodetabek. Akumulasi kasus Covid-19 di RI pada Selasa juga menembus 4 juta kasus.

Kementerian Kesehatan mencatat pada Selasa (24/8/) kasus Covid-19 bertambah 19.106 orang, naik tinggi dibandingkan sehari sebelumnya yang tercatat 9.604 kasus. Hal ini membuat total kasus Covid-19 pada Selasa kemarin menembus 4 juta kasus, tepatnya 4.008.166 kasus.

Kabar baiknya, pasien sembuh juga terus bertambah 35.082 orang dan jauh lebih banyak dibandingkan kasus baru. Dengan begitu, pasien yang telah sembuh dari penyakit ini mencapai 3,606 juta orang.

Sayangnya, kasus kematian masih terus bertambah seiring dengan kasus baru yang terus bertambah. Per Selasa, angka kematian bertambah 1.038 orang, sehingga totalnya 128.252 orang. Angka ini meningkat dibandingkan Senin yang tercatat 842 kasus.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Perubahan Stok Minyak Mentah API AS (03.30 WIB)

  • Keyakinan Bisnis Korsel (04.00 WIB)

  • Iklim Bisnis Ifo Jerman (15.00 WIB)

  • Klaim Tunjangan Pengangguran Prancis (17.00 WIB)

  • Pesanan Barang Tahan Lama AS (19.30 WIB)

  • Perubahan Stok Minyak Mentah & Bensin EIA AS (21.30 WIB)

  • Perubahan Uang Beredar Juli di Indonesia

Berikut beberapa agenda emiten yang akan berlangsung hari ini:

  • Cum date rights issue PT Zebra Nusantara Tbk/ZBRA

  • Cum date dividen PT Damai Sejahtera Abadi Tbk/UFOE

  • Cum date dividen PT Bank Bumi Arta Tbk/BNBA

  • RUPST PT Wahana Pronatural Tbk/WAPO (09.00 WIB)

  • RUPST PT Prasidha Aneka Niaga Tbk/PSDN (10.00 WIB)

  • RUPST & RUPSLB PT Bank Capital Indonesia Tbk/BACA (10.00 WIB)

  • RUPST PT Alam Sutera Realty Tbk/ASRI (10.00 WIB)

  • RUPST & RUPSLB PT Tunas Alfin Tbk/TALF (13.00 WIB)

  • RUPST & RUPSLB PT Intermedia Capital Tbk/MDIA (13.00 WIB)

  • RUPST & RUPSLB PT Visi Media Asia Tbk/VIVA (14.00 WIB)

  • RUPST PT Trimuda Nuansa Citra Tbk/TNCA (14.00 WIB)

  • RUPST PT Tira Austenite Tbk/TIRA (14.00 WIB)

  • RUPST PT Pyridam Farma Tbk/PYFA (14.00 WIB)

  • RUPST & RUPSLB PT Provident Agro Tbk/PALM (14.00 WIB)

  • RUPST PT Express Transindo Utama Tbk/TAXI (15.00 WIB)

Di bawah ini sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular