
Begini Dampak Tapering The Fed ke IHSG, Apakah Mengerikan?

Jakarta, CNBC Indonesia - CEO Sucor Sekuritas, Bernardus Wijaya mengungkapkan, risiko tapering The Fed yang rencananya akan dilakukan pada akhir tahun ini dinilai tidak akan berimbas signifikan terhadap bursa saham tanah air.
Pasalnya, menurut Bernardus, komposisi kepemilikan investor asing di bursa saham domestik sudah turun menjadi 45% pada tahun ini dari posisi tahun 2015 yang masih mendominasi di angka 65%.
Selain itu, dari sisi nilai transaksi harian, saat ini investor domestik sudah mendominasi rata-rata nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Kepemilikan asing sudah cukup tipis dari 65% di 2015, saat ini berkurang menjadi 45% atau berkurang 20%. Sehingga, dampak tapering tidak akan sesignifikan tahun-tahun sebelumnya, apalagi saat ini investor domestik sudah cukup kuat sebagai penopang transaksi harian maupun kepemilikan," ungkap Bernardus dalam Literasi Keuangan OJK Kelas Investasi ini bertema "Cerdas Investasi di Pasar Modal', yang digelar CNBC Indonesia, Selasa (24/8/2021).
Dengan kondisi tersebut, kata dia optimis IHSG berpeluang mengalami kenaikan di level psikologis 6.600 sampai dengan 6.800 dengan sektor yang akan menopang kenaikan IHSG antara lain keuangan, saham-saham blue chip dan saham di sektor teknologi.
"Saya perkirakan iHSG akan mampu berada di kisaran 6.600 sampai dengan 6.800 dengan sektor yang akan memimpin pergerakan IHSG di akhir tahun adalah sektor finansial, blue chip, dan sektor teknologi yang mana merupakan salah satu yang menarik," NEBERNYA.
Secara terpisah, sebelumnya Presiden Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia (Schroders), Michael Tjoajadi juga mengungkapkan, rencana tapering The Fed yang kemungkinan terjadi tahun ini menjadi bakal sentimen negatif bagi bursa saham domestik dalam jangka pendek.
Namun demikian, meski bursa saham tanah air terkena imbas, dampaknya tak signifikan seperti bursa saham di Amerika Serikat yang sudah mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
"Short term akan impact ke sentimen? Ya akan terjadi impactnya walau saya tidak meliha Indonesia akan memiliki impact yang sangat besar. AS yang mengalami dampak sangat besar, AS punya harga saham sudah naik signifikan," ungkap Michael, di acara Intimate Gathering yang diselenggarakan CNBC Indonesia, Kamis (19/8/2021).
Michael melanjutkan, kendati menghadapi risiko taper tantrum, dia optimistis, pada tahun ini ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh seiring dengan pemulihan ekonomi nasional.
Sinyal ini sudah terlihat dari pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal kedua yang tumbuh 7,07% secara tahunan. Sehingga, imbasnya akan positif bagi kinerja keuangan emiten.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Jatuh Imbas Tapering, Begini Pergerakan IHSG Sepekan!